Iya lagi jalan2 sama temen dari eropa lihat2 negara besar yg namanya amerika. 
Sebagai negara demokratis amerika itu golputnya relatif gede juga. Kalau gak 
salah yg nyolok antara 50% - 63%, jadi golputnya ya antara 37% - 50%. Golput 
ini dari dulunya memang tinggi sekali sejak awal 1900an/abad 20.

 

Kalau dulu memang amerika belum maju kan, tetapi sekarang setelah PD2 kan sudah 
jadi satu2nya superpower golputnya juga tetap sekitar 40% an.

 

Yg lebih parah itu midterm election nya yaitu voting level state buat milih 
representative/anggota congress, gubernur, walikota, camat s/d county 
sheriff/polisi. Golputnya midterm election ini jauh lebih tinggi lagi. Sejak 
dulu awal 1900 an voters utk midterm election ini gak pernah menyentuh 50%, 
artinya golputnya melebihi 60%an. 

 

Hanya saja 2018 midterm election luar biasa, yg nyolok naik parah hampir 50%. 
Ini jelas karena faktor Trump.

 

Diindonesia golput sekitar 30% utk 2014, ini termasuk orang2 yang gak masuk 
dalam DPT/pemilih tetap dan tidak mendapat undangan untuk memberi hak suara. 
Saya tdk mencari data tahun2 sebelumnya.

 

Kesimpulannya: negara yg katanya dedongkot demokrasi saja golputnya sejak awal 
1900an rata rata 50%an – jauh lebih tinggi drpd golput RI yg 30% utk 2014.

 

Bayangkan gimana susahnya rakyat Indonesia pergi ke TPS TPS dan bandingkan 
dengan rakyat amerika yg TPSnya paling jauh berjarak 5 km.

 

Akhir kata noam Chomsky yg dulunya paling suka absen/bolos sekolah tetapi kalau 
ngomong ttg voting/pemilu, saya rasa dia gak mau jadi golput. Dia pilih Green 
utk pemilu 2008 ketika masih di Massachusetts/blue state/partai democrat 
dominan. Tetapi dia bilang kalau dia di swing state, dia akan pilih Obama 
dengan alasan supaya yg jahat jangan menang. Inilah pendapat noam Chomsky 
sampai sekarang: tidak golput karena dengan golput dia beralasan yg jahat bisa 
menang. Ini sejalan dgn pendapat magnis Susilo juga begini.

 

Persoalan pemilu di Indonesia bukan golput yg saya lihat. Pemilih masih kurang 
mengerti, artinya pelajaran politik masih perlu digalakkan.

Masih banyak rakyat yg nyoblos ikut2an keluarga, temen, tetua adat, tetua agama 
dll.

Rakyat Indonesia itu belum melek matanya dengan arti: demokrasi, trias 
politika, HAM, civil society dll. Rakyat Indonesia masih sibuk ngurusin cari 
duit buat menjalankan dapur utk masak dan beli obat.

 

Nesare

 

 

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> 
Sent: Monday, March 4, 2019 7:55 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com; nesare <nesa...@yahoo.com>; Ajegilelu 
<ajegil...@yahoo.com>
Subject: Re: [GELORA45] Kepada siapa anda berpihak?

 

  

Hahahaa, ... sudah cukup lama tidak bersuara, kemana saja bung Nesare?

Tapi bung Nesare, apakah setiap pemilu di negara-negara maju, termasuk AS bisa 
dikatakan peserta pemilu bisa mencapai lebih 80%? Barangkali tidak pernah 
menyundul 70%, ya? Kalau benar begitu, artinya dalam kenyataan pemenang nya 
juga tidak pernah melebihi yg golput, ... apapun alasan jadi golput.

Jadi, ... setelah langsungkan pemilu, pilpres-pileg begitu rumit dan 
menghabiskan begitu banyak uang tetap TIDAK menjamin bisa keluarkan wakil 
RAKYAT yg dianggap paling baik, ideal dan berkemampuan! Atau setidaknya sesuai 
dengan harapan mayoritas rakyat, ... Dan, menjadi lebih konyol, pilpres 
langsung seperti inilah yg diagungkan sebagai DEMOKRATIS! Lalu?

Benar cara demokratis yg dijalankan Tiongkok sekarang ini. Demokrasi dijalankan 
lewat perwakilan saja, ... Presiden keluar melalui Kongres Rakyat Nasional dan 
Ketua Partai lewat Kongres Partai, hanya pemilihan LURAH didesa saja dilakukan 
pemilihan langsung oleh rakyat, ... memberi kesempatan rakyat memilih secara 
langsung pemimpinnya yg mereka kenal betul! Itupun dalam praktek, masih bisa 
terjadi politik-uang, terjadi lurah raja-perang yg merugikan warga desa! 
Biarlah warga desa itu merasakan akibat dari kesalahan dalam memilih 
pimpinannya dan harus bisa menggunakan mekanis yg berlaku untuk menggulingkan 
dan mengganti dengan pimpinan yg lebih baik, ... 

Mungkin ini yang dimaksudkan kran demokrasi dibuka lebih besar seiring dengan 
tingkat kesadaran rakyat, ... dan penegakkan HUKUM yg baik saja. Kenyataan, 
demokrasi menjadi rusak dan sangat merugikan rakyat sendiri begitu dijalankan 
dimana kesadaran masyarakat masih terbelakang dan HUKUM belum ditegakkan baik, 
mudah berubah menjadi anarkis, brutal, ... 

 

 

'nesare' nesa...@yahoo.com <mailto:nesa...@yahoo.com>  [GELORA45] 於 5/3/2019 
6:57 寫道:

  

Sudah dikasih tahu abstain itu belum tentu sama dengan golput.

Ada orang sengaja tidak memilih. 

Ada orang tidak sengaja tidak memilih.

ada orang yg tidak pusing memilih atau tidak memilih.

 

Ente kan seakan2 hanya berpikiran 1 yaitu: golput = orang sengaja dan sadar utk 
tidak memilih.

 

Orang Indonesia itu tidak memilih krn gak pusing, gak ngerti politik, 
jauh/kurang transportasi serta sibuk cari duit utk mengurus perut. Ini golput 
Indonesia yg paling banyak.

 

Ente berasumsi rakyat Indonesia sudah melek politik shg golput adalah kesadaran 
politik mereka.

Sedangkan kenyataannya laen bahwa rakyat Indonesia gak pusing sama pemilu2an.

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>   
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com> <GELORA45@yahoogroups.com> 
Sent: Sunday, March 3, 2019 1:20 PM
To: GELORA45  <mailto:gelora45@yahoogroups.com> <gelora45@yahoogroups.com>
Subject: Re: [GELORA45] Kepada siapa anda berpihak?

 

  

Coba saja periksa mana ada kepala daerah maupun presiden yang perolehan 
suaranya melebihi jumlah "suara rusak" alias abstain bin golput. Tetapi suara 
golput sebanyak itu kan tidak dijadikan faktor dalam penghitungan. Suara golput 
adalah suara Rakyat juga, tapi tidak pernah diakui sebagai kekuatan perlawanan 
Rakyat. Beda dengan suara pemilih paslon yang disahkan secara legal sebagai 
kekuatan pendukung.

 

Itulah persoalan imperialis-liberal-feodal, kekuatan hanya diukur dari 
menang-menangan kuantitas dengan besaran jumlah yang diatur sedemikian rupa 
sehingga menguntungkan dirinya secara legal, secara de yure, bukan de facto. 
Makanya kaum liberal pun sesuka-sukanya melibas perintah junjungan untuk 
berpegang pada kebenaran sesuai fakta yang ada, hahaha....

 

--- SADAR@... wrote:

Juga TIDAK BEGITU! 

Masalahnya, kekuatan rakyat masih sangat lemah sampai sekarang ini, jangankan 
membentuk pemerintah RAKYAT dalam arti sesungguhnya, lha sampai sekarang BELUM 
juga berkemampuan menampilkan capres nya SENDIRI, ...! 

 

ajeg 於 3/3/2019 14:22 寫道:

 

Jadi, menurut Anda, karena Rakyat masih lemah maka penguasa cukup 
ongkang-ongkang saja nonton Rakyat memperjuangkan sendiri hak-haknya atas 
keadilan dan kehidupan layak. Gitu kan? Ibarat orangtua / pengasuh nontoni bayi 
meraung-raung dan membiarkannya mengatasi sendiri persoalan hidupnya (lapar, 
haus, popok basah dsb). Lantas, Rakyat yang kuat (bayi yang sudah dewasa) 
disuruh bekerja cari duit untuk membiayai keperluan penguasa (menjamin 
kehidupan ortu). 

 

Dengan pendapat seperti itu saya kira posisi Anda semakin terang. Orang buta 
huruf juga tahu kekuasaan (ortu) macam apa yang hanya mau berpihak kepada yang 
berduit.

 

--- SADAR@... wrote:

 

Lho, ... nampaknya bung tidak mengikuti dengan baik diskusi saya dengan Tatiana 
ini! Yang saya analogikan "kekuatan rakyat" masih sangat kecil itu seperti 
bayi, yang kami persoalkan saat "kekuatan Rakyat" masih sangat kecil, bagaimana 
berjuang menuntut keadilan dan perbaiki kehidupannya, jadi yang dipermasalahkan 
bukan bagaimana menuntut pemerintah mengurus/merawat "bayi"!

 

ajeg 於 2/3/2019 15:22 寫道:

 

Jadi, seperti apa konkritnya perjuangan yang musti dilakukan pemerintah dalam 
mengurus/merawat sang "bayi" supaya tumbuh sehat dan cerdas (selain menyuruh 
berebut makan akar-akaran)? 

 

Bagaimanapun, "lapar" pada bayi sudah pastilah bukan cuma seukuran perut, tapi 
juga kepala (pengetahuan) dan sekujur tubuh (gerak, aktivitas). Singkatnya, 
bagaimana pemerintah menjamin tercapainya "kenyang" yang bermanfaat bagi 
pertumbuhan dan perkembangan kognitif-psikomotorik sang "bayi"? Bolehlah si 
pemerintah berpegangan pada garis dimitrov misalnya, atau apalah terserah.

-------- 轉寄郵件 --------

從: ChanCT 

Karena PERUT LAPAAAAR itulah PERJUANGAN harus diteruuuskan!!! Dan, bagi seorang 
CERDAS-PANDAI tentunya bisa menemukan dengan tepat apa kiranya yang BISA 
dicapai dalam kondisi sekarang. Sebelum bisa dapatkan sepiring nasi, kalau 
kemungkinan bisa dapatkan singkong, ubi-jalar pun harus direbut dahulu, ....!

Bangunlah dari mimpi-indahmu menyantap soto-ayam didalam tempurung itu!

 

Tatiana Lukman 於 1/3/2019 21:08 寫道:

Ya jelas goblok bikin analogi gerakan rakyat dengan bayi, dan yang lebih 
penting lagi dari pandangan remo yang selalu menjajakan kolaborasi kelas untuk 
cium pantat penguasa dan imperialis. Orang remo melihat kegagalan masa lalu 
sebagai alasan untuk menyerah dan tidak melawan penindasan dan penghisapan. 
Sebaliknya rakyat melihat kegagalan untuk membangun kembali kekuatan dengan 
mengatasi kesalahan dan kelemahan untuk tidak tersandung batu yang sama untuk 
kedua kalinya. Hanya rakyat yang tahu bagaimana membangun kekuatannya. 
Orang-orang Remo semacam Chan tidak akan pernah mengerti jalan yang diambli 
rakyat. Bisanya hanya mencibir dan menghina!! 

Siapa yang tidak tahu rakyat LAPAR!! Tapi rakyat yang sudah sadar, dengan perut 
lapar itulah mereka berjuang!! Kalau perut sudah kenyang, kantong gendut, hidup 
mapan, seperti tuan-tuan kapitalis temannya Chan, justru merekalah yang akan 
menghalangi perjuangannya orang-orang yang LAPAR!!!

 

Contoh rakyat berjuang melawan ketidak adilan dan kesewenang-wenangan Korporasi 
serta kapitalnya yang buat Chan tidak boleh disentuh-sentuh!!! Orang yang 
memuja kekuasaan MODAL, MANA BISA DAN TAK PUNYA HAK BICARA SOAL PERJUANGAN 
RAKYAT!!!


5 bulan lebih di lokasi pendudukan di Dusun Tamappalalo, Desa Tamatto. 
Masyarakat adat Kajang masih bertahan padahal dari hasil mediasi pada pekan 
lalu mereka diharuskan 1 Maret 2019 lokasi sudah kosong.

Rupanya mundur dari pendudukan bukanlah pilihan. Mereka masih melewati malam di 
tenda-tenda mereka.

Mendapatkan kujungan dari pemerintah di lokasi pendudukan, mereka sangat 
senang. Ibarat anak kecil yang lama merindukan orang tua dan pada akhirnya 
bertemu. Jika bukan karena soal usia, mungkin ada yang sudah meloncat-loncat 
kegirangan. Ini untuk pertama kalinya, setelah beberapa kali melewati situasi 
menegangkan.

"terima kasih sudah melihat kami di sini pak wakil" kata itu yang diucapkan 
beberapa penggugat mewakili yang lainnya.

PENJARA tak akan bisa membungkam semangat membela hak-hak petani dan tanah adat 
Kajang. Kita harus tetap berada di tengah-tengah masyarakat memperjuangkan 
keadilan hingga hak para petani diberikan. TAK ada keadilan tanpa reformasi 
agraria sejati.

 

On Friday, March 1, 2019, 1:21:52 PM GMT+1, ChanCT wrote:

 

Nenek dalam trempurung yang merasa dirinya paling "pinter" didunia, dikasih 
analgi pertumbuhan bayi, kok malah dilecehkan?! Pada saat bayi belum bergigi, 
gimana dibisa dikasih makan-nasi??? Pada saat bayi itu belum setahun, biarlah 
dia belajar telungkup dan merangkak dahulu, jangan dipaksakan berdiri bahkan 
jalan!

Nah, sekarang kita lihat aksi gerakan rakyat dimana kekuatan rakyat masih 
sangat lemah. Bisakah menangkan aksi menuntut Reformasi Agraria SEJATI??? PASTI 
TIDAK! Siapa bisa wujudkan? Jokowi? Lha, dahulu dimasa kekuasaan Soekarno, 
pencetus TRISAKTI dan ada kekuatan PKI yg dibanggakan saja tidak berhasil juga, 
digenjot dengan aksi sepihak, jatuh korban tentu tak terhindar.. Dan, ... 
suasana politik makin memanas tidak siap digebuk musuh! Dalam 8 jam digebuk 
Soeharto hancur lebur tidak bisa bangun sampai sekarang setelah lewat lebih 1/2 
abad!

Pelajaran pahit yg menelan jutaan KORBAN jiwa pun dilewatkan begitu saja, ....  
tanpa mau pedulikan berapa kekuatan rakyat dan perhitungkan apa yang bisa 
dicapai dengan kekuatan yang ada sekarang ini. Bagi seorang yg berani menamakan 
diri pejuang rakyat, sudah seharusnya pandai-pandai menemukan 
kemungkinan-kemungkinan yang masih bisa digapai. Bukan tidur saja dalam mimpi 
indah lalu berteriak-teriak merindukan rembulan!

Rakyat sudah LAPAR! Tetap TIDAK seharusnya disuruh bangkit beraksi menuntut 
reformasi Agraria sejati yg pasti akan GAGAL, kenapa tidak ikut menuntut saja 
dapatkan certifikat yg dibagi-bagikan Jokowi itu! Bahkan berusaha keras 
mendapatkan bagian dana-desa yg dikucurkan untuk melangsungkan usaha desa, ... 
bahkan mungkin ada subsidi UKM. Carilah kemungkinan -kemungkinan yg masih bisa 
didapat dan bisa menolong petani kelaparan, ...

 

Tatiana Lukman 於 28/2/2019 23:35 寫道:

  

Bolak balik hakekatnya tetap sama. Orang remo tidak akan mau berjuang, maunya 
menjilat pantat penghisap dan penguasa. Ingat nggak dulu bagaimana kaum remo 
Soviet begitu takut dengan perang, makanya menjajakan pepesan kosong tentang 
transisi secara damai ke sosialisme dan koeksistensi damai dengan kaum 
imperialis karena menganggap kaum imperialis sudah berubah!!!  Semua orang 
"kiri", apalagi "kom" kenal betul dulu itu dengan politik menjilat pantat kaum 
imperialis yang disebarkan kaum revisionis!!!! Siapa yang masih belum karatan 
ingatannya, pasti tahu apa itu revisionisme modern a la Soviet...Restorasi 
kapitalis di Rusia tidak sebrutal di Tiongkok di mana kita menyaksikan 
penghisapan habis-habisan terhadap buruh migran Tiongkok!!! Lain lagi dengan 
kaum remo Tkk. Mereka menjajakan pepesan kosong "sosialisme dengan ciri Tkk", 
(sekarang diganti dengan "Masyarakat Kesejahteraan Moderaaaaatttttt"...)  
"mengkombinasi Kapitalisme dan sosialisme", tapi untuk merealisasinya, harus 
dihancurkan dulu dasar-dasar ekonomi sosialis, semua undang-undang yang 
melindungi kaum buruh dan kaum tani dan semua jaminan sosial dan hak 
demokratisnya dilenyapkan... Lantas apa yang masih ketinggalan dari 
Sosialismenya???? Ooo, masih ketinggalan papan merek PKT (Partai Kapitalis 
Tiongkok???!!!).

 

Bikin analogi perjuangan dengan bayi???!!! Nah, ia tunjukkan lagi 
kegoblokannya!!!

 

Bagaimana suku bangsa di Kalimantan ini harus menyikapi perampasan hak hidup 
mereka??? "Kami disuruh kerja apa? Makan apa? Mau diapakan nyawa kami??? Jawab 
tuh Chan pertanyaan bapak tani ini??? Menunggu sampai ada perubahan 
keseimbangan kekuatan???? apa yang dimilik kaum tani itu? Uang tak punya, 
senjata tak punya, yang mereka punya hanya tenaga kerjanya sendiri!!!!Kaum tani 
sudah dihadapkan kepada TEMBOK!!! Nasehatnya orang remo: sabaaaar!! Jangan 
melawan, kamu masih kecil, tidak punya kekuatan, jangan nuntut 
banyak-banyak...Ikuti saja kemauan majikan perkebunan itu, kerja jadi buruh 
kelapa sawit!!!! Reforma agraria sejati...Uhhhh itu ketinggian!!! Untung banyak 
kaum tani jauh lebih sadar dan berani menuntut hak-haknya walaupun untuk itu 
harus hilang nyawa!! Maka itu konflik tanah terus bergulir....Makin sadar kaum 
tani, makin teguh mereka berjuang dan kaum remo akan digilas roda sejarah!!!

 

 <https://www.facebook.com/SOBinfomedia/videos/610514806087079/?t=21> Save Our 
Borneo

 

 

 

 
<https://www.facebook.com/search/top/?q=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fsobinfomedia%2Fvideos%2F610514806087079%2F%20t%3D8>
 
https://www.facebook.com/search/top/?q=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fsobinfomedia%2Fvideos%2F610514806087079%2F%20t%3D8

 

 <https://www.facebook..com/SOBinfomedia/videos/610514806087079/?t=8> 
https://www.facebook.com/SOBinfomedia/videos/610514806087079/?t=8

 

 

On Thursday, February 28, 2019, 7:41:33 AM GMT+1, ChanCT wrote: 

Bahwa manusia harus makan itu BETUUUL! Tapi, pada saat bayi baru beberapa 
bulan, jangan langsung diberi makanan padat, kasihlah air tajin, bubur dulu! 
Pada saat bayi belum lewat setahun, jangan pula dipaksakan untuk berdiri dan 
jalan, biarlah dia belajar tengkurup dan merangkak dahulu. Semua juga ada 
proses perkembangannya sendiri yang tidak bisa dilompati, neng!

Begitu juga dengan tingkat perjuangan rakyat, siapa tidak tahu Reformasi 
Agraria sejati harus diperjuangkan! Tapi, sekarang ini, dimana kekuatan rakyat 
masih lemah, yaa harus melihat apa yang kiranya bisa dicapai sesuai kondisi 
yang dihadapi. Bagaimana mungkin bisa laksankan tuntutan Reformasi Agraria 
SEJATI itu, mau dipaksakan kembali dengan aksi sepihak? Hitung-hitunglah deng 
sebaik-baiknya, kalau tidak hendak kembali jatuh KORBAN lebih parah dari masa 
lalu itu! Bangunlah dari mimpi indah didalam tempurungmu itu!

 

Tatiana Lukman 於 27/2/2019 17:21 寫道:

Melihat perkembangan situasi politik di Indonesia, tentu jadi sangat prihatin 
dan menyedihkan! Nampak jelas Jokowi yg bisa dijagokan tampil capres 2019, 
tidak sebaik Gus Dur apalagi Soekarno! Hanyalah seorang yang merakyat dan 
merupakan orang-baikbaik yang hendak memperbaiki kehidupan rakyat miskin saja, 
tapi tidak mempunyai pendirian/pandangan ideologi yang teguh spt Gus Dur, 
Soekarno yang mampu menghadapi tekanan bahkan ancaman, ... begitu mendapat 
tekanan aksi-massa, tokoh-tokoh parpol-parpol disekitar-nya, berubahlah 
pikiran/pendapat semula! Bukan saja terpaksa menerima Maruf Amin sb cawapres 
untuk gantikan Mahfud MD, bahkan hanya untuk menyangkal gosip PKI, berulangkali 
serukan gebug komunis yang bangkit! Akhirnya selama 4 tahun terakhir ini momok 
PKI kembali gentayangan di Nusantara ini, terjadi penggerebekan kegiatan massa 
yg dituduh bangkit kembalinya PKI, penggeledahan dan penyitaan buku-buku yg 
dituduh menyebarkan PKI/komunis! Mengapa begitu?

Singkat kata,  ini menunjukkan KEKUATAN RAKYAT jadi makin MELEMAH dan 
sebaliknya KEKUATAN KANAN, kekuatan Islam radikal makin MENGUAT dan AGRESIF 
unjuk gigi saja!

Lalu? Bagaimana yang menamakan diri kekuatan rakyat harus bersikap dan 
meneruskan perjuangannya??? Sungguh sangat tidak realis untuk menggebuk 
serampangan kekuatan yang dihadapi dan TETAP saja menyerukan semboyan-semboyan 
ekstrim yg bersemburan keluar dari mulut nenek dalam tempurung dalam mimpinya 
ini! 

Perhatikan bagaimana seorang remo, yang pada hakekatnya adalah pengkhianat 
perjuangan rakyat alias reaksioner dan anti-komunis (ingat politik Khrustjov 
dan kemudian Deng xiaoping yang mengusir orang-orang komunis di Tkk guna 
menjalin hubungan diplomatik dengan rezim fasis Suharto), menganalisa dan 
menyikapi perjuangan rakyat yang menuntut hak-haknya dan melawan rezim 
Jokowi-JK. Hanya orang reaksioner yang mencap tuntutan ormas rakyat supaya 
menurunkan harga tiket pesawat sebagai semboyan ekstrim!! Karena orang-orang 
seperti Chan itu kerjanya membela mereka yang kantongnya gendut alias para 
kapitalis penghisap dan perampok nilai lebih kaum buruh.  

Bagaimana dengan ribuan rakyat yang berani melawan kekuasaan Negara dan 
korporasi perampas tanah rakyat dengan mempertaruhkan nyawa dan keselamatan 
dirinya seperti di Bulukumba, Sulsel ini??? Mereka menolak dijadikan tumbal 
pembangunan Jokowi!!! Semboyan mereka, reforma agraria sejati!! Inilah yang 
dianggap extrim oleh orang-orang remo semacam Chan!! Jelas dimana dia berdiri 
dan berpihak, bukan?? Nenek dalam tempurung jelas sikapnya, mendukung Reforma 
Agraria Sejati.. Ngatain orang lain "dalam tempurung" padahal  pengetahuan 
dirinya sendiri hanya cukup untuk jadi agen remo Deng xiao-ping!Silahkan saja 
remo terus menjilat pantat penguasa dan berkoar-koar memfitnah gerakan rakyat!!!

 

 

 <https://www.mongabay.co.id/category/sosial/> Sosial

 


 
<http://www.avg.com/email-signature?utm_medium=email&utm_source=link&utm_campaign=sig-email&utm_content=emailclient>
 

不含病毒。 
<http://www.avg.com/email-signature?utm_medium=email&utm_source=link&utm_campaign=sig-email&utm_content=emailclient>
 www.avg.com 



Kirim email ke