Iya lagi jalan2 sama temen dari eropa lihat2 negara besar yg namanya amerika. Sebagai negara demokratis amerika itu golputnya relatif gede juga. Kalau gak salah yg nyolok antara 50% - 63%, jadi golputnya ya antara 37% - 50%. Golput ini dari dulunya memang tinggi sekali sejak awal 1900an/abad 20.
Kalau dulu memang amerika belum maju kan, tetapi sekarang setelah PD2 kan sudah jadi satu2nya superpower golputnya juga tetap sekitar 40% an. Yg lebih parah itu midterm election nya yaitu voting level state buat milih representative/anggota congress, gubernur, walikota, camat s/d county sheriff/polisi. Golputnya midterm election ini jauh lebih tinggi lagi. Sejak dulu awal 1900 an voters utk midterm election ini gak pernah menyentuh 50%, artinya golputnya melebihi 60%an. Hanya saja 2018 midterm election luar biasa, yg nyolok naik parah hampir 50%. Ini jelas karena faktor Trump. Diindonesia golput sekitar 30% utk 2014, ini termasuk orang2 yang gak masuk dalam DPT/pemilih tetap dan tidak mendapat undangan untuk memberi hak suara. Saya tdk mencari data tahun2 sebelumnya. Kesimpulannya: negara yg katanya dedongkot demokrasi saja golputnya sejak awal 1900an rata rata 50%an – jauh lebih tinggi drpd golput RI yg 30% utk 2014. Bayangkan gimana susahnya rakyat Indonesia pergi ke TPS TPS dan bandingkan dengan rakyat amerika yg TPSnya paling jauh berjarak 5 km. Akhir kata noam Chomsky yg dulunya paling suka absen/bolos sekolah tetapi kalau ngomong ttg voting/pemilu, saya rasa dia gak mau jadi golput. Dia pilih Green utk pemilu 2008 ketika masih di Massachusetts/blue state/partai democrat dominan. Tetapi dia bilang kalau dia di swing state, dia akan pilih Obama dengan alasan supaya yg jahat jangan menang. Inilah pendapat noam Chomsky sampai sekarang: tidak golput karena dengan golput dia beralasan yg jahat bisa menang. Ini sejalan dgn pendapat magnis Susilo juga begini. Persoalan pemilu di Indonesia bukan golput yg saya lihat. Pemilih masih kurang mengerti, artinya pelajaran politik masih perlu digalakkan. Masih banyak rakyat yg nyoblos ikut2an keluarga, temen, tetua adat, tetua agama dll. Rakyat Indonesia itu belum melek matanya dengan arti: demokrasi, trias politika, HAM, civil society dll. Rakyat Indonesia masih sibuk ngurusin cari duit buat menjalankan dapur utk masak dan beli obat. Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> Sent: Monday, March 4, 2019 7:55 PM To: GELORA45@yahoogroups.com; nesare <nesa...@yahoo.com>; Ajegilelu <ajegil...@yahoo.com> Subject: Re: [GELORA45] Kepada siapa anda berpihak? Hahahaa, ... sudah cukup lama tidak bersuara, kemana saja bung Nesare? Tapi bung Nesare, apakah setiap pemilu di negara-negara maju, termasuk AS bisa dikatakan peserta pemilu bisa mencapai lebih 80%? Barangkali tidak pernah menyundul 70%, ya? Kalau benar begitu, artinya dalam kenyataan pemenang nya juga tidak pernah melebihi yg golput, ... apapun alasan jadi golput. Jadi, ... setelah langsungkan pemilu, pilpres-pileg begitu rumit dan menghabiskan begitu banyak uang tetap TIDAK menjamin bisa keluarkan wakil RAKYAT yg dianggap paling baik, ideal dan berkemampuan! Atau setidaknya sesuai dengan harapan mayoritas rakyat, ... Dan, menjadi lebih konyol, pilpres langsung seperti inilah yg diagungkan sebagai DEMOKRATIS! Lalu? Benar cara demokratis yg dijalankan Tiongkok sekarang ini. Demokrasi dijalankan lewat perwakilan saja, ... Presiden keluar melalui Kongres Rakyat Nasional dan Ketua Partai lewat Kongres Partai, hanya pemilihan LURAH didesa saja dilakukan pemilihan langsung oleh rakyat, ... memberi kesempatan rakyat memilih secara langsung pemimpinnya yg mereka kenal betul! Itupun dalam praktek, masih bisa terjadi politik-uang, terjadi lurah raja-perang yg merugikan warga desa! Biarlah warga desa itu merasakan akibat dari kesalahan dalam memilih pimpinannya dan harus bisa menggunakan mekanis yg berlaku untuk menggulingkan dan mengganti dengan pimpinan yg lebih baik, ... Mungkin ini yang dimaksudkan kran demokrasi dibuka lebih besar seiring dengan tingkat kesadaran rakyat, ... dan penegakkan HUKUM yg baik saja. Kenyataan, demokrasi menjadi rusak dan sangat merugikan rakyat sendiri begitu dijalankan dimana kesadaran masyarakat masih terbelakang dan HUKUM belum ditegakkan baik, mudah berubah menjadi anarkis, brutal, ... 'nesare' nesa...@yahoo.com <mailto:nesa...@yahoo.com> [GELORA45] 於 5/3/2019 6:57 寫道: Sudah dikasih tahu abstain itu belum tentu sama dengan golput. Ada orang sengaja tidak memilih. Ada orang tidak sengaja tidak memilih. ada orang yg tidak pusing memilih atau tidak memilih. Ente kan seakan2 hanya berpikiran 1 yaitu: golput = orang sengaja dan sadar utk tidak memilih. Orang Indonesia itu tidak memilih krn gak pusing, gak ngerti politik, jauh/kurang transportasi serta sibuk cari duit utk mengurus perut. Ini golput Indonesia yg paling banyak. Ente berasumsi rakyat Indonesia sudah melek politik shg golput adalah kesadaran politik mereka. Sedangkan kenyataannya laen bahwa rakyat Indonesia gak pusing sama pemilu2an. Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> <GELORA45@yahoogroups.com> Sent: Sunday, March 3, 2019 1:20 PM To: GELORA45 <mailto:gelora45@yahoogroups.com> <gelora45@yahoogroups.com> Subject: Re: [GELORA45] Kepada siapa anda berpihak? Coba saja periksa mana ada kepala daerah maupun presiden yang perolehan suaranya melebihi jumlah "suara rusak" alias abstain bin golput. Tetapi suara golput sebanyak itu kan tidak dijadikan faktor dalam penghitungan. Suara golput adalah suara Rakyat juga, tapi tidak pernah diakui sebagai kekuatan perlawanan Rakyat. Beda dengan suara pemilih paslon yang disahkan secara legal sebagai kekuatan pendukung. Itulah persoalan imperialis-liberal-feodal, kekuatan hanya diukur dari menang-menangan kuantitas dengan besaran jumlah yang diatur sedemikian rupa sehingga menguntungkan dirinya secara legal, secara de yure, bukan de facto. Makanya kaum liberal pun sesuka-sukanya melibas perintah junjungan untuk berpegang pada kebenaran sesuai fakta yang ada, hahaha.... --- SADAR@... wrote: Juga TIDAK BEGITU! Masalahnya, kekuatan rakyat masih sangat lemah sampai sekarang ini, jangankan membentuk pemerintah RAKYAT dalam arti sesungguhnya, lha sampai sekarang BELUM juga berkemampuan menampilkan capres nya SENDIRI, ...! ajeg 於 3/3/2019 14:22 寫道: Jadi, menurut Anda, karena Rakyat masih lemah maka penguasa cukup ongkang-ongkang saja nonton Rakyat memperjuangkan sendiri hak-haknya atas keadilan dan kehidupan layak. Gitu kan? Ibarat orangtua / pengasuh nontoni bayi meraung-raung dan membiarkannya mengatasi sendiri persoalan hidupnya (lapar, haus, popok basah dsb). Lantas, Rakyat yang kuat (bayi yang sudah dewasa) disuruh bekerja cari duit untuk membiayai keperluan penguasa (menjamin kehidupan ortu). Dengan pendapat seperti itu saya kira posisi Anda semakin terang. Orang buta huruf juga tahu kekuasaan (ortu) macam apa yang hanya mau berpihak kepada yang berduit. --- SADAR@... wrote: Lho, ... nampaknya bung tidak mengikuti dengan baik diskusi saya dengan Tatiana ini! Yang saya analogikan "kekuatan rakyat" masih sangat kecil itu seperti bayi, yang kami persoalkan saat "kekuatan Rakyat" masih sangat kecil, bagaimana berjuang menuntut keadilan dan perbaiki kehidupannya, jadi yang dipermasalahkan bukan bagaimana menuntut pemerintah mengurus/merawat "bayi"! ajeg 於 2/3/2019 15:22 寫道: Jadi, seperti apa konkritnya perjuangan yang musti dilakukan pemerintah dalam mengurus/merawat sang "bayi" supaya tumbuh sehat dan cerdas (selain menyuruh berebut makan akar-akaran)? Bagaimanapun, "lapar" pada bayi sudah pastilah bukan cuma seukuran perut, tapi juga kepala (pengetahuan) dan sekujur tubuh (gerak, aktivitas). Singkatnya, bagaimana pemerintah menjamin tercapainya "kenyang" yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan kognitif-psikomotorik sang "bayi"? Bolehlah si pemerintah berpegangan pada garis dimitrov misalnya, atau apalah terserah. -------- 轉寄郵件 -------- 從: ChanCT Karena PERUT LAPAAAAR itulah PERJUANGAN harus diteruuuskan!!! Dan, bagi seorang CERDAS-PANDAI tentunya bisa menemukan dengan tepat apa kiranya yang BISA dicapai dalam kondisi sekarang. Sebelum bisa dapatkan sepiring nasi, kalau kemungkinan bisa dapatkan singkong, ubi-jalar pun harus direbut dahulu, ....! Bangunlah dari mimpi-indahmu menyantap soto-ayam didalam tempurung itu! Tatiana Lukman 於 1/3/2019 21:08 寫道: Ya jelas goblok bikin analogi gerakan rakyat dengan bayi, dan yang lebih penting lagi dari pandangan remo yang selalu menjajakan kolaborasi kelas untuk cium pantat penguasa dan imperialis. Orang remo melihat kegagalan masa lalu sebagai alasan untuk menyerah dan tidak melawan penindasan dan penghisapan. Sebaliknya rakyat melihat kegagalan untuk membangun kembali kekuatan dengan mengatasi kesalahan dan kelemahan untuk tidak tersandung batu yang sama untuk kedua kalinya. Hanya rakyat yang tahu bagaimana membangun kekuatannya. Orang-orang Remo semacam Chan tidak akan pernah mengerti jalan yang diambli rakyat. Bisanya hanya mencibir dan menghina!! Siapa yang tidak tahu rakyat LAPAR!! Tapi rakyat yang sudah sadar, dengan perut lapar itulah mereka berjuang!! Kalau perut sudah kenyang, kantong gendut, hidup mapan, seperti tuan-tuan kapitalis temannya Chan, justru merekalah yang akan menghalangi perjuangannya orang-orang yang LAPAR!!! Contoh rakyat berjuang melawan ketidak adilan dan kesewenang-wenangan Korporasi serta kapitalnya yang buat Chan tidak boleh disentuh-sentuh!!! Orang yang memuja kekuasaan MODAL, MANA BISA DAN TAK PUNYA HAK BICARA SOAL PERJUANGAN RAKYAT!!! 5 bulan lebih di lokasi pendudukan di Dusun Tamappalalo, Desa Tamatto. Masyarakat adat Kajang masih bertahan padahal dari hasil mediasi pada pekan lalu mereka diharuskan 1 Maret 2019 lokasi sudah kosong. Rupanya mundur dari pendudukan bukanlah pilihan. Mereka masih melewati malam di tenda-tenda mereka. Mendapatkan kujungan dari pemerintah di lokasi pendudukan, mereka sangat senang. Ibarat anak kecil yang lama merindukan orang tua dan pada akhirnya bertemu. Jika bukan karena soal usia, mungkin ada yang sudah meloncat-loncat kegirangan. Ini untuk pertama kalinya, setelah beberapa kali melewati situasi menegangkan. "terima kasih sudah melihat kami di sini pak wakil" kata itu yang diucapkan beberapa penggugat mewakili yang lainnya. PENJARA tak akan bisa membungkam semangat membela hak-hak petani dan tanah adat Kajang. Kita harus tetap berada di tengah-tengah masyarakat memperjuangkan keadilan hingga hak para petani diberikan. TAK ada keadilan tanpa reformasi agraria sejati. On Friday, March 1, 2019, 1:21:52 PM GMT+1, ChanCT wrote: Nenek dalam trempurung yang merasa dirinya paling "pinter" didunia, dikasih analgi pertumbuhan bayi, kok malah dilecehkan?! Pada saat bayi belum bergigi, gimana dibisa dikasih makan-nasi??? Pada saat bayi itu belum setahun, biarlah dia belajar telungkup dan merangkak dahulu, jangan dipaksakan berdiri bahkan jalan! Nah, sekarang kita lihat aksi gerakan rakyat dimana kekuatan rakyat masih sangat lemah. Bisakah menangkan aksi menuntut Reformasi Agraria SEJATI??? PASTI TIDAK! Siapa bisa wujudkan? Jokowi? Lha, dahulu dimasa kekuasaan Soekarno, pencetus TRISAKTI dan ada kekuatan PKI yg dibanggakan saja tidak berhasil juga, digenjot dengan aksi sepihak, jatuh korban tentu tak terhindar.. Dan, ... suasana politik makin memanas tidak siap digebuk musuh! Dalam 8 jam digebuk Soeharto hancur lebur tidak bisa bangun sampai sekarang setelah lewat lebih 1/2 abad! Pelajaran pahit yg menelan jutaan KORBAN jiwa pun dilewatkan begitu saja, .... tanpa mau pedulikan berapa kekuatan rakyat dan perhitungkan apa yang bisa dicapai dengan kekuatan yang ada sekarang ini. Bagi seorang yg berani menamakan diri pejuang rakyat, sudah seharusnya pandai-pandai menemukan kemungkinan-kemungkinan yang masih bisa digapai. Bukan tidur saja dalam mimpi indah lalu berteriak-teriak merindukan rembulan! Rakyat sudah LAPAR! Tetap TIDAK seharusnya disuruh bangkit beraksi menuntut reformasi Agraria sejati yg pasti akan GAGAL, kenapa tidak ikut menuntut saja dapatkan certifikat yg dibagi-bagikan Jokowi itu! Bahkan berusaha keras mendapatkan bagian dana-desa yg dikucurkan untuk melangsungkan usaha desa, ... bahkan mungkin ada subsidi UKM. Carilah kemungkinan -kemungkinan yg masih bisa didapat dan bisa menolong petani kelaparan, ... Tatiana Lukman 於 28/2/2019 23:35 寫道: Bolak balik hakekatnya tetap sama. Orang remo tidak akan mau berjuang, maunya menjilat pantat penghisap dan penguasa. Ingat nggak dulu bagaimana kaum remo Soviet begitu takut dengan perang, makanya menjajakan pepesan kosong tentang transisi secara damai ke sosialisme dan koeksistensi damai dengan kaum imperialis karena menganggap kaum imperialis sudah berubah!!! Semua orang "kiri", apalagi "kom" kenal betul dulu itu dengan politik menjilat pantat kaum imperialis yang disebarkan kaum revisionis!!!! Siapa yang masih belum karatan ingatannya, pasti tahu apa itu revisionisme modern a la Soviet...Restorasi kapitalis di Rusia tidak sebrutal di Tiongkok di mana kita menyaksikan penghisapan habis-habisan terhadap buruh migran Tiongkok!!! Lain lagi dengan kaum remo Tkk. Mereka menjajakan pepesan kosong "sosialisme dengan ciri Tkk", (sekarang diganti dengan "Masyarakat Kesejahteraan Moderaaaaatttttt"...) "mengkombinasi Kapitalisme dan sosialisme", tapi untuk merealisasinya, harus dihancurkan dulu dasar-dasar ekonomi sosialis, semua undang-undang yang melindungi kaum buruh dan kaum tani dan semua jaminan sosial dan hak demokratisnya dilenyapkan... Lantas apa yang masih ketinggalan dari Sosialismenya???? Ooo, masih ketinggalan papan merek PKT (Partai Kapitalis Tiongkok???!!!). Bikin analogi perjuangan dengan bayi???!!! Nah, ia tunjukkan lagi kegoblokannya!!! Bagaimana suku bangsa di Kalimantan ini harus menyikapi perampasan hak hidup mereka??? "Kami disuruh kerja apa? Makan apa? Mau diapakan nyawa kami??? Jawab tuh Chan pertanyaan bapak tani ini??? Menunggu sampai ada perubahan keseimbangan kekuatan???? apa yang dimilik kaum tani itu? Uang tak punya, senjata tak punya, yang mereka punya hanya tenaga kerjanya sendiri!!!!Kaum tani sudah dihadapkan kepada TEMBOK!!! Nasehatnya orang remo: sabaaaar!! Jangan melawan, kamu masih kecil, tidak punya kekuatan, jangan nuntut banyak-banyak...Ikuti saja kemauan majikan perkebunan itu, kerja jadi buruh kelapa sawit!!!! Reforma agraria sejati...Uhhhh itu ketinggian!!! Untung banyak kaum tani jauh lebih sadar dan berani menuntut hak-haknya walaupun untuk itu harus hilang nyawa!! Maka itu konflik tanah terus bergulir....Makin sadar kaum tani, makin teguh mereka berjuang dan kaum remo akan digilas roda sejarah!!! <https://www.facebook.com/SOBinfomedia/videos/610514806087079/?t=21> Save Our Borneo <https://www.facebook.com/search/top/?q=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fsobinfomedia%2Fvideos%2F610514806087079%2F%20t%3D8> https://www.facebook.com/search/top/?q=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fsobinfomedia%2Fvideos%2F610514806087079%2F%20t%3D8 <https://www.facebook..com/SOBinfomedia/videos/610514806087079/?t=8> https://www.facebook.com/SOBinfomedia/videos/610514806087079/?t=8 On Thursday, February 28, 2019, 7:41:33 AM GMT+1, ChanCT wrote: Bahwa manusia harus makan itu BETUUUL! Tapi, pada saat bayi baru beberapa bulan, jangan langsung diberi makanan padat, kasihlah air tajin, bubur dulu! Pada saat bayi belum lewat setahun, jangan pula dipaksakan untuk berdiri dan jalan, biarlah dia belajar tengkurup dan merangkak dahulu. Semua juga ada proses perkembangannya sendiri yang tidak bisa dilompati, neng! Begitu juga dengan tingkat perjuangan rakyat, siapa tidak tahu Reformasi Agraria sejati harus diperjuangkan! Tapi, sekarang ini, dimana kekuatan rakyat masih lemah, yaa harus melihat apa yang kiranya bisa dicapai sesuai kondisi yang dihadapi. Bagaimana mungkin bisa laksankan tuntutan Reformasi Agraria SEJATI itu, mau dipaksakan kembali dengan aksi sepihak? Hitung-hitunglah deng sebaik-baiknya, kalau tidak hendak kembali jatuh KORBAN lebih parah dari masa lalu itu! Bangunlah dari mimpi indah didalam tempurungmu itu! Tatiana Lukman 於 27/2/2019 17:21 寫道: Melihat perkembangan situasi politik di Indonesia, tentu jadi sangat prihatin dan menyedihkan! Nampak jelas Jokowi yg bisa dijagokan tampil capres 2019, tidak sebaik Gus Dur apalagi Soekarno! Hanyalah seorang yang merakyat dan merupakan orang-baikbaik yang hendak memperbaiki kehidupan rakyat miskin saja, tapi tidak mempunyai pendirian/pandangan ideologi yang teguh spt Gus Dur, Soekarno yang mampu menghadapi tekanan bahkan ancaman, ... begitu mendapat tekanan aksi-massa, tokoh-tokoh parpol-parpol disekitar-nya, berubahlah pikiran/pendapat semula! Bukan saja terpaksa menerima Maruf Amin sb cawapres untuk gantikan Mahfud MD, bahkan hanya untuk menyangkal gosip PKI, berulangkali serukan gebug komunis yang bangkit! Akhirnya selama 4 tahun terakhir ini momok PKI kembali gentayangan di Nusantara ini, terjadi penggerebekan kegiatan massa yg dituduh bangkit kembalinya PKI, penggeledahan dan penyitaan buku-buku yg dituduh menyebarkan PKI/komunis! Mengapa begitu? Singkat kata, ini menunjukkan KEKUATAN RAKYAT jadi makin MELEMAH dan sebaliknya KEKUATAN KANAN, kekuatan Islam radikal makin MENGUAT dan AGRESIF unjuk gigi saja! Lalu? Bagaimana yang menamakan diri kekuatan rakyat harus bersikap dan meneruskan perjuangannya??? Sungguh sangat tidak realis untuk menggebuk serampangan kekuatan yang dihadapi dan TETAP saja menyerukan semboyan-semboyan ekstrim yg bersemburan keluar dari mulut nenek dalam tempurung dalam mimpinya ini! Perhatikan bagaimana seorang remo, yang pada hakekatnya adalah pengkhianat perjuangan rakyat alias reaksioner dan anti-komunis (ingat politik Khrustjov dan kemudian Deng xiaoping yang mengusir orang-orang komunis di Tkk guna menjalin hubungan diplomatik dengan rezim fasis Suharto), menganalisa dan menyikapi perjuangan rakyat yang menuntut hak-haknya dan melawan rezim Jokowi-JK. Hanya orang reaksioner yang mencap tuntutan ormas rakyat supaya menurunkan harga tiket pesawat sebagai semboyan ekstrim!! Karena orang-orang seperti Chan itu kerjanya membela mereka yang kantongnya gendut alias para kapitalis penghisap dan perampok nilai lebih kaum buruh. Bagaimana dengan ribuan rakyat yang berani melawan kekuasaan Negara dan korporasi perampas tanah rakyat dengan mempertaruhkan nyawa dan keselamatan dirinya seperti di Bulukumba, Sulsel ini??? Mereka menolak dijadikan tumbal pembangunan Jokowi!!! Semboyan mereka, reforma agraria sejati!! Inilah yang dianggap extrim oleh orang-orang remo semacam Chan!! Jelas dimana dia berdiri dan berpihak, bukan?? Nenek dalam tempurung jelas sikapnya, mendukung Reforma Agraria Sejati.. Ngatain orang lain "dalam tempurung" padahal pengetahuan dirinya sendiri hanya cukup untuk jadi agen remo Deng xiao-ping!Silahkan saja remo terus menjilat pantat penguasa dan berkoar-koar memfitnah gerakan rakyat!!! <https://www.mongabay.co.id/category/sosial/> Sosial <http://www.avg.com/email-signature?utm_medium=email&utm_source=link&utm_campaign=sig-email&utm_content=emailclient> 不含病毒。 <http://www.avg.com/email-signature?utm_medium=email&utm_source=link&utm_campaign=sig-email&utm_content=emailclient> www.avg.com