Lah kan sudah ada data debt to GDP dan debt service ratio dan tersebar dimana2.

Ayo ente analisa!

Mari kita lihat klaim ente bahwa RI ngibul rakyatnya!

 

Mari kita lihat gimana ente membahas debt to GDP vs debt service ratio ini!

Atau ente hanya nyinyir saja!

Atau kabur pake’ meme lagi?!

 

Gimana ya pemerintah RI ngibulin rakyatnya itu?

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> 
Sent: Monday, March 11, 2019 1:47 PM
To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com>
Subject: RE: [GELORA45] Kemenkeu Soal Chinese Money Trap: Pengaruh untuk 
Indonesia Masih Sangat Jauh

 

  

Artinya sederhana, dengan hanya meng-koar2kan Debt to GDP tanpa mengutarakan 
DSR pemerintah mengelabuhi rakyatnya sendiri seakan utang tsb kecil dgn 
menyembunyikan betapa untuk bayar gelagepan sehingga yang terjadi utang baru 
untuk bayar utang lama alias terjerat dalam debt trap.

 

 

---In  <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com, < 
<mailto:nesare1@...> nesare1@...> wrote :

Pemerintah suatu negara tidak berkewajiban menjawab pertanyaan2 seperti ini.. 
Pemerintah suatu negara berkewajiban mengeluarkan data yang relevan dalam 
penyelenggaraan negaranya.

 

Kalau ente mau tahu, cari datanya. Bukannya menyalahkan pemerintah RI tidak 
memberikan jawabannya.

 

Orang2 yang belajar ekonomi dan disiplin ilmu yg terkait dgn data2 ekonomi, 
akan mencari data dan memberikan kesimpulan atas interpretasi data yg tersedia 
dari pemerintah suatu negara.

 

Ente mentalnya minta2 saja!

 

Jelas sekali ente gak ngerti permintaan ente dan data yg sdh tersedia!

Data hutang dan data pajak serta data eksport pemerintah RI tersedia dimana2 
baik primer, sekunder sampai tersier. Tinggal dilihat lalu disajikan dan 
diinterpretasikan.

 

MAMPU NDAK ENTE SETELAH ANE KASIH TAHU BEGINI?!!!!

 

Nesare

 

 

 

From:  <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com < 
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com> 
Sent: Monday, March 11, 2019 1:15 PM
To: Yahoogroups < <mailto:gelora45@yahoogroups.com> gelora45@yahoogroups.com>
Subject: [GELORA45] Kemenkeu Soal Chinese Money Trap: Pengaruh untuk Indonesia 
Masih Sangat Jauh

 

 

Pemerintah selalu beralasan masih aman melihat rasio utang terhadap GDP, tetapi 
tidak pernah diutarakan cicilan+bunga dibanding pendapatan pajak, tidak pernah 
diutarakan besarnya cicilan+bunga dibanding pendapatan ekspor atau yang disebut 
debt service ratio. Melihat tingginya tingkat bunga artinya cicilan + bunga 
(debt service) juga tinggi.

---

 

Pemerintah menjelaskan, selain besaran jumlah utang dari China yang masih 
sebesar Rp 22 triliun atau 0,50 persen, rasio utang pemerintah terhadap PDB per 
2018 masih dalam batas aman atau kurang dari 30 persen. Rasio utang Indonesia 
saat ini sebesar 29,78 persen, jauh di bawah negara peer atau yang setara. Di 
mana, Mesir sebesar 101,2 persen, Mongolia 79,4 persen, Sri Lanka 77,6 persen, 
Pakistan 67,2 persen.

....

 


 
<https://www.merdeka.com/uang/kemenkeu-soal-chinese-money-trap-pengaruh-untuk-indonesia-masih-sangat-jauh.html>
 Kemenkeu Soal Chinese Money Trap: Pengaruh untuk Indonesia Masih Sangat Jauh


 




                

        

Kemenkeu Soal Chinese Money Trap: Pengaruh untuk Indonesia Masih Sangat ...


Harwanto Bimo Pratomo

Disebutkan, China memberikan pinjaman ke beberapa negara untuk mewujudkan New 
Silk Road yang semuanya akan terhu...

 

 

Senin, 11 Maret 2019 16:10Reporter :  
<https://www.merdeka.com/reporter/harwanto-bimo-pratomo/> Harwanto Bimo Pratomo

 

  
<https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2019/03/11/1059677/670x335/kemenkeu-soal-chinese-money-trap-pengaruh-untuk-indonesia-masih-sangat-jauh-rev-1.jpg>
 Ilustrasi Chinese Money Trap. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Kementerian Keuangan menjelaskan bahwa Indonesia masih aman dari 
pengaruh  
<https://www.merdeka.com/uang/utang-bumn-rp-5217-triliun-dinilai-masih-aman.html>
 Chinese Money Trap yang tengah ramai dibicarakan. Mengutip penjelasan  
<http://www.merdeka.com/tag/f/facebook/> Facebook Nas Daily, Chinese Money Trap 
ialah skema China yang memberi pinjaman ke beberapa negara dalam jumlah besar 
untuk pembangunan dengan maksud agar Negeri Panda dapat menguasai aset tersebut 
jika penerima utang tidak mampu membayar.

 

 

Dikutip dari akun Facebook Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan 
Risiko Kemenkeu, Senin (11/3), pemerintah memaparkan utang dari China hanya 
sebesar Rp 22 triliun per akhir 2018. Jumlah utang tersebut setara dengan 0,50 
persen jumlah total pinjaman pemerintah.

"Utang pemerintah yang berasal dari pinjaman saat ini sebesar 18,23 persen. 
Sementara, dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN), sebesar 81,77 persen," 
tulis mereka.

Pemberi pinjaman antara lain Bank Dunia, Asian Development Bank, Jepang, 
Jerman, Prancis, dan China. Pinjaman pemerintah kepada China menggunakan skema 
goverment to goverment (G to G) dan selalu menerapkan prinsip kehati-hatian, 
terukur, dan transparan.

"Pinjaman pemerintah tidak jatuh tempo sekaligus, tetapi pembayarannya dicicil 
selama periode tertentu sehingga tidak memberatkan keuangan. Indonesia masih 
sangat jauh dari pengaruh skenario yang disebutkan sebagai Chinese Money Trap," 
jelasnya.

Mengapa Indonesia masih aman?

Pemerintah menjelaskan, selain besaran jumlah utang dari China yang masih 
sebesar Rp 22 triliun atau 0,50 persen, rasio utang pemerintah terhadap PDB per 
2018 masih dalam batas aman atau kurang dari 30 persen. Rasio utang Indonesia 
saat ini sebesar 29,78 persen, jauh di bawah negara peer atau yang setara. Di 
mana, Mesir sebesar 101,2 persen, Mongolia 79,4 persen, Sri Lanka 77,6 persen, 
Pakistan 67,2 persen.

Sementara, rasio defisit pemerintah pada 2017, sebesar 2,5 persen atau di bawah 
batas aman yang ditentukan 3 persen. Di mana, negara lain yakni Mesir di 10,7 
persen, Kenya 9,5 persen, Mongolia 6,2 persen, Pakistan 5,8 persen, Sri Lanka 
5,5 persen.

Kemenkeu meyakinkan pemerintah mampu untuk membayar utang karena telah 
dianggarkan dalam APBN di setiap tahunnya. "Pengelolaan utang diatur dalam UU 
APBN serta pengawasannya dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)."

Selain itu, utang digunakan untuk membiayai proyek-proyek produktif yang 
memberikan manfaat lebih besar dari biaya utangnya. Menurut McKinsey pada 2016, 
proyek infrastruktur memberikan return 20 persen, sementara biaya utang 
pemerintah sekitar 8 persen.

Disebutkan, China memberikan pinjaman ke beberapa negara untuk mewujudkan New 
Silk Road yang semuanya akan terhubung dengan China. Perdana Menteri Malaysia, 
Mahathir Mohamad, juga telah memperingatkan akan bahaya  
<https://www.merdeka.com/tag/utang/> Chinese Money Trap ini. Mahathir, sejak 
kembali menjabat, terus menyuarakan perjanjian ulang atau bahkan pembatalan 
pada rencana kerjasama pembangunan infrastruktur oleh China yang disebutnya tak 
adil.

[bim]

 

 



Kirim email ke