Bung jangan langsung reaktif kalau mendengar atau membaca berita ada seseorang dipolisikan, apalagi dgn tuduhan membela yg lemah.
Sebelum bung tahu masalahnya, reaksi bung itu menjadi sgt tdk objektif. Coba pelajari dulu kenapanya, baru bikin opini dan kalau perlu kesimpulan. Tetapi sebelum mengerti substansi permasalahannya, bung langsung klaim ultimatum, ya akhirnya bung banyak salahnya dalam beropini dan berkesimpulan. Kasus Said Didu/SD ini jelas2 adalah politik. Jangan dibawa2 ke idelogi kapitalis, kejujuran, keberanian, memikirkan kepentingan negeri, Cina, kekuasaan dll. Ada 2 hal yg perlu saya kemukakan ttg ini. Pertama SD itu suaranya adalah suara PKS artinya suara SD itu sejak dia di IPB sudah mendengungkan suara Islam. Ini letaknya di kanan, dan ingat bung itu di kiri. Kedua masalah nikel marowali itu informasi beritanya sudah mulai banyak akhir2 ini. Coba baca cari tahu apa yg tjd dgn tkw cina di marowali itu. Lihat video2 karyawan Indonesia yg lulus tes kerja di perusahaan smelter di marowali itu. Coba lihat video yg di release oleh orang/rakyat marowali yg membela perusahaan smelter di marowari itu dimana mereka sgt berterimakasih krn rakyat setempat kesejahteraannya meningkat dgn adanya smelter itu. Cari tahu juga smelter itu apa, gimana teknologinya, investasinya sedikit atau banyak lalu ini yg paling penting: kegunanaan smelter itu sendiri. Kenapa eropa, usa dan negara maju lainnya tdk mau investasi mendirikan smelter itu. Lalu cari tahu gimana WTO marah2 krn mereka/negara2 maju diminta Jokowi utk investasi dirikan smelter. Dari dulu mereka2 ini angkut hasil tambang dan dikelola dinegaranya krn tidak mau investasi yg mahal sekali serta sumber daya manusia nya juga belum ada diindonesia. Bung jangan pikir orang Indonesia bisa menjalankan smelter itu loh. Jangankan rakyat jelata, wong insinyur2 nya Indonesia saja itu belum siap. Gimana bisa siap wong smelternya saja belum ada dulunya. Dari mana bisa tahu teknologinya? Ya paling2 orang Indonesia yg sdh kerja diluar negeri ttp kan gak banyak dan belum tentu mereka mau pulang Indonesia juga. Smelter diindonesia itu belum banyak paling2 dibawah 30 sekarang ini. Yg paling banyak adalah buat Kelola nikel dan besi. Baru 2016 smelter naik banyak krn Jokowi melarang eksport bahan tambang yg murni. Harus ada added value baru boleh dieksport yg artinya hrs ada smelter diindonesia. Indonesia diprotes habis2an di WTO krn mereka tdk mau investasi yg mahal skl di Indonesia. Ini hanya sedikit saja. Cerita lainnya msh banyak apalagi teknisnya. Saya tahu sedikit sekali krn pernah diajak ke mimika. Saya diceritain gimana teknologi pertambangan di tembagapura ini yg begitu complicated. Ingat freeport skrg mengelola Grasberg yg mengandung tembaga dan emas terbesar didunia. Waktu Sudirman said orang yusuf kala dulu kasak kusuk waktu jadi menteri energi esdm gak jadi2 smelternya krn korupsi nya minta ampun. Baru sekarang ini freeport setuju bikin smelter ttp di jawa timur. Smelter ini buat tembaga dan mungkin emas. Saya kurang tahu detail teknisnya. Katanya smelter freeport ini akan mulai dibangun 2023. Ingat Grasberg itu konsesinya sampai 2041 coba cek data ini. Smelter buat nikel lain lagi. RRT yg mau investasi di nikel ini. Duitnya gede dan teknologinya juga Indonesia belum ada. Perusahaan2 yg bangun smelter itu semuanya kontrak karya atau perjanjian karya atau apalah. Saya kurang tahu istilah2 joint venture ini. Yg jelas krn teknologinya dari luar, ya Indonesia harus kerja sama dgn asing. Duit mungkin Indonesia ada. Bisa saja BUMN ataupun swasta kerja sama joint venture dgn asing yg punya teknologi dan duit ini. Jadi yg mau saya katakan ini masalah bisnis dimana bisnis adalah alat utk mengelola sumber daya alam yg ada demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dari dulu2 itu presiden2 indonesia belum ada yg memikirkan. Mungkin mikirnya ada ttp pelaksanaannya ya spt kita semua tahu sendiri hanya buat kepentingan diri sendiri atau kelompok sendiri dalam bentuk: korupsi. Sekali lagi coba lihat substansi masalahnya dulu, jangan langsung antipasti dan teriak2 pake ideologi segala. Ini semua yg dipakai oleh kelompok tukang NYINYIR yg sering saya gunakan istilah ini demi memperingatkan kita semua.. Kelompok tukang NYINYIR yg menyerang kelompok nasionalis (Jokowi masuk disini) adalah kelompok kanan yg ideologinya sgt berseberangan dgn ideologi kiri! Yg lucu ada kelompok yg tdk puas lalu masuk kekubu kanan ini. Alasannya macem2. Ada yg cari duit spt ratna sarumpaet sampai2 alasan kesel spt RR dan adhi masardi ada dikubu ini. Said Didu masih mendingan dibandingkan tukang NYINYIR lainnya. Lebih bagus lagi: natalius pigai yg asli papua. Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> Sent: Tuesday, May 19, 2020 6:58 AM To: GELORA45@yahoogroups.com; ChanCT <sa...@netvigator.com> Subject: RE: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan Luhut, Ini Rekam JejakSaid Didu [1 Attachment] Kalau betul apa yang diceritakan Kompas tentang Said Didu ini, ketemulah kita dengan seroang pejabat yang berani, jujur dan masih memikirkan kepentingan negeri. Ya logislah, kalau dia jadi berhadapan dengan komprador china kapitalis-imperialis nomer satu. Sang komprador, disamping kaya raya, kekuasaannya pun sangat besar, kelihatan dari propaganda yang dia gerakkan untuk melicinkan proyek di Morowali , meloloskan buruh China yang keahlian dan ketrampilannya dianggap “begitu tinggi” sehingga tak bias tercapai oleh buruh Indonesia yang dianggap goblok dan dungu!!!!Namanya juga komprador china, cium pantat tuannya pun akan dilakukannya demi proyek-proyek yang akan terus menggendutkan pundi-pundinya!!! Sent from Mail <https://go.microsoft.com/fwlink/?LinkId=550986> for Windows 10 From: ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45] <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> Sent: Saturday, 16 May 2020 15:13 To: GELORA_In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> Subject: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan Luhut, Ini Rekam JejakSaid Didu Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan Luhut, Ini Rekam Jejak Said Didu Kompas.com - 16/05/2020, 07:37 WIB BAGIKAN: <https://asset.kompas.com/crops/AfO1tI3NwZ-jfsTKSpQrJOShtw0=/0x200:265x377/750x500/data/photo/2020/05/01/5eabe2588e2f6.jpg> Lihat Foto Said Didu saat masih menjabat sebagai Sekretaris BUMN, 2006. (KOMPAS/LUCKY PRANSISKA) Penulis Muhammad Idris | Editor Muhammad Idris JAKARTA, KOMPAS.com - Perseteruan mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu dengan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan memasuki babak baru. Bermula dari kritiknya terhadap Luhut di sebuah kanal YouTube, Said Didu harus menjalani pemeriksaan di Bareskrim, Mabes Polri. Di sana, Said Didu diperiksa secara intensif selama hampir 12 jam. Dia mengaku perlu menjelaskan maksud pernyataannya yang dipermasalahkan Luhut, terkait komentarnya yang menilai Luhut lebih mengutamakan investasi daripada penanganan virus corona ( kasus Said Didu). Dari rekam jejaknya, Said Didu memang terkenal sangat lantang mengkritik beberapa kebijakan rezim Presiden Joko Widodo ( Jokowi) yang kini sudah masuk periode keduanya. Sebelum vokal mengkritik Luhut, Said Didu juga beberapa kali melontarkan kritik tajam ke pemerintah, salah satunya yakni kebijakan akuisisi saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Pembelian saham PTFI oleh pemerintah lewat PT Inalum (Persero) ini dianggap merugikan negara. Menurut Said, BUMN malah harus membayar mahal untuk membeli perusahaan yang masa konsesinya hampir habis dan cadangan emas maupun tembaganya sudah banyak terkuras. Baca juga: Jubir Luhut: Infonya Ada Purnawirawan yang Namanya Dicatut Dukung Said Didu Saat itu, Inalum harus merogoh uang 3,85 miliar dollar AS atau sekitar Rp 56,1 triliun untuk mengambil alih 51 persen saham PTFI dari Freeport McMoran dan Rio Tinto. Dalam kasus Jiwasraya, Said Didu pernah menyatakan adanya indikasi tindak pidana korupsi dalam kasus gagal bayar polis yang terjadi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero). "Terjadi perampokan (di Jiwasraya). Perusahaan yang sangat sehat pada 2016-2017, lalu defisit puluhan triliun di tahun berikutnya, berarti ada penyedotan dana yang terjadi," kata dia. Said Didu juga tak melihat kemungkinan adanya masalah gagal bayar di Jiwasraya disebabkan oleh kesalahan dalam proses berbisnis. Said Didu bilang, kasus Jiwasraya merupakan perampokan uang negara. Baca juga: Kuasa Hukum Luhut Pertanyakan Said Didu yang Mangkir saat Dipanggil Bareskrim "Tidak mungkin kalau hanya risiko bisnis, karena ekonomi di 2018 biasa-biasa saja kok, tidak seperti 1998. Enggak mungkin bocor sampai puluhan triliun, kalau risiko bisnis enggak sebesar itu," kata dia. Tak berhenti sampai di situ, Said Didu juga sempat mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang punya kebiasaan meresmikan jalan tol dan menganggapnya sebagai pencitraan. Mantan PNS BPPT dan komisaris BUMN Karir pria asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini banyak dihabiskan sebagai PNS di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Karir birokratnya dirintisnya dari bawah di BPPT sejak tahun 1987 mulai dari peneliti, merangkak karir sebagai pejabat eselon di badan riset tersebut. Namanya mulai lebih sering wara-wiri menghiasi media massa nasional sejak ditunjuk menjadi Sekretaris Kementerian BUMN. Dia juga pernah terpilih sebagai anggota MPR di tahun 1997. Sebagai petinggi di Kementerian BUMN, Said Didu juga diplot sebagai komisaris di beberapa perusahaan pelat merah di antaranya Komisaris PTPN IV (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk (Persero). Jebolan Teknik Industri Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga sempat menduduki kursi komisaris PT Merpati Nusantara Airlines, Komisaris PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia, dan Dewan Pengawas Rumah Sakit RSCM Jakarta. Baca juga: Luhut: Soal Said Didu, Itu Urusan Anak Buah Saya Di awal rezim periode pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Said Didu ikut masuk dalam lingkaran pemerintahan tahun 2014-2016. Dia menjabat sebagai Staf Khusus Menteri ESDM saat itu, Sudirman Saaid. Di tahun 2018, Said Didu dicopot dari jabatannya sebagai komisaris di Bukit Asam dan digantikan oleh Jhoni Ginting. Pencopotannya dilakukan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno dalam RUPSLB Bukit Asam. Kementerian BUMN saat ini beralasan, pencopotan dari kursi Komisaris Bukit Asam dilakukan karena Sidu Didu dianggap sudah tidak sejalan dengan pemegang saham. Said Didu sempat jadi sorotan saat dirinya memutuskan mundur sebagai PNS pada 13 Mei 2019. Alasan pengajuan pensiun dari BPPT agar dirinya bisa lebih leluasa mengkritik kebijakan publik yang dinilainya perlu diperbaiki. Baca juga: Tak Ada Permintaan Maaf, Luhut Ngotot Tuntut Said Didu ke Jalur Hukum Tercatat, dirinya sudah mengabdi sebagai ASN selama 32 tahun 11 bulan. Langkah bersebrangan dengan rezim Jokowi juga pernah diambil Said Didu saat dirinya menerima tawaran dari Tim Kuasa Hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai saksi di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait hasil Pilpres. Artikel ini telah tayang di <http://kompas.com/> Kompas.com dengan judul "Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan Luhut, Ini Rekam Jejak Said Didu", <https://money.kompas.com/read/2020/05/16/073724426/lantang-kritik-rezim-jokowi-hingga-dipolisikan-luhut-ini-rekam-jejak-said-didu?page=all#page2> https://money.kompas.com/read/2020/05/16/073724426/lantang-kritik-rezim-jokowi-hingga-dipolisikan-luhut-ini-rekam-jejak-said-didu?page=all#page2. Penulis : Muhammad Idris Editor : Muhammad Idris