Sudah lupa pepesan kosong yang kamu propagandakan???1. Di dunia belum PERNAH 
ada negeri sosialis. 2. Mao terlalu cepat menghancurkan kaum kapitalis 3.. Di 
dunia, semua harus melalui kapitalisme baru bias ke sosialisme. Artinya antek 
remo ini MENEGASI SECARA KESELURUHAN REVOLUSI NASIONAL DEMOKRATIS DIBAWAH 
PIMPINAN MAO.  4. RBKP merupakan kesalahan Mao. Ayo bantah dulu ini!! Ngaku 
dulu bahwa memang inilah pepesan kosong yang selalu kamu jajakan!! Oportunis 
dan munafik, itulah watak antek remo ini...

Dan soal 70% dan 30%, sebetulnya itu adalah penilaian Mao terhadap dirinya 
sendiri. Begitu juga Mao menilai Stalin. Sedangkan penilaian Deng terhadap Mao 
ahirnya justru membalik angka 70 dan 30% itu. Di bawah ini apa yang ditulis 
prof. Wertheim: :”Deng Xiao-ping, yang ketika itu pelan-pelan naik ke posisi 
berkuasa, malah lebih terus terang lagi: ia bicara tentang ’20 tahun yang 
hilang’; dengan jelas menganggap tidak ada yang positif yang dicapai dalam Maju 
Besar Melompat pada tahun 1958 dan pembentukan komune rakyat dan selanjutnya 
sampai Mao meninggal.”  
Soal solidaritas internasional.. si antek remo ini TANPA MENGAJUKAN BUKTI 
seenak perutnya bilang: tidak hilang , hanya bentuknya berubah... Ha..ha..ha  
MANA BUKTINYA??? DALAM BENTUK APA SEKARANG SOLDIARITAS INTERNASIONALNYA?? 
APAKAH DENGAN EKSPORT MODAL ITU???
Sampai sekarang si antek remo tidak bias membantah buikti pengkhianatan kaum 
remo China yang diajukan Sidik Kertapati. Sekarang saya kasih lagi bukti yang 
diajukan Partai Komunis Belanda (CPN). Mei 1985 (artinya kaum remo sudah 
berkuasa) dalam pertemuan antara CPN dengan Hu Yaobang, Elli Tzeboud mengajukan 
perlu dan pentingnya solidaritas dengan kaum komunis yang dikejar-kejar dan 
dibunuhi di Indonesia. Kawan-kawan CPN menganggap sikap Hu “mengelak “ 
(ontwijkend dlm bhs Belandanya). Dan Hu terang-terangan bilang bahwa “secret 
deals” dengan partai tidak ada lagi.. Reaksi kawan2 CPN :” This attitude was 
undoubtedly motivated by the fact that China had shown its intention to restore 
diplomatic relations with Jakarta, which had been practically broken since 
1966”.
Masih kurang meyakinkan bahwa solidaritas itu hilang karena China mau cium 
pantat Suharto?? 
Mana bantahanmu tentang dulu orang PKI mengutuk Soviet remo karena mendukung 
Suharto… 
Coba bantah itu!!! Ajukan bukti yang bertentangan dengan ini!!! 
 Dasar muka tembok!! Sudah menegasi Mao, sekarang pakai ajaran Mao… Iih, 
memuakkan!! Munafiiiiik!!!! Enak aja, maunya rakyat dunia bersatu dengan kaum 
remo China untuk ganyang Amerika!!! Busyeeet!! Mao tidak pernah mengajar dan 
menghimbau kaum M-L di dunia bersatu dengan remo Khrustjov!!! Rakyat tidak 
bodoh dan dungu seperti antek remo!! Sebagian bias tertipu karena kurang 
Pendidikan dan kesadaran, tapi tidak  SEMUA RAKYAT bias ditipu!!! Buktinya 
seabrek-abrek tulisan dalam berbagai Bahasa yang mengutuk remo China!!!

Sent from Mail for Windows 10

From: ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
Sent: Tuesday, 26 May 2020 05:47
To: GELORA45@yahoogroups.com; Tatiana Lukman
Subject: Re: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan 
Luhut,Ini Rekam JejakSaid Didu

  
Hahahaa, ... ini nenek lagi-lagi hanya membuktikan dirinya ekstrimis kepala 
batu! Nenek yang otaknya sudah masuk air, ... TIDAK lagi bisa berpikir ilmiah! 
Pada saat kita mengkritik kesalahan, tidak seharusnya mencampakkan juga jasa 
dan KEBENARAN yang ada! Kita akan bolak-balik jatuh dari satu kesalahan 
kekesalahn lain, jadi membanting-banting dari kesalahan kiri kek kanan atau 
sebaliknya! BELAJAR lah bagaimana Ketua Mao selalu mengajukan, harus 
pandai-pandai mempertahankan kebenaran yang ada saat kita mengkritik satu 
kesalahan. Jangan semua disalahkan. Juga sebaliknya, saat kita memuji kebenaran 
jangan pula melihat adanya kesalahan atau kekurangan yang masih harus 
disempurnakan, ... biasa ditentukan dengan 7 banding 3. Artinya sudah cukup 
baik kalau mencapai 70% kebenaran dan hanya 30% kesalahan. Begitulah yang 
dditrapkan Deng saat mengkritik kesalahan PKT dimasa Mao, ... dimana Deng juga 
ikut menentukan dan harus bertanggungjawab. Deng bertahan TETAP pegang prinsip 
KEBENARAN FMTT, dan mengagungkan Ketua Mao sebagai Pemimpin Besar Rakyat 
Tiongkok. Dengan menyatakan Tanpa Ketua Mao tidak ada Tiongkok Baru sekarang 
ini, ...!
Pernyataan Ketua Mao, 20 Mei 1970, itu kembali diingatkan rakyat Tiongkok dalam 
tayangan video yang kebetulan saya ikuti dan saya angkat kembali dalam diskusi 
kita, untuk mengingatkan saja, ... bahwa ketua Mao pandai menempatkan posisinya 
dalam pertarungan 2 Super Power, Sovyet-AS kita itu untuk kepentingan nasional 
Tiongkok! Tidak asal gebuk seperti yang dilakukan nenek yang satu ini, ...! 
Jadi, sadar atau tidak menempatkan dirinya SATU FRONT dengan imkperialisme AS 
menggempur RRT yang lebih dibenci itu!
Hilangkah solidaritas internasional? Tentu saja TIDAK! Bentuknya saja berubah, 
... kalau dahulu yang dijalankan ekspor revolusi, langsung terlibat dan 
membantu gerakan rakyat setempat, tanpa pedulikan sikap pemerintah yang 
berkuasa. Padahal cara begitu tak dapat disangkal merupakan intervensi urusan 
dalam negeri negara lain, ... yang tidak dikehendaki dan ditentang oleh RRT 
sendiri! Apa bedanya dengan yang dijalankan imperialisme AS didunia, selalu 
mengobok-obok dan bikin kacau dibanyak negeri untuk menggulingkan kekuasaan 
pemerintah yang menentang AS??? Yang sekarang dikenal dengan Revolusi Warna 
itu, ...


Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] 於 2020/5/26 上午 03:48 寫道:
  
Nah, kan keluar lagi oportunisnya... Tidak permasalahkan penilaian...RRT sudah 
menjadi sosial-Imperialisme... Padahal gara-gara kategorisasi China imperialis 
itu ,saya dicap memfitnah China. Maka saya kasih kalimat Prof. Jose Maria Sison 
dan judul sebuah tulisan di mana tertera jelas kalifikasi imperialis buat 
China.... antek remo tidak mau mengakui kesalahannya dalam hal itu. Sekrang 
yang dipermasalahkan kemana tinju dipusatkan... Padahal itu juga sudah saya 
jawab jelas dengan contoh kongkrit ketika Indonesia ganyang Malaysia dan pada 
waktu yang lain yang diganyang adalah imperialis Belanda.. Selebihnya  bla,.... 
bla itu ngaco saja...dan debat kusir , karena mengalihkan masalahnya...mau 
membenarkan pengkhianatan China atas internasionalisme proletar... Seolah-olah 
kalua sudah dibantu, haruslah cepat menang!!!!Itu hanya ada didalam otak remo 
yang nasionalis sempit dan egois!!! Sudah lupa Mao mengajar rakyatnya untuk 
mengetatkan ikat pinggangnya supaya bias membantu rakyat negeri lain??? Nyata 
benar bedanya Mao dengan Deng Xiaoping, bukan??? Kewajiban solidaritas proletar 
sebuah partai tetap merupakan factor ekstern bagi gerakan revolusioner suatu 
negeri. Ia tidak dapat menggantikan factor internnya sendiri... He.. dimana 
pengetahuan dialektikamu????Kemunduran atau kegagalan partai sekawan di satu 
negeri tidak membenarkan hilangnya internasionalisme proletar partai yang 
lain!!! Berapa banyak Soviet dan Stalin membantu kaum republik di Spanyol dalam 
melawan fasisme Franco??? Akhirnya kalah!! Apakah PKUS dan Stalin menarik 
solidaritas proletarnya kepada pelarian politik Spanyol???? Belajar sejarah 
perang sipil di Spanyol!!! Sungguh tak punya malu anda mau membenarkan 
pengkhianatan kaum remo China terhadap PKI dan melupakan bahwa pengkhianatan 
itu diperlukan untuk bias mencium pantat  sang jenderal berlumuran darah 
Suharto!! Apa sudah lupa bagaimana orang-orang PKI  dulu mengganyang kaum Remo 
Soviet karena tidak mengutuk kudeta militer 1965 ?? Hanya Kuba, Tiongkok, 
Vietnam dan Korut yang tidak menurunkan bendera setengah tiang sesuai dengan 
permintaan ORBA dalam hubungannya dengan kematian 7 jenderal itu. Remo Soviet 
tunduk pada ORBA!! Setelah Mao meninggal dan the gang of four ditangkap, tiba 
giliran remo china cium pantat Suharto... Gimana, masih kurang jelas??? Apakah 
itu hanya lamunan, mimpi dan bayangan otak saya saja???
 
Sent from Mail for Windows 10
 
From: ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
Sent: Monday, 25 May 2020 06:12
To: GELORA45@yahoogroups.com; Tatiana Lukman
Subject: Re: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan 
Luhut,Ini Rekam JejakSaid Didu
 
  
Saya TIDAK permasalahkan penilaian atau kesimpulan kalian RRT sudah menjadi 
sosial-Imperialisme, ... terserah dan boleh-boleh saja seseorang berpendapat 
begitu! Saya tidak berminat memperdebatkan dari teori keteori saja! Yang saya 
permasalahkan kemana tinju kamu itu dipusatkan, ke RRT atau AS???
Bagi saya, jalan yang ditempuh Tiongkok sepenuhnya adalah hak Rakyat Tiongkok 
sendiri, yang sudah seharusnya bisa diterima dan dihargai! Itulah pilihan 
rakyat Tiongkok sendiri, bukan dikendalikan negara asing! Terima dan HARGAI-lah 
hasil penetapan dan perjuangan RAKYAT bangsa lain, kemajuan dan kemakmuran yang 
dicapai Tiongkok SEPENUHNYA adalah hasil keringat kerja-keras RAKYAT Tiongkok 
sendiri! Bukan hasil penghisapan rakyat bangsa lain, bukan dari penghisapan 
koloni-koloni didunia layaknya imperialisme AS! Apalagi perjuangan rakyatnya 
sendiri masih terpuruk belum ada apa-apanya! Menampilkan tokoh rakyatnya 
sendiri saja BELUM jadi sampai sekarang setelah lebih 55 tahun digebug, ...
Tiongkok berhak menentukan dan mengoreksi kesalahan-kesalahan diwaktu yl. untuk 
menempuh jalan Sosialisme berkarakter Tiongkok, termasuk usaha solidaritas 
internasional yang tetap mereka jalankan itu. Bagaimana cara yang lebih baik 
meningkatkan kesejahteraan 1,4 milyar rakyat Tiongkok, dan seiring dengan itu 
bisa tetap membantu perkembangan dan perjuangan rakyat didunia, ....! Kalau 
dahulu mereka jalankan "MEMBANTU" perjuangan rakyat setempat tanpa peduli 
bagaimana sikap pemerintah yang berkuasa, dan ternyata TIDAK membawa kemajuan 
sebagaimana diharapkan! Bahkan PKI yang sudah dibantu sekuat tenaga bisa 
digebuk hancur oleh Suharto dalam waktu tidak lebih 8 jam saja! Lalu, begitu 
juga dengan PK Malaysia, Filipina bahkan yang berbatasan darat Burma juga tidak 
berkembang sebagaimana diharapkan. Padahal semua BANTUAN itu dijalankan dengan 
mengencangkan ikat tali-pinggang 600 juta rakyat! Nampaknya, kesimpulan 
Tiongkok perjuangan rakyat dinegara-negara sedang berkembang tidak bisa 
dimenangkan dengan kebangkitan perjuangan bersenjata saja! Keadaan dan kondisi 
masyarakat nya sudah berbeda dengan di Rusia dan Tiongkok masa Mao dahulu, ... 
Harus dilancarkan dengan cara dan bentuk perjuangan lain! Lalu?
Tiongkok menempuh jalan sutra, dengan "Satu Sabuk dan Jalan" membantu 
negara-negara sedang berkembang bisa maju dan berkembang lebih baik, ... 
bekerja bersama, untung bersama dan menang bersama! Tentu ini juga bukan obat 
mujarab yang PASTI menang dan berhasil nya, apalagi masih ganjal dan terus 
digempur kekuatan imperialisme yang digembongi Amerika itu masih sangat kuat!
 
 
Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] 於 2020/5/24 下午 10:36 寫道:
  
Sudah lupa bagaimana Tiongkok-nya Mao mengganyang Sosial-imperialisme?? Sudah 
lupa bagaimana Tiongkok menolak kerjasama dengan Sosialimperialisme dalam 
mendukung Vietnam?? Siapa sosialimperialisme itu?? Kalau bukan kaum remo 
Soviet... Sudah hancur luluh remo soviet, muncul  remo Tiongkok dengan 
menangkap the gang of four... Remo Tiongkok inilah yang menendang orang-orang 
PKI demi cium pantat Suharto, dan akhirnya bisa menanamkan modalnya untuk 
mengeruk kekayaan alam Indonesia!!! Katanya masih mengakui Lenin... Tahu nggak 
definisi imperialisme oleh Lenin??? Yang paling penting adalah EXPORT MODAL!!!
 
Nih, jawab dan bantah secuil tulisanku di Sulindo!!! Jangan debat kusir!! To 
the point!! Jawab point-point yang tertulis di bawah!!
 
 Fred Engst (profesor ekonomi dari University of International Business and 
Economics, Beijing) menjelaskan bahwa perusahaan negara dimiliki oleh birokrasi 
pemerintah atau konglomerat modal negara Tiongkok. Konglomerat modal negara 
adalah pemilik modal terbesar dengan kekuasaan monopoli juga terbesar di 
Tiongkok. Gabungan kapital finansial dan kapital industri yang dimiliki 
konglomerat modal negara Tiongkok bahkan lebih besar dari satu korporasi, atau 
satu konglomerat atau kartel atau konsorsium atau multinasional di AS, Eropa, 
atau Jepang!
Konglomerat modal negara ini memiliki kontrol absolut atas partai, seluruh 
mesin negara dan kekuatan militer. Dengan begitu, konglomerat modal negara 
dapat langsung memobilisasi kapital industri dan kapital finansialnya di atas 
kekuasaan negara guna mengabdi kepada kepentingan ekspansi modalnya..
Kapitalisme monopoli di Tiongkok juga tidak bisa menghindari krisis kelebihan 
produksi sehingga mengharuskannya untuk mengekspor modalnya ke negeri-negeri 
Asia, Afrika dan Amerika Latin. Bertemulah kita dengan ciri lain dari 
imperialisme yang sudah diungkapkan Lenin lebih dari satu abad yang lalu, yaitu 
ekspor kapital!
Sudah tentu kaum revisionis modern terus menjajakan pepesan kosong “sosialisme 
dengan ciri Tiongkok”. Bukan kebetulan dan sia-sia nama revisionis yang 
disandangnya. Mereka merevisi dan mencampakkan inti sari dari 
Marxisme-Leninisme dan menggantikannya dengan teori revisionis, seperti 
misalnya, peralihan secara damai ke sosialisme dan sosialisme pasar. Karena 
menganggap ajaran Lenin sudah usang, maka mereka berkeras menolak kenyataan 
bahwa kapitalisme sudah membawa Tiongkok menjadi kekuatan imperialis yang 
sedang berkembang. Padahal perkembangan kapitalisme tak terhindarkan akan 
berakhir pada imperialisme.
Sifat agresif imperialis Tiongkok terlihat jelas dalam usahanya untuk 
menciptakan orde baru global guna menggantikan lembaga-lembaga internasional 
yang dikuasai kekuatan Barat-AS dengan berbagai lembaga di bawah dominasinya. 
Misalnya, New Development Bank, Asian Infrastructure Investment Bank dan New 
Silk Road Fund dengan tujuan memobilisasi dukungan dan mendorong maju proyek 
One Belt One Road (OBOR).
Tiongkok memperkuat aliansi dengan Rusia. Melalui Shanghai Cooperation 
Organization, Tiongkok berusaha memperluas pengaruhnya di Eurasia. Ia juga tak 
ragu-ragu mengklaim Lautan Tiongkok Selatan serta pulau-pulaunya sebagai 
miliknya. Dengan cepat ia membangun di situ infrastruktur militer. Bahkan 
krisis virus corona tidak menghentikan Tiongkok untuk terus mengkonsolidasi 
kekuasaannya di pulau-pulau yang masih disengketakan dengan negeri-negeri 
tetangganya. South China Morning Post memberitakan bahwa Dewan Negara Tiongkok 
baru-baru ini telah menyetujui pembentukan dua distrik baru, Distrik Xisha dan 
Distrik Nansha di bawah kota Sansha.
 
 
Sent from Mail for Windows 10
 
From: ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
Sent: Saturday, 23 May 2020 15:56
To: GELORA45@yahoogroups.com; Tatiana Lukman
Subject: Re: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan 
Luhut,Ini Rekam JejakSaid Didu
 
  
Ini nenek Tatiana yang berani-beraninya menepuk diri ML-Maois sejati, ternyata 
TIDAK BELAJAR dengan baik! Tetap hidup dalam mimpi yang lepas dari kehidupan 
nyata ! Dimana setiap saat kalau berani mengaku sebagai pejuang harus 
pandai-pandai menetapkan musuh-pokok! Dan kesitulah tinju dipusatkan, ...
Sekalipun sudah genap lewat 50 tahun, 20 Mei 1970 yl. Metua Mao mengeluarkan 
pernyataan yang terkenal "SELURUH RAKYAT SEDUNIA BERSATU, melawan imperialisme 
Amerika dan cecunguknya!", saat itu, kita semua tahu ada 2 Superpower, Amerika 
dan Sovyet! Kenapa Ketua Mao memilih dan menentukan imperialisme AS musuh utama 
yang harus digempur dahulu! Sedang Sovyet, jangankan diserempet oleh ketua Mao, 
... disebut pun tidak, ...!
Lalu, apakah sekarang ini, percaturan politik dunia sudah berubah dan RRT yang 
oleh Tatiana dituduh sudah menjadi imperialisme itu menjadi musuh pokok RAKYAT 
SEDUNIA? Bukan lagi imperialisme AS??? Kenapa?
Padahal, kenyataan imperialisme AS inilah yang sampai sekarang ini bikin gaduh, 
bikin kacau dimana-mana, tidak henti-hentinya menjatuhkan banyak korban jiwa 
rakyat tak berdosa, ... termasuk rakyat didalam negerinya sendiri. Akibat 
kedodoran mengatasi wabah Covid-19 yang merebak sudah lebih 90 ribu warga AS 
meninggal! Laluberusaha keras melempar tanggungjawab dan kesalahan pada RRT, 
.... mendesak sekutu-sekutu nya ikutan menyerang dan menyalahkan Tiongkok! 
Menghadapi situasi politik dunia demikian, bagaimana mungkin yang menamakan 
diri pejuang rakyat justru ikutan imperialisme AS menghujat dan menghajar 
habis-habisan RRT yang justru selalu dan dimana saja mengutamakan kepentingan 
dan keselamatan rakyat! Perhatikan saja saat menghadapi Covid-19 kali ini, 
didunia ini hanya RRT yang berani korbankan ekonomi untuk mengutamakan 
keselamatan jiwa rakyatnya! Dengan drastis menutup kota Wuhan, menghentikan 
kerja dan mengharuskan setiap warga berdiam dirumah, tapi dalam waktu 70 hari 
berhasil mengendalikan dan menghentikan penyebaran wabah Covid-19 lebih lanjut, 
dengan korban jiwa 4634 orang.
Patut juga dicatat dan diketahui, sikap TEGAS PKT dalam menjalankan Perang 
RAKYAT Melawan Covid-19, disamping menunjukkan kecanggihan dan kerapian PKT 
mengorganisasi massa, tapi juga dalam SIKAP terhadap kader dan anggota nya: 
Antara lain yang terbaca oleh saya: 
ada seorang pejabat-tinggi pensiunan kota Wuhan, positif terjangkit Covid-19 
dianggap TIDAK disiplin menuruti perintah keharusan diisolasi masuk RS! Karena 
merasa sesuai tingkat kekaderannya, berhak mendapatkan fasilitas kamar seorang 
diri di RS! Tapi, dalam situasi darurat, bukan saja ranjang di RS TIDAK CUKUP, 
banyak pasien yang ditidurkan dilantai saja! Tanpa ranjang! Lalu pejabat 
pensiunan ini keluar RS dan pulang bersembunyi dirumah dengan tuntutan 
obat-obat yang diperlukan bisa dibawa pulang, … Pejabat tsb.. Kemudian kena 
didisiplin masuk RS juga, tapi tetap dianggap MELANGGAR sikap pejabat komunis 
yang harus mendahulukan kepentingan rakyat! Dipinalti dengan turunkan setingkat 
uang pensiun yang bisa didapat!
Ada lagi seorang pejabat kota Wuhan, dicopot hanya karena saat Tahun Baru 
Imlek, tgl. 25 Januari lari pulang kampung menghadiri pesta Ulang Tahun 
ayahnya, padahal tgl. 23 Kota Wuhan sudah di TUTUP, setiap warga tidak boleh 
keluar! 
Lalu, ada seorang pejabat Palang-Merah Wuhan juga kena dicopot, hanya karena 
kelalaian dan keterlambatan meneruskan sumbangan perlengkapan medis yang sudah 
diterima ke RS yang membutuhkan!
 

Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] 於 2020/5/19 下午 09:49 寫道:
  
Ini katak dalam tempurung yang sedang ngoceh, ya?? Tidak tahu sepak terjang 
China sendiri sudah lama menempelkan watak imperialisnya...saking piciknya dan 
penyembahan membutanya kepada China kapitalis, tidak tahu membedakan antara 
sosialisme dengan sosialimperialisme!!!Sudah tentu, dia tidak mau membaca 
wawancara prof. Jose Maria Sison di mana kita temukan kalimat ini : The 
Philippines has become far worse off than ever before after four years of 
misrule by Duterte. This has been characterized by treason and puppetry to both 
US and Chinese imperialism, mass murder and other gross human rights 
violations, systematic plunder, increased unemployment and mass poverty, 
aggravation of the drug problem under the Duterte drug empire, unabashed moral 
depravity and the accelerated deterioration of social and economic conditions.
Dan dibawah ini judul tulisan A. Thayer
Takeover Trap: Why Imperialist China Is Invading Africa
China is in Africa not to advance Maoism, but to control its resources, people, 
and potential.
 
 
Sent from Mail for Windows 10
 
From: ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
Sent: Tuesday, 19 May 2020 14:12
To: Tatiana Lukman; GELORA_In
Subject: Re: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan 
Luhut,Ini Rekam JejakSaid Didu
 
  
Hehehee, ... nenek yang satu ini jadi sudah MENGAKUI Tiongkok menjadi 
inperialisme nomor satu! Yang menggantikan imperialisme Amerika MUSUH Nomor 
wahid nya didunia!!! Jadi, boleh saja bersekutu dengan siapa saja, termasuk 
imperialisme AS untuk GEMPUR RRT, ... PANTAS lah selama ini yang dijadikan 
dasar pegangan suara yang keluar dari corong imperialisme AS, Falungong! 
Dan, ... Said Didu dengan mudahnya dikategorikan pembela rakyat, yang berani 
dan jujur memikirkan kepentingan negeri, ... Siapa tahu kalau dibalik suarea 
manisnya itu hanyalah kepentingan modal imperialisme AS???!!! Bukankah kemarin 
ini ada pemberitaan video bagaimana kondisi masyarakat sekitar merasa 
DIUNTUNGKAN dengan kehadiran perusahaan Tiongkok di Morowali! Juga ada 
pembantahan HOAX dari aktivis Makasar yang secara khusus datang ke Morowali, ...
Aktivis Makassar Bongkar Kebenaran Dibalik Hoaks TKA China di Marowali

https://seword..com/umum/viral-aktivis-makassar-bongkar-kebenaran-dibalik-aRjJZFnTiE
 
 
Tatiana Lukman 於 2020/5/19 下午 06:57 寫道:
Kalau betul apa yang diceritakan Kompas  tentang Said Didu ini, ketemulah kita 
dengan seroang pejabat yang berani, jujur dan masih memikirkan kepentingan 
negeri. Ya logislah, kalau dia jadi berhadapan dengan komprador china 
kapitalis-imperialis nomer satu. Sang komprador, disamping kaya raya,  
kekuasaannya pun sangat besar, kelihatan dari propaganda yang dia gerakkan 
untuk melicinkan proyek di Morowali , meloloskan buruh China yang keahlian dan 
ketrampilannya dianggap “begitu tinggi” sehingga tak bias tercapai oleh buruh 
Indonesia yang dianggap goblok dan dungu!!!!Namanya juga komprador china, cium 
pantat tuannya pun akan dilakukannya demi proyek-proyek yang akan terus 
menggendutkan pundi-pundinya!!! 
 
Sent from Mail for Windows 10
 
From: ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
Sent: Saturday, 16 May 2020 15:13
To: GELORA_In
Subject: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan Luhut, Ini 
Rekam JejakSaid Didu
 
  
Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan Luhut, 
Ini Rekam Jejak Said Didu 
Kompas.com - 16/05/2020, 07:37 WIB BAGIKAN: 
Lihat Foto Said Didu saat masih menjabat sebagai Sekretaris BUMN, 2006. 
(KOMPAS/LUCKY PRANSISKA) 
Penulis Muhammad Idris | Editor Muhammad Idris 
JAKARTA, KOMPAS.com - Perseteruan mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu 
dengan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan memasuki babak 
baru. Bermula dari kritiknya terhadap Luhut di sebuah kanal YouTube, Said Didu 
harus menjalani pemeriksaan di Bareskrim, Mabes Polri. 
Di sana, Said Didu diperiksa secara intensif selama hampir 12 jam. Dia mengaku 
perlu menjelaskan maksud pernyataannya yang dipermasalahkan Luhut, terkait 
komentarnya yang menilai Luhut lebih mengutamakan investasi daripada penanganan 
virus corona ( kasus Said Didu). 
Dari rekam jejaknya, Said Didu memang terkenal sangat lantang mengkritik 
beberapa kebijakan rezim Presiden Joko Widodo ( Jokowi) yang kini sudah masuk 
periode keduanya. 
Sebelum vokal mengkritik Luhut, Said Didu juga beberapa kali melontarkan kritik 
tajam ke pemerintah, salah satunya yakni kebijakan akuisisi saham PT Freeport 
Indonesia (PTFI). 
Pembelian saham PTFI oleh pemerintah lewat PT Inalum (Persero) ini dianggap 
merugikan negara. Menurut Said, BUMN malah harus membayar mahal untuk membeli 
perusahaan yang masa konsesinya hampir habis dan cadangan emas maupun 
tembaganya sudah banyak terkuras. 
Baca juga: Jubir Luhut: Infonya Ada Purnawirawan yang Namanya Dicatut Dukung 
Said Didu 
Saat itu, Inalum harus merogoh uang 3,85 miliar dollar AS atau sekitar Rp 56,1 
triliun untuk mengambil alih 51 persen saham PTFI dari Freeport McMoran dan Rio 
Tinto. 
Dalam kasus Jiwasraya, Said Didu pernah menyatakan adanya indikasi tindak 
pidana korupsi dalam kasus gagal bayar polis yang terjadi di PT Asuransi 
Jiwasraya (Persero). 
"Terjadi perampokan (di Jiwasraya). Perusahaan yang sangat sehat pada 
2016-2017, lalu defisit puluhan triliun di tahun berikutnya, berarti ada 
penyedotan dana yang terjadi," kata dia. 
Said Didu juga tak melihat kemungkinan adanya masalah gagal bayar di Jiwasraya 
disebabkan oleh kesalahan dalam proses berbisnis. Said Didu bilang, kasus 
Jiwasraya merupakan perampokan uang negara. 
Baca juga: Kuasa Hukum Luhut Pertanyakan Said Didu yang Mangkir saat Dipanggil 
Bareskrim 
"Tidak mungkin kalau hanya risiko bisnis, karena ekonomi di 2018 biasa-biasa 
saja kok, tidak seperti 1998. Enggak mungkin bocor sampai puluhan triliun, 
kalau risiko bisnis enggak sebesar itu," kata dia. 
Tak berhenti sampai di situ, Said Didu juga sempat mengkritik Presiden Joko 
Widodo (Jokowi) yang punya kebiasaan meresmikan jalan tol dan menganggapnya 
sebagai pencitraan. 
Mantan PNS BPPT dan komisaris BUMN 
Karir pria asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini banyak dihabiskan 
sebagai PNS di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Karir 
birokratnya dirintisnya dari bawah di BPPT sejak tahun 1987 mulai dari 
peneliti, merangkak karir sebagai pejabat eselon di badan riset tersebut.   
Namanya mulai lebih sering wara-wiri menghiasi media massa nasional sejak 
ditunjuk menjadi Sekretaris Kementerian BUMN. Dia juga pernah terpilih sebagai 
anggota MPR di tahun 1997. 
Sebagai petinggi di Kementerian BUMN, Said Didu juga diplot sebagai komisaris 
di beberapa perusahaan pelat merah di antaranya Komisaris PTPN IV (Persero) dan 
PT Bukit Asam Tbk (Persero). 
Jebolan Teknik Industri Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga sempat 
menduduki kursi komisaris PT Merpati Nusantara Airlines, Komisaris PT Asuransi 
Jiwa Inhealth Indonesia, dan Dewan Pengawas Rumah Sakit RSCM Jakarta. 
Baca juga: Luhut: Soal Said Didu, Itu Urusan Anak Buah Saya 
Di awal rezim periode pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Said Didu ikut 
masuk dalam lingkaran pemerintahan tahun 2014-2016. Dia menjabat sebagai Staf 
Khusus Menteri ESDM saat itu, Sudirman Saaid. 
Di tahun 2018, Said Didu dicopot dari jabatannya sebagai komisaris di Bukit 
Asam dan digantikan oleh Jhoni Ginting. Pencopotannya dilakukan oleh Menteri 
BUMN Rini Soemarno dalam RUPSLB Bukit Asam. 
Kementerian BUMN saat ini beralasan, pencopotan dari kursi Komisaris Bukit Asam 
dilakukan karena Sidu Didu dianggap sudah tidak sejalan dengan pemegang saham. 
Said Didu sempat jadi sorotan saat dirinya memutuskan mundur sebagai PNS pada 
13 Mei 2019. Alasan pengajuan pensiun dari BPPT agar dirinya bisa lebih leluasa 
mengkritik kebijakan publik yang dinilainya perlu diperbaiki. 
Baca juga: Tak Ada Permintaan Maaf, Luhut Ngotot Tuntut Said Didu ke Jalur 
Hukum 
Tercatat, dirinya sudah mengabdi sebagai ASN selama 32 tahun 11 bulan. Langkah 
bersebrangan dengan rezim Jokowi juga pernah diambil Said Didu saat dirinya 
menerima tawaran dari Tim Kuasa Hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai 
saksi di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait hasil Pilpres.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lantang Kritik Rezim 
Jokowi hingga Dipolisikan Luhut, Ini Rekam Jejak Said Didu",
 
https://money.kompas.com/read/2020/05/16/073724426/lantang-kritik-rezim-jokowi-hingga-dipolisikan-luhut-ini-rekam-jejak-said-didu?page=all#page2.
Penulis : Muhammad Idris
Editor : Muhammad Idris
 
 
 
 


      • RE: [GELORA45] ... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
      • Re: [GELORA45] ... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
        • RE: [GELORA... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
        • RE: [GELORA... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
        • RE: [GELORA... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
        • Re: [GELORA... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
          • RE: [GE... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
        • Re: [GELORA... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
          • RE: [GE... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
          • Re: [GE... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
            • RE... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
            • RE... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
            • RE... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
            • RE... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
            • RE... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
            • RE... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
  • RE: [GELORA45] Lantang K... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke