Sudah lupa bagaimana Tiongkok-nya Mao mengganyang
Sosial-imperialisme?? Sudah lupa bagaimana Tiongkok menolak kerjasama
dengan Sosialimperialisme dalam mendukung Vietnam?? Siapa
sosialimperialisme itu?? Kalau bukan kaum remo Soviet... Sudah hancur
luluh remo soviet, muncul remo Tiongkok dengan menangkap the gang of
four... Remo Tiongkok inilah yang menendang orang-orang PKI demi cium
pantat Suharto, dan akhirnya bisa menanamkan modalnya untuk mengeruk
kekayaan alam Indonesia!!! Katanya masih mengakui Lenin... Tahu nggak
definisi imperialisme oleh Lenin??? Yang paling penting adalah EXPORT
MODAL!!!
Nih, jawab dan bantah secuil tulisanku di Sulindo!!! Jangan debat
kusir!! To the point!! Jawab point-point yang tertulis di bawah!!
Fred Engst (profesor ekonomi dari University of International
Business and Economics, Beijing) menjelaskan bahwa perusahaan negara
dimiliki oleh birokrasi pemerintah atau konglomerat modal negara
Tiongkok. Konglomerat modal negara adalah pemilik modal terbesar
dengan kekuasaan monopoli juga terbesar di Tiongkok. Gabungan kapital
finansial dan kapital industri yang dimiliki konglomerat modal negara
Tiongkok bahkan lebih besar dari satu korporasi, atau satu konglomerat
atau kartel atau konsorsium atau multinasional di AS, Eropa, atau Jepang!
Konglomerat modal negara ini memiliki kontrol absolut atas partai,
seluruh mesin negara dan kekuatan militer. Dengan begitu, konglomerat
modal negara dapat langsung memobilisasi kapital industri dan kapital
finansialnya di atas kekuasaan negara guna mengabdi kepada kepentingan
ekspansi modalnya.
Kapitalisme monopoli di Tiongkok juga tidak bisa menghindari krisis
kelebihan produksi sehingga mengharuskannya untuk mengekspor modalnya
ke negeri-negeri Asia, Afrika dan Amerika Latin. Bertemulah kita
dengan ciri lain dari imperialisme yang sudah diungkapkan Lenin lebih
dari satu abad yang lalu, yaitu ekspor kapital!
Sudah tentu kaum revisionis modern terus menjajakan pepesan kosong
“sosialisme dengan ciri Tiongkok”. Bukan kebetulan dan sia-sia nama
revisionis yang disandangnya. Mereka merevisi dan mencampakkan inti
sari dari Marxisme-Leninisme dan menggantikannya dengan teori
revisionis, seperti misalnya, peralihan secara damai ke sosialisme dan
sosialisme pasar. Karena menganggap ajaran Lenin sudah usang, maka
mereka berkeras menolak kenyataan bahwa kapitalisme sudah membawa
Tiongkok menjadi kekuatan imperialis yang sedang berkembang. Padahal
perkembangan kapitalisme tak terhindarkan akan berakhir pada imperialisme.
Sifat agresif imperialis Tiongkok terlihat jelas dalam usahanya untuk
menciptakan orde baru global guna menggantikan lembaga-lembaga
internasional yang dikuasai kekuatan Barat-AS dengan berbagai lembaga
di bawah dominasinya. Misalnya, New Development Bank, Asian
Infrastructure Investment Bank dan New Silk Road Fund dengan tujuan
memobilisasi dukungan dan mendorong maju proyek One Belt One Road (OBOR).
Tiongkok memperkuat aliansi dengan Rusia. Melalui Shanghai Cooperation
Organization, Tiongkok berusaha memperluas pengaruhnya di Eurasia. Ia
juga tak ragu-ragu mengklaim Lautan Tiongkok Selatan serta
pulau-pulaunya sebagai miliknya. Dengan cepat ia membangun di situ
infrastruktur militer. Bahkan krisis virus corona tidak menghentikan
Tiongkok untuk terus mengkonsolidasi kekuasaannya di pulau-pulau yang
masih disengketakan dengan negeri-negeri tetangganya. /South China
Morning Post/ memberitakan bahwa Dewan Negara Tiongkok baru-baru ini
telah menyetujui pembentukan dua distrik baru, Distrik Xisha dan
Distrik Nansha di bawah kota Sansha.
Sent from Mail <https://go.microsoft.com/fwlink/?LinkId=550986> for
Windows 10
*From: *ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
*Sent: *Saturday, 23 May 2020 15:56
*To: *GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>;
Tatiana Lukman <mailto:jetaimemuc...@yahoo.com>
*Subject: *Re: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga
Dipolisikan Luhut,Ini Rekam JejakSaid Didu
Ini nenek Tatiana yang berani-beraninya menepuk diri ML-Maois sejati,
ternyata TIDAK BELAJAR dengan baik! Tetap hidup dalam mimpi yang lepas
dari kehidupan nyata ! Dimana setiap saat kalau berani mengaku sebagai
pejuang harus pandai-pandai menetapkan musuh-pokok! Dan kesitulah
tinju dipusatkan, ...
Sekalipun sudah genap lewat 50 tahun, 20 Mei 1970 yl. Metua Mao
mengeluarkan pernyataan yang terkenal "SELURUH RAKYAT SEDUNIA BERSATU,
melawan imperialisme Amerika dan cecunguknya!", saat itu, kita semua
tahu ada 2 Superpower, Amerika dan Sovyet! Kenapa Ketua Mao memilih
dan menentukan imperialisme AS musuh utama yang harus digempur dahulu!
Sedang Sovyet, jangankan diserempet oleh ketua Mao, ... disebut pun
tidak, ...!
Lalu, apakah sekarang ini, percaturan politik dunia sudah berubah dan
RRT yang oleh Tatiana dituduh sudah menjadi imperialisme itu menjadi
musuh pokok RAKYAT SEDUNIA? Bukan lagi imperialisme AS??? Kenapa?
Padahal, kenyataan imperialisme AS inilah yang sampai sekarang ini
bikin gaduh, bikin kacau dimana-mana, tidak henti-hentinya menjatuhkan
banyak korban jiwa rakyat tak berdosa, ... termasuk rakyat didalam
negerinya sendiri. Akibat kedodoran mengatasi wabah Covid-19 yang
merebak sudah lebih 90 ribu warga AS meninggal! Laluberusaha keras
melempar tanggungjawab dan kesalahan pada RRT, .... mendesak
sekutu-sekutu nya ikutan menyerang dan menyalahkan Tiongkok!
Menghadapi situasi politik dunia demikian, bagaimana mungkin yang
menamakan diri pejuang rakyat justru ikutan imperialisme AS menghujat
dan menghajar habis-habisan RRT yang justru selalu dan dimana saja
mengutamakan kepentingan dan keselamatan rakyat! Perhatikan saja saat
menghadapi Covid-19 kali ini, didunia ini hanya RRT yang berani
korbankan ekonomi untuk mengutamakan keselamatan jiwa rakyatnya!
Dengan drastis menutup kota Wuhan, menghentikan kerja dan mengharuskan
setiap warga berdiam dirumah, tapi dalam waktu 70 hari berhasil
mengendalikan dan menghentikan penyebaran wabah Covid-19 lebih lanjut,
dengan korban jiwa 4634 orang.
Patut juga dicatat dan diketahui, sikap TEGAS PKT dalam menjalankan
Perang RAKYAT Melawan Covid-19, disamping menunjukkan kecanggihan dan
kerapian PKT mengorganisasi massa, tapi juga dalam SIKAP terhadap
kader dan anggota nya: Antara lain yang terbaca oleh saya:
ada seorang pejabat-tinggi pensiunan kota Wuhan, positif terjangkit
Covid-19 dianggap TIDAK disiplin menuruti perintah keharusan diisolasi
masuk RS! Karena merasa sesuai tingkat kekaderannya, berhak
mendapatkan fasilitas kamar seorang diri di RS! Tapi, dalam situasi
darurat, bukan saja ranjang di RS TIDAK CUKUP, banyak pasien yang
ditidurkan dilantai saja! Tanpa ranjang! Lalu pejabat pensiunan ini
keluar RS dan pulang bersembunyi dirumah dengan tuntutan obat-obat
yang diperlukan bisa dibawa pulang, … Pejabat tsb. Kemudian kena
didisiplin masuk RS juga, tapi tetap dianggap MELANGGAR sikap pejabat
komunis yang harus mendahulukan kepentingan rakyat! Dipinalti dengan
turunkan setingkat uang pensiun yang bisa didapat!
Ada lagi seorang pejabat kota Wuhan, dicopot hanya karena saat Tahun
Baru Imlek, tgl. 25 Januari lari pulang kampung menghadiri pesta Ulang
Tahun ayahnya, padahal tgl. 23 Kota Wuhan sudah di TUTUP, setiap warga
tidak boleh keluar!
Lalu, ada seorang pejabat Palang-Merah Wuhan juga kena dicopot, hanya
karena kelalaian dan keterlambatan meneruskan sumbangan perlengkapan
medis yang sudah diterima ke RS yang membutuhkan!
Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com
<mailto:jetaimemuc...@yahoo.com> [GELORA45] 於 2020/5/19 下午 09:49 寫道:
Ini katak dalam tempurung yang sedang ngoceh, ya?? Tidak tahu
sepak terjang China sendiri sudah lama menempelkan watak
imperialisnya...saking piciknya dan penyembahan membutanya kepada
China kapitalis, tidak tahu membedakan antara sosialisme dengan
sosialimperialisme!!!Sudah tentu, dia tidak mau membaca wawancara
prof. Jose Maria Sison di mana kita temukan kalimat ini :The
Philippines has become far worse off than ever before after four
years of misrule by Duterte. This has been characterized by
treason and puppetry to both US and Chinese imperialism, mass
murder and other gross human rights violations, systematic
plunder, increased unemployment and mass poverty, aggravation of
the drug problem under the Duterte drug empire, unabashed moral
depravity and the accelerated deterioration of social and economic
conditions.
Dan dibawah ini judul tulisan A. Thayer
Takeover Trap: Why Imperialist China Is Invading Africa
China is in Africa not to advance Maoism, but to control its
resources, people, and potential.
Sent from Mail <https://go.microsoft.com/fwlink/?LinkId=550986>
for Windows 10
*From: *ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
*Sent: *Tuesday, 19 May 2020 14:12
*To: *Tatiana Lukman <mailto:jetaimemuc...@yahoo.com>; GELORA_In
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
*Subject: *Re: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga
Dipolisikan Luhut,Ini Rekam JejakSaid Didu
Hehehee, ... nenek yang satu ini jadi sudah MENGAKUI Tiongkok
menjadi inperialisme nomor satu! Yang menggantikan imperialisme
Amerika MUSUH Nomor wahid nya didunia!!! Jadi, boleh saja
bersekutu dengan siapa saja, termasuk imperialisme AS untuk GEMPUR
RRT, ... PANTAS lah selama ini yang dijadikan dasar pegangan suara
yang keluar dari corong imperialisme AS, Falungong!
Dan, ... Said Didu dengan mudahnya dikategorikan pembela rakyat,
yang berani dan jujur memikirkan kepentingan negeri, ... Siapa
tahu kalau dibalik suarea manisnya itu hanyalah kepentingan modal
imperialisme AS???!!! Bukankah kemarin ini ada pemberitaan video
bagaimana kondisi masyarakat sekitar merasa DIUNTUNGKAN dengan
kehadiran perusahaan Tiongkok di Morowali! Juga ada pembantahan
HOAX dari aktivis Makasar yang secara khusus datang ke Morowali, ...
*Aktivis Makassar Bongkar Kebenaran Dibalik Hoaks TKA China di
Marowali*
*https://seword..com/umum/viral-aktivis-makassar-bongkar-kebenaran-dibalik-aRjJZFnTiE
<https://seword.com/umum/viral-aktivis-makassar-bongkar-kebenaran-dibalik-aRjJZFnTiE>*
Tatiana Lukman 於 2020/5/19 下午 06:57 寫道:
Kalau betul apa yang diceritakan Kompas tentang Said Didu
ini, ketemulah kita dengan seroang pejabat yang berani, jujur
dan masih memikirkan kepentingan negeri. Ya logislah, kalau
dia jadi berhadapan dengan komprador china
kapitalis-imperialis nomer satu. Sang komprador, disamping
kaya raya, kekuasaannya pun sangat besar, kelihatan dari
propaganda yang dia gerakkan untuk melicinkan proyek di
Morowali , meloloskan buruh China yang keahlian dan
ketrampilannya dianggap “begitu tinggi” sehingga tak bias
tercapai oleh buruh Indonesia yang dianggap goblok dan
dungu!!!!Namanya juga komprador china, cium pantat tuannya pun
akan dilakukannya demi proyek-proyek yang akan terus
menggendutkan pundi-pundinya!!!
Sent from Mail
<https://go.microsoft.com/fwlink/?LinkId=550986> for Windows 10
*From: *ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
*Sent: *Saturday, 16 May 2020 15:13
*To: *GELORA_In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
*Subject: *[GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga
Dipolisikan Luhut, Ini Rekam JejakSaid Didu
*Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan Luhut, *
*Ini Rekam Jejak Said Didu *
Kompas.com - 16/05/2020, 07:37 WIB BAGIKAN:
Said Didu saat masih menjabat sebagai Sekretaris BUMN, 2006.
Lihat Foto Said Didu saat masih menjabat sebagai Sekretaris
BUMN, 2006. (KOMPAS/LUCKY PRANSISKA)
Penulis Muhammad Idris | Editor Muhammad Idris
JAKARTA, KOMPAS.com - Perseteruan mantan Sekretaris
Kementerian BUMN Said Didu dengan Menko Kemaritiman dan
Investasi Luhut Binsar Panjaitan memasuki babak baru. Bermula
dari kritiknya terhadap Luhut di sebuah kanal YouTube, Said
Didu harus menjalani pemeriksaan di Bareskrim, Mabes Polri.
Di sana, Said Didu diperiksa secara intensif selama hampir 12
jam. Dia mengaku perlu menjelaskan maksud pernyataannya yang
dipermasalahkan Luhut, terkait komentarnya yang menilai Luhut
lebih mengutamakan investasi daripada penanganan virus corona
( kasus Said Didu).
Dari rekam jejaknya, Said Didu memang terkenal sangat lantang
mengkritik beberapa kebijakan rezim Presiden Joko Widodo (
Jokowi) yang kini sudah masuk periode keduanya.
Sebelum vokal mengkritik Luhut, Said Didu juga beberapa kali
melontarkan kritik tajam ke pemerintah, salah satunya yakni
kebijakan akuisisi saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
Pembelian saham PTFI oleh pemerintah lewat PT Inalum (Persero)
ini dianggap merugikan negara. Menurut Said, BUMN malah harus
membayar mahal untuk membeli perusahaan yang masa konsesinya
hampir habis dan cadangan emas maupun tembaganya sudah banyak
terkuras.
Baca juga: Jubir Luhut: Infonya Ada Purnawirawan yang Namanya
Dicatut Dukung Said Didu
Saat itu, Inalum harus merogoh uang 3,85 miliar dollar AS atau
sekitar Rp 56,1 triliun untuk mengambil alih 51 persen saham
PTFI dari Freeport McMoran dan Rio Tinto.
Dalam kasus Jiwasraya, Said Didu pernah menyatakan adanya
indikasi tindak pidana korupsi dalam kasus gagal bayar polis
yang terjadi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
"Terjadi perampokan (di Jiwasraya). Perusahaan yang sangat
sehat pada 2016-2017, lalu defisit puluhan triliun di tahun
berikutnya, berarti ada penyedotan dana yang terjadi," kata dia.
Said Didu juga tak melihat kemungkinan adanya masalah gagal
bayar di Jiwasraya disebabkan oleh kesalahan dalam proses
berbisnis. Said Didu bilang, kasus Jiwasraya merupakan
perampokan uang negara.
Baca juga: Kuasa Hukum Luhut Pertanyakan Said Didu yang
Mangkir saat Dipanggil Bareskrim
"Tidak mungkin kalau hanya risiko bisnis, karena ekonomi di
2018 biasa-biasa saja kok, tidak seperti 1998. Enggak mungkin
bocor sampai puluhan triliun, kalau risiko bisnis enggak
sebesar itu," kata dia.
Tak berhenti sampai di situ, Said Didu juga sempat mengkritik
Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang punya kebiasaan meresmikan
jalan tol dan menganggapnya sebagai pencitraan.
*Mantan PNS BPPT dan komisaris BUMN *
Karir pria asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini banyak
dihabiskan sebagai PNS di Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT). Karir birokratnya dirintisnya dari bawah di
BPPT sejak tahun 1987 mulai dari peneliti, merangkak karir
sebagai pejabat eselon di badan riset tersebut.
Namanya mulai lebih sering wara-wiri menghiasi media massa
nasional sejak ditunjuk menjadi Sekretaris Kementerian BUMN.
Dia juga pernah terpilih sebagai anggota MPR di tahun 1997.
Sebagai petinggi di Kementerian BUMN, Said Didu juga diplot
sebagai komisaris di beberapa perusahaan pelat merah di
antaranya Komisaris PTPN IV (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk
(Persero).
Jebolan Teknik Industri Institut Pertanian Bogor (IPB) ini
juga sempat menduduki kursi komisaris PT Merpati Nusantara
Airlines, Komisaris PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia, dan
Dewan Pengawas Rumah Sakit RSCM Jakarta.
Baca juga: Luhut: Soal Said Didu, Itu Urusan Anak Buah Saya
Di awal rezim periode pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi),
Said Didu ikut masuk dalam lingkaran pemerintahan tahun
2014-2016. Dia menjabat sebagai Staf Khusus Menteri ESDM saat
itu, Sudirman Saaid.
Di tahun 2018, Said Didu dicopot dari jabatannya sebagai
komisaris di Bukit Asam dan digantikan oleh Jhoni Ginting.
Pencopotannya dilakukan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno dalam
RUPSLB Bukit Asam.
Kementerian BUMN saat ini beralasan, pencopotan dari kursi
Komisaris Bukit Asam dilakukan karena Sidu Didu dianggap sudah
tidak sejalan dengan pemegang saham.
Said Didu sempat jadi sorotan saat dirinya memutuskan mundur
sebagai PNS pada 13 Mei 2019. Alasan pengajuan pensiun dari
BPPT agar dirinya bisa lebih leluasa mengkritik kebijakan
publik yang dinilainya perlu diperbaiki.
Baca juga: Tak Ada Permintaan Maaf, Luhut Ngotot Tuntut Said
Didu ke Jalur Hukum
Tercatat, dirinya sudah mengabdi sebagai ASN selama 32 tahun
11 bulan. Langkah bersebrangan dengan rezim Jokowi juga pernah
diambil Said Didu saat dirinya menerima tawaran dari Tim Kuasa
Hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai saksi di Mahkamah
Konstitusi (MK) terkait hasil Pilpres.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
<http://kompas.com/> dengan judul "Lantang Kritik Rezim Jokowi
hingga Dipolisikan Luhut, Ini Rekam Jejak Said Didu",
https://money.kompas.com/read/2020/05/16/073724426/lantang-kritik-rezim-jokowi-hingga-dipolisikan-luhut-ini-rekam-jejak-said-didu?page=all#page2.
Penulis : Muhammad Idris
Editor : Muhammad Idris