Saya TIDAK permasalahkan penilaian atau kesimpulan kalian RRT sudah menjadi sosial-Imperialisme, ... terserah dan boleh-boleh saja seseorang berpendapat begitu! Saya tidak berminat memperdebatkan dari teori keteori saja! Yang saya permasalahkan kemana tinju kamu itu dipusatkan, ke RRT atau AS???

Bagi saya, jalan yang ditempuh Tiongkok sepenuhnya adalah hak Rakyat Tiongkok sendiri, yang sudah seharusnya bisa diterima dan dihargai! Itulah pilihan rakyat Tiongkok sendiri, bukan dikendalikan negara asing! Terima dan HARGAI-lah hasil penetapan dan perjuangan RAKYAT bangsa lain, kemajuan dan kemakmuran yang dicapai Tiongkok SEPENUHNYA adalah hasil keringat kerja-keras RAKYAT Tiongkok sendiri! Bukan hasil penghisapan rakyat bangsa lain, bukan dari penghisapan koloni-koloni didunia layaknya imperialisme AS! Apalagi perjuangan rakyatnya sendiri masih terpuruk belum ada apa-apanya! Menampilkan tokoh rakyatnya sendiri saja BELUM jadi sampai sekarang setelah lebih 55 tahun digebug, ...

Tiongkok berhak menentukan dan mengoreksi kesalahan-kesalahan diwaktu yl. untuk menempuh jalan Sosialisme berkarakter Tiongkok, termasuk usaha solidaritas internasional yang tetap mereka jalankan itu. Bagaimana cara yang lebih baik meningkatkan kesejahteraan 1,4 milyar rakyat Tiongkok, dan seiring dengan itu bisa tetap membantu perkembangan dan perjuangan rakyat didunia, ...! Kalau dahulu mereka jalankan "MEMBANTU" perjuangan rakyat setempat tanpa peduli bagaimana sikap pemerintah yang berkuasa, dan ternyata TIDAK membawa kemajuan sebagaimana diharapkan! Bahkan PKI yang sudah dibantu sekuat tenaga bisa digebuk hancur oleh Suharto dalam waktu tidak lebih 8 jam saja! Lalu, begitu juga dengan PK Malaysia, Filipina bahkan yang berbatasan darat Burma juga tidak berkembang sebagaimana diharapkan. Padahal semua BANTUAN itu dijalankan dengan mengencangkan ikat tali-pinggang 600 juta rakyat! Nampaknya, kesimpulan Tiongkok perjuangan rakyat dinegara-negara sedang berkembang tidak bisa dimenangkan dengan kebangkitan perjuangan bersenjata saja! Keadaan dan kondisi masyarakat nya sudah berbeda dengan di Rusia dan Tiongkok masa Mao dahulu, ... Harus dilancarkan dengan cara dan bentuk perjuangan lain! Lalu?

Tiongkok menempuh jalan sutra, dengan "Satu Sabuk dan Jalan" membantu negara-negara sedang berkembang bisa maju dan berkembang lebih baik, ... bekerja bersama, untung bersama dan menang bersama! Tentu ini juga bukan obat mujarab yang PASTI menang dan berhasil nya, apalagi masih ganjal dan terus digempur kekuatan imperialisme yang digembongi Amerika itu masih sangat kuat!



Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] 於 2020/5/24 下午 10:36 寫道:

Sudah lupa bagaimana Tiongkok-nya Mao mengganyang Sosial-imperialisme?? Sudah lupa bagaimana Tiongkok menolak kerjasama dengan Sosialimperialisme dalam mendukung Vietnam?? Siapa sosialimperialisme itu?? Kalau bukan kaum remo Soviet... Sudah hancur luluh remo soviet, muncul  remo Tiongkok dengan menangkap the gang of four... Remo Tiongkok inilah yang menendang orang-orang PKI demi cium pantat Suharto, dan akhirnya bisa menanamkan modalnya untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia!!! Katanya masih mengakui Lenin... Tahu nggak definisi imperialisme oleh Lenin??? Yang paling penting adalah EXPORT MODAL!!!

Nih, jawab dan bantah secuil tulisanku di Sulindo!!! Jangan debat kusir!! To the point!! Jawab point-point yang tertulis di bawah!!

 Fred Engst (profesor ekonomi dari University of International Business and Economics, Beijing) menjelaskan bahwa perusahaan negara dimiliki oleh birokrasi pemerintah atau konglomerat modal negara Tiongkok. Konglomerat modal negara adalah pemilik modal terbesar dengan kekuasaan monopoli juga terbesar di Tiongkok. Gabungan kapital finansial dan kapital industri yang dimiliki konglomerat modal negara Tiongkok bahkan lebih besar dari satu korporasi, atau satu konglomerat atau kartel atau konsorsium atau multinasional di AS, Eropa, atau Jepang!

Konglomerat modal negara ini memiliki kontrol absolut atas partai, seluruh mesin negara dan kekuatan militer. Dengan begitu, konglomerat modal negara dapat langsung memobilisasi kapital industri dan kapital finansialnya di atas kekuasaan negara guna mengabdi kepada kepentingan ekspansi modalnya.

Kapitalisme monopoli di Tiongkok juga tidak bisa menghindari krisis kelebihan produksi sehingga mengharuskannya untuk mengekspor modalnya ke negeri-negeri Asia, Afrika dan Amerika Latin. Bertemulah kita dengan ciri lain dari imperialisme yang sudah diungkapkan Lenin lebih dari satu abad yang lalu, yaitu ekspor kapital!

Sudah tentu kaum revisionis modern terus menjajakan pepesan kosong “sosialisme dengan ciri Tiongkok”. Bukan kebetulan dan sia-sia nama revisionis yang disandangnya. Mereka merevisi dan mencampakkan inti sari dari Marxisme-Leninisme dan menggantikannya dengan teori revisionis, seperti misalnya, peralihan secara damai ke sosialisme dan sosialisme pasar. Karena menganggap ajaran Lenin sudah usang, maka mereka berkeras menolak kenyataan bahwa kapitalisme sudah membawa Tiongkok menjadi kekuatan imperialis yang sedang berkembang. Padahal perkembangan kapitalisme tak terhindarkan akan berakhir pada imperialisme.

Sifat agresif imperialis Tiongkok terlihat jelas dalam usahanya untuk menciptakan orde baru global guna menggantikan lembaga-lembaga internasional yang dikuasai kekuatan Barat-AS dengan berbagai lembaga di bawah dominasinya. Misalnya, New Development Bank, Asian Infrastructure Investment Bank dan New Silk Road Fund dengan tujuan memobilisasi dukungan dan mendorong maju proyek One Belt One Road (OBOR).

Tiongkok memperkuat aliansi dengan Rusia. Melalui Shanghai Cooperation Organization, Tiongkok berusaha memperluas pengaruhnya di Eurasia. Ia juga tak ragu-ragu mengklaim Lautan Tiongkok Selatan serta pulau-pulaunya sebagai miliknya. Dengan cepat ia membangun di situ infrastruktur militer. Bahkan krisis virus corona tidak menghentikan Tiongkok untuk terus mengkonsolidasi kekuasaannya di pulau-pulau yang masih disengketakan dengan negeri-negeri tetangganya. /South China Morning Post/ memberitakan bahwa Dewan Negara Tiongkok baru-baru ini telah menyetujui pembentukan dua distrik baru, Distrik Xisha dan Distrik Nansha di bawah kota Sansha.

Sent from Mail <https://go.microsoft.com/fwlink/?LinkId=550986> for Windows 10

*From: *ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45] <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
*Sent: *Saturday, 23 May 2020 15:56
*To: *GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>; Tatiana Lukman <mailto:jetaimemuc...@yahoo.com> *Subject: *Re: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan Luhut,Ini Rekam JejakSaid Didu

Ini nenek Tatiana yang berani-beraninya menepuk diri ML-Maois sejati, ternyata TIDAK BELAJAR dengan baik! Tetap hidup dalam mimpi yang lepas dari kehidupan nyata ! Dimana setiap saat kalau berani mengaku sebagai pejuang harus pandai-pandai menetapkan musuh-pokok! Dan kesitulah tinju dipusatkan, ...

Sekalipun sudah genap lewat 50 tahun, 20 Mei 1970 yl. Metua Mao mengeluarkan pernyataan yang terkenal "SELURUH RAKYAT SEDUNIA BERSATU, melawan imperialisme Amerika dan cecunguknya!", saat itu, kita semua tahu ada 2 Superpower, Amerika dan Sovyet! Kenapa Ketua Mao memilih dan menentukan imperialisme AS musuh utama yang harus digempur dahulu! Sedang Sovyet, jangankan diserempet oleh ketua Mao, ... disebut pun tidak, ...!

Lalu, apakah sekarang ini, percaturan politik dunia sudah berubah dan RRT yang oleh Tatiana dituduh sudah menjadi imperialisme itu menjadi musuh pokok RAKYAT SEDUNIA? Bukan lagi imperialisme AS??? Kenapa?

Padahal, kenyataan imperialisme AS inilah yang sampai sekarang ini bikin gaduh, bikin kacau dimana-mana, tidak henti-hentinya menjatuhkan banyak korban jiwa rakyat tak berdosa, ... termasuk rakyat didalam negerinya sendiri. Akibat kedodoran mengatasi wabah Covid-19 yang merebak sudah lebih 90 ribu warga AS meninggal! Laluberusaha keras melempar tanggungjawab dan kesalahan pada RRT, .... mendesak sekutu-sekutu nya ikutan menyerang dan menyalahkan Tiongkok!

Menghadapi situasi politik dunia demikian, bagaimana mungkin yang menamakan diri pejuang rakyat justru ikutan imperialisme AS menghujat dan menghajar habis-habisan RRT yang justru selalu dan dimana saja mengutamakan kepentingan dan keselamatan rakyat! Perhatikan saja saat menghadapi Covid-19 kali ini, didunia ini hanya RRT yang berani korbankan ekonomi untuk mengutamakan keselamatan jiwa rakyatnya! Dengan drastis menutup kota Wuhan, menghentikan kerja dan mengharuskan setiap warga berdiam dirumah, tapi dalam waktu 70 hari berhasil mengendalikan dan menghentikan penyebaran wabah Covid-19 lebih lanjut, dengan korban jiwa 4634 orang.

Patut juga dicatat dan diketahui, sikap TEGAS PKT dalam menjalankan Perang RAKYAT Melawan Covid-19, disamping menunjukkan kecanggihan dan kerapian PKT mengorganisasi massa, tapi juga dalam SIKAP terhadap kader dan anggota nya: Antara lain yang terbaca oleh saya:

ada seorang pejabat-tinggi pensiunan kota Wuhan, positif terjangkit Covid-19 dianggap TIDAK disiplin menuruti perintah keharusan diisolasi masuk RS! Karena merasa sesuai tingkat kekaderannya, berhak mendapatkan fasilitas kamar seorang diri di RS! Tapi, dalam situasi darurat, bukan saja ranjang di RS TIDAK CUKUP, banyak pasien yang ditidurkan dilantai saja! Tanpa ranjang! Lalu pejabat pensiunan ini keluar RS dan pulang bersembunyi dirumah dengan tuntutan obat-obat yang diperlukan bisa dibawa pulang, … Pejabat tsb. Kemudian kena didisiplin masuk RS juga, tapi tetap dianggap MELANGGAR sikap pejabat komunis yang harus mendahulukan kepentingan rakyat! Dipinalti dengan turunkan setingkat uang pensiun yang bisa didapat!

Ada lagi seorang pejabat kota Wuhan, dicopot hanya karena saat Tahun Baru Imlek, tgl. 25 Januari lari pulang kampung menghadiri pesta Ulang Tahun ayahnya, padahal tgl. 23 Kota Wuhan sudah di TUTUP, setiap warga tidak boleh keluar!

Lalu, ada seorang pejabat Palang-Merah Wuhan juga kena dicopot, hanya karena kelalaian dan keterlambatan meneruskan sumbangan perlengkapan medis yang sudah diterima ke RS yang membutuhkan!

Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com <mailto:jetaimemuc...@yahoo.com> [GELORA45] 於 2020/5/19 下午 09:49 寫道:

    Ini katak dalam tempurung yang sedang ngoceh, ya?? Tidak tahu
    sepak terjang China sendiri sudah lama menempelkan watak
    imperialisnya...saking piciknya dan penyembahan membutanya kepada
    China kapitalis, tidak tahu membedakan antara sosialisme dengan
    sosialimperialisme!!!Sudah tentu, dia tidak mau membaca wawancara
    prof. Jose Maria Sison di mana kita temukan kalimat ini :The
    Philippines has become far worse off than ever before after four
    years of misrule by Duterte. This has been characterized by
    treason and puppetry to both US and Chinese imperialism, mass
    murder and other gross human rights violations, systematic
    plunder, increased unemployment and mass poverty, aggravation of
    the drug problem under the Duterte drug empire, unabashed moral
    depravity and the accelerated deterioration of social and economic
    conditions.

    Dan dibawah ini judul tulisan A. Thayer


      Takeover Trap: Why Imperialist China Is Invading Africa

    China is in Africa not to advance Maoism, but to control its
    resources, people, and potential.

    Sent from Mail <https://go.microsoft.com/fwlink/?LinkId=550986>
    for Windows 10

    *From: *ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
    <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
    *Sent: *Tuesday, 19 May 2020 14:12
    *To: *Tatiana Lukman <mailto:jetaimemuc...@yahoo.com>; GELORA_In
    <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
    *Subject: *Re: [GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga
    Dipolisikan Luhut,Ini Rekam JejakSaid Didu

    Hehehee, ... nenek yang satu ini jadi sudah MENGAKUI Tiongkok
    menjadi inperialisme nomor satu! Yang menggantikan imperialisme
    Amerika MUSUH Nomor wahid nya didunia!!! Jadi, boleh saja
    bersekutu dengan siapa saja, termasuk imperialisme AS untuk GEMPUR
    RRT, ... PANTAS lah selama ini yang dijadikan dasar pegangan suara
    yang keluar dari corong imperialisme AS, Falungong!

    Dan, ... Said Didu dengan mudahnya dikategorikan pembela rakyat,
    yang berani dan jujur memikirkan kepentingan negeri, ... Siapa
    tahu kalau dibalik suarea manisnya itu hanyalah kepentingan modal
    imperialisme AS???!!! Bukankah kemarin ini ada pemberitaan video
    bagaimana kondisi masyarakat sekitar merasa DIUNTUNGKAN dengan
    kehadiran perusahaan Tiongkok di Morowali! Juga ada pembantahan
    HOAX dari aktivis Makasar yang secara khusus datang ke Morowali, ...

    *Aktivis Makassar Bongkar Kebenaran Dibalik Hoaks TKA China di
    Marowali*


    
*https://seword..com/umum/viral-aktivis-makassar-bongkar-kebenaran-dibalik-aRjJZFnTiE
    
<https://seword.com/umum/viral-aktivis-makassar-bongkar-kebenaran-dibalik-aRjJZFnTiE>*


    Tatiana Lukman 於 2020/5/19 下午 06:57 寫道:

        Kalau betul apa yang diceritakan Kompas  tentang Said Didu
        ini, ketemulah kita dengan seroang pejabat yang berani, jujur
        dan masih memikirkan kepentingan negeri. Ya logislah, kalau
        dia jadi berhadapan dengan komprador china
        kapitalis-imperialis nomer satu. Sang komprador, disamping
        kaya raya,  kekuasaannya pun sangat besar, kelihatan dari
        propaganda yang dia gerakkan untuk melicinkan proyek di
        Morowali , meloloskan buruh China yang keahlian dan
        ketrampilannya dianggap “begitu tinggi” sehingga tak bias
        tercapai oleh buruh Indonesia yang dianggap goblok dan
        dungu!!!!Namanya juga komprador china, cium pantat tuannya pun
        akan dilakukannya demi proyek-proyek yang akan terus
        menggendutkan pundi-pundinya!!!

        Sent from Mail
        <https://go.microsoft.com/fwlink/?LinkId=550986> for Windows 10

        *From: *ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
        <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
        *Sent: *Saturday, 16 May 2020 15:13
        *To: *GELORA_In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
        *Subject: *[GELORA45] Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga
        Dipolisikan Luhut, Ini Rekam JejakSaid Didu

        *Lantang Kritik Rezim Jokowi hingga Dipolisikan Luhut, *

        *Ini Rekam Jejak Said Didu *

        Kompas.com - 16/05/2020, 07:37 WIB BAGIKAN:

        Said Didu saat masih menjabat sebagai Sekretaris BUMN, 2006.
        Lihat Foto Said Didu saat masih menjabat sebagai Sekretaris
        BUMN, 2006. (KOMPAS/LUCKY PRANSISKA)

        Penulis Muhammad Idris | Editor Muhammad Idris

        JAKARTA, KOMPAS.com - Perseteruan mantan Sekretaris
        Kementerian BUMN Said Didu dengan Menko Kemaritiman dan
        Investasi Luhut Binsar Panjaitan memasuki babak baru. Bermula
        dari kritiknya terhadap Luhut di sebuah kanal YouTube, Said
        Didu harus menjalani pemeriksaan di Bareskrim, Mabes Polri.

        Di sana, Said Didu diperiksa secara intensif selama hampir 12
        jam. Dia mengaku perlu menjelaskan maksud pernyataannya yang
        dipermasalahkan Luhut, terkait komentarnya yang menilai Luhut
        lebih mengutamakan investasi daripada penanganan virus corona
        ( kasus Said Didu).

        Dari rekam jejaknya, Said Didu memang terkenal sangat lantang
        mengkritik beberapa kebijakan rezim Presiden Joko Widodo (
        Jokowi) yang kini sudah masuk periode keduanya.

        Sebelum vokal mengkritik Luhut, Said Didu juga beberapa kali
        melontarkan kritik tajam ke pemerintah, salah satunya yakni
        kebijakan akuisisi saham PT Freeport Indonesia (PTFI).

        Pembelian saham PTFI oleh pemerintah lewat PT Inalum (Persero)
        ini dianggap merugikan negara. Menurut Said, BUMN malah harus
        membayar mahal untuk membeli perusahaan yang masa konsesinya
        hampir habis dan cadangan emas maupun tembaganya sudah banyak
        terkuras.

        Baca juga: Jubir Luhut: Infonya Ada Purnawirawan yang Namanya
        Dicatut Dukung Said Didu

        Saat itu, Inalum harus merogoh uang 3,85 miliar dollar AS atau
        sekitar Rp 56,1 triliun untuk mengambil alih 51 persen saham
        PTFI dari Freeport McMoran dan Rio Tinto.

        Dalam kasus Jiwasraya, Said Didu pernah menyatakan adanya
        indikasi tindak pidana korupsi dalam kasus gagal bayar polis
        yang terjadi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

        "Terjadi perampokan (di Jiwasraya). Perusahaan yang sangat
        sehat pada 2016-2017, lalu defisit puluhan triliun di tahun
        berikutnya, berarti ada penyedotan dana yang terjadi," kata dia.

        Said Didu juga tak melihat kemungkinan adanya masalah gagal
        bayar di Jiwasraya disebabkan oleh kesalahan dalam proses
        berbisnis. Said Didu bilang, kasus Jiwasraya merupakan
        perampokan uang negara.

        Baca juga: Kuasa Hukum Luhut Pertanyakan Said Didu yang
        Mangkir saat Dipanggil Bareskrim

        "Tidak mungkin kalau hanya risiko bisnis, karena ekonomi di
        2018 biasa-biasa saja kok, tidak seperti 1998. Enggak mungkin
        bocor sampai puluhan triliun, kalau risiko bisnis enggak
        sebesar itu," kata dia.

        Tak berhenti sampai di situ, Said Didu juga sempat mengkritik
        Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang punya kebiasaan meresmikan
        jalan tol dan menganggapnya sebagai pencitraan.

        *Mantan PNS BPPT dan komisaris BUMN *

        Karir pria asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini banyak
        dihabiskan sebagai PNS di Badan Pengkajian dan Penerapan
        Teknologi (BPPT). Karir birokratnya dirintisnya dari bawah di
        BPPT sejak tahun 1987 mulai dari peneliti, merangkak karir
        sebagai pejabat eselon di badan riset tersebut.

        Namanya mulai lebih sering wara-wiri menghiasi media massa
        nasional sejak ditunjuk menjadi Sekretaris Kementerian BUMN.
        Dia juga pernah terpilih sebagai anggota MPR di tahun 1997.

        Sebagai petinggi di Kementerian BUMN, Said Didu juga diplot
        sebagai komisaris di beberapa perusahaan pelat merah di
        antaranya Komisaris PTPN IV (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk
        (Persero).

        Jebolan Teknik Industri Institut Pertanian Bogor (IPB) ini
        juga sempat menduduki kursi komisaris PT Merpati Nusantara
        Airlines, Komisaris PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia, dan
        Dewan Pengawas Rumah Sakit RSCM Jakarta.

        Baca juga: Luhut: Soal Said Didu, Itu Urusan Anak Buah Saya

        Di awal rezim periode pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi),
        Said Didu ikut masuk dalam lingkaran pemerintahan tahun
        2014-2016. Dia menjabat sebagai Staf Khusus Menteri ESDM saat
        itu, Sudirman Saaid.

        Di tahun 2018, Said Didu dicopot dari jabatannya sebagai
        komisaris di Bukit Asam dan digantikan oleh Jhoni Ginting.
        Pencopotannya dilakukan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno dalam
        RUPSLB Bukit Asam.

        Kementerian BUMN saat ini beralasan, pencopotan dari kursi
        Komisaris Bukit Asam dilakukan karena Sidu Didu dianggap sudah
        tidak sejalan dengan pemegang saham.

        Said Didu sempat jadi sorotan saat dirinya memutuskan mundur
        sebagai PNS pada 13 Mei 2019. Alasan pengajuan pensiun dari
        BPPT agar dirinya bisa lebih leluasa mengkritik kebijakan
        publik yang dinilainya perlu diperbaiki.

        Baca juga: Tak Ada Permintaan Maaf, Luhut Ngotot Tuntut Said
        Didu ke Jalur Hukum

        Tercatat, dirinya sudah mengabdi sebagai ASN selama 32 tahun
        11 bulan. Langkah bersebrangan dengan rezim Jokowi juga pernah
        diambil Said Didu saat dirinya menerima tawaran dari Tim Kuasa
        Hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai saksi di Mahkamah
        Konstitusi (MK) terkait hasil Pilpres.


        Artikel ini telah tayang di Kompas.com
        <http://kompas.com/> dengan judul "Lantang Kritik Rezim Jokowi
        hingga Dipolisikan Luhut, Ini Rekam Jejak Said Didu",

        
https://money.kompas.com/read/2020/05/16/073724426/lantang-kritik-rezim-jokowi-hingga-dipolisikan-luhut-ini-rekam-jejak-said-didu?page=all#page2.
        Penulis : Muhammad Idris
        Editor : Muhammad Idris


Kirim email ke