Mestinya sudah ada yang hitung2, untung mana untuk pemerintah Indonesia
dengan beberapa kemungkinan :
Berdikari sama sekali : Dari export bahan2 pertanian, kerajinan tangan
, hanya
sebagian dari barang tambang, memperkuat ekonomi sehingga suatu ketika
bisa
beli licentie, dan bangun industri sendiri? Hanya saja akan butuh
waktu lama
sekali, dan dengan begitu banyak partai politik, pemerintahnya akan
tiap kali
jatuh bangun, dan arahnya berubah terus. Belum lagi kalau ada daerah2
terbelakang
mau memisahkan diri. Apa benar nasionalisme Indonesia itu kuat ? Kan ada
yang mau memisahkan diri, ada yang mau lebih menuju ke negara federal, ada
yang mau bikin khilafah?
Sukar dibandingkan dengan berdikarinya RRT di zaman Mao, dengan adanya
PKT yang kuat, banyaknya keder yang bersedia kerja keras di desa2,
rakyat yang
sudah biasa menderita. Baru punya sepeda atau mesin jahit, sudah
mulai senang.
Apalagi setelah listrik masuk desa, dan belakangan TV kecil hitam
putih. Saya kira
kok sebagian besar masyarakat Indonesia tidak tahan menderita seperti itu.
Op za 1 aug. 2020 om 13:43 schreef ChanCT sa...@netvigator.com
<mailto:sa...@netvigator.com> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com>>:
Yang salah bung berhutang! Tapi bangsa ini TIDAK BISA menggunakan
HUTANG sebaik-baiknya untuk perbaiki NASIB Bangsanya sendiri, ...
HUTANG yang didapat TIDAK digunakan untuk membangun dasar ekonomi
sebaik-baiknya, agar bisa BERDIKARI, tapi, HUTANG itu digunakian
sementara pejabat untuk berfoya-foya, pelihara istri-muda, ...
membiarkan rakyat banyak tetap melarat!
Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com
<mailto:jonathango...@yahoo.com> [GELORA45] 於 2020/8/1 下午 12:01
寫道:
berdaulat untuk berutang
On Friday, July 31, 2020, 12:52:44 PM PDT, Sunny ambon
ilmeseng...@gmail.com <mailto:ilmeseng...@gmail.com> [GELORA45]
<gelora45@yahoogroups.com> <mailto:gelora45@yahoogroups.com> wrote:
Rezim Soeharto komparador, rezim Jokowi tidak ada bedanya.
On Fri, Jul 31, 2020 at 8:48 PM 'Lusi D.' lus...@rantar.de
<mailto:lus...@rantar.de> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com>> wrote:
Prof Sri Edi Swasono: Dulu Merdeka Untuk Berdaulat, Sekarang
Kedaulatan Justru Dijual Dengan Berutang Ke Asing
Admin @idntodayco - Juli 31, 2020
https://www.idntoday.co/2020/07/prof-sri-edi-swasono-dulu-merdeka-untuk.html
IDNTODAY.CO <http://IDNTODAY.CO> - Indonesia saat ini sudah
tidak mandiri lantaran selalu
bergantung pada luar negeri. Namun sayangnya, pemerintah
seolah tak
sadar bahayannya bila ketergantungan terhadap utang luar negeri.
Begitu kata Gurubesar Ekonomi Universitas Indonesia, Prof Sri Edi
Swasono saat menjadi narasumber di Bravos Radio Indonesia.
"Kebesaran ekonomi kita bukan kebesaran ekonomi kemandirian.
Dulu kita
merdeka itu untuk mandiri, untuk berdaulat. Kita sekarang
menjuali
kedaulatan, tidak mandiri, sembarangan utang, utangnya
kebanyakan.
Enggak peduli utang lagi, utang lagi, utang lagi," ujar Prof
Sri Edi
Swasono dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (31/7).
Melihat kecenderungan pemerintah yang rajin berutang, ia pun
ragu bahwa
pemerintah sebenarnya tak sadar dengan bahaya bila terus-terusan
berutang ke luar negeri.
"Bahayanya pembangunan kolaps, banyak orang meramalkan bahwa
kita tidak
bisa membayar utang. Utang tidak akan terbayar, (imbasnya)
membebani
generasi mendatang. Padahal tempo hari kita bersyukur Pak
Mahathir
waktu jadi Perdana Menteri (Malaysia) sempat mengingatkan kita,
hati-hati dengan utang dari China, karena ini adalah jebakan
utang,"
jelas Prof Sri Edi.
Pemerintah, kata dia, harusnya segera berbenah dengan merombak
pembangunan dalam negeri berdasarkan kemandirian serta kesadaran
kedaulatan nasional, termasuk meningkatkan kewaspadaan.
"Bagaimana orang-orang keturunan asing, semua WNI keturunan
asing tak
cuma China saja, juga yang Arab, juga yang India, juga yang
lain-lain,
itu lahir di sini, besar di sini, menikmati hidup di sini.
Mbok ya
mencintai Ibu Pertiwi ini. Jangan hatinya kepada negara leluhur
masing-masing, cintalah pada Ibu Pertiwi," terang Prof Sri Edi.
Hal tersebut ditekankan karena ia merasa nasionalisme dan
pembangunan
karakter bangsa sendiri masih amburadul dan semrawut selama
hampir 75
tahun merdeka.
"Jadi sesungguhnya siapa yang gagal? Barangkali yang gagal sistem
pendidikan kita, tidak membentuk nation building and
character building
dengan baik," pungkasnya. (Rmol)