Dari sekian banyak tulisan-tulisan yang dikeluarkan dalam rangka memperingati 70 tahun berdirinya RRT, mengikuti perjalanan sejarah bangsa Tionghoa dibawah pimpinan PKT, khususnya setelah Ketua Mao berhasil menangkan pemikiran MILITER nya di Sidang Zhun Yi, 1935, kemudian berlanjut diterimanya pemikiran Revolusi Demokrasi Baru (bukan revolusi Sosialis bagi Tiongkok) ditahun 1942, menjadi garis politik PKT, memantapkan langkah revolusi Tiongkok sampai akhirnya mencapai KEMENANGAN mendirikan kekuasaan Republik Rakyat Tiongkok, 1 Oktober 1949. Dan lebih lanjut ketua Mao dengan semangat BERDIKARI yang sangat kuat itu, berhasil membangun dasar-ekonomi Tiongkok sampai berhasil meledakkan bom-Atom pertama ditahun 1964 dan meluncurkan satelite pertama ditahun 1971, ... dan, berhasil menjebol politik blokade sejagad AS, Januari tahun 1972 memaksa Presiden Nixon berkunjung ke Beijing bersalaman dengan ketua Mao!

Tentu perjalanan perjuangan Mao yang penuh penderitaan dan kesulitan itulah yang merupakan gemblengan berat bagi setiap pimpinan PKT, ... dan memunculkan Mao sebagai pemimpin yang brilian! Sungguh sangat, sangat BERUNTUNG 600 juta rakyat Tiongkok, dan sekarang sudah menjadi hampir 1,4 Milyar rakyat Tiongkok mempunyai pemimpin besar Mao Tsetung ini! Seruan Tanpa Mao tidak ada Tiongkok Baru sekarang ini, ... TETAP berkumandang sampai sekarang! Dan seperti Deng menandaskan saat ditanya wartawan Perancis, gambar Mao Tsetung di Tian An Men selamanya TIDAK akan diturunkan!

Bagaimana tidak? Coba saja perhatikan, dari 13 tokoh yang hadir dalam Kongres-I, 1 Juli 1921, mendirikan Partai Komunis Tiongkok, hanya 2 orang saja yang bertahan, hanya Mao Tsetung dan Dong Biwu yang berhasil terus meneruskan perjuangan Komunisme di Tiongkok sampai nafas terakhir hidupnya. Sedang seorang lagi, Li Da sempat melepaskan diri, keluar dari PKT setelah beda pendapat dengan Chen Duxiu. Kemudian setelah tahun 1949, dibawah rekomendasi Liu Shaoqi dan ditanggung oleh Mao sendiri, kembali menjadi anggota PKT. Tapi, dimasa RBKP menemui nasib seperti Liu Shaoqi, diganyang sampai meninggal dengan ngenes,...! Yang lain, mati dibunuh KMT atau berhianat setelah melakukan kesalahan oportunis kanan dan kiri, termasuk Chen Duxiu dan Zhang Guotao yang akhirnya hijrah dan meninggal di Canada.

Menunjukkan memang sangat SULIT menemukan tokoh berkaliber macam Mao Tsetung, begitu TEGUH dan KUAT nya berjuang untuk kepentingan RAKYAT banyak, bukan untuk kepentingan diri sendiri! Dan, ... pandai menemukan kontradiksi pokok dalam masyarakan dan segala persoalan yang dihadapi yang harus didahulukan dan diperjuangkan.  Hanya saja betapa jenialnya Mao, tetap adalah manusia yang bisa berbuat kesalahan juga. Akhirnya tidak luput dari kesalahan terburu-nafsu membebaskan rakyat Tiongkok dari kemiskinan dan untuk menghindari terjadi restorasi kapitalisme di Tiongkok, ditahun 1956 menentukan jalankan revolusi sosialisme di Tiongkok! Menjadikan kapitalis sasaran dan musuh revolusi yang harus dibasmi, ... melampaui kondisi tenaga-produksi Tiongkok yang masih sangat terbelakang, kekuatan buruh yang masih kecil, minoritas dan kesadaran masyarakat, khususnya petani didesa belum memadai untuk jalankan komune rakyat. Yang mengakibatkan disamping keberhasilan tidak sedikit kerusakan berat yang diderita rakyat dan lebih lanjut kesalahan meletuskan RBKP yang mengakibatkan penderitaan lebih berat, khususnya kader dan pejabat yang dituduh penempuh jalan kapitalisme jatuh menjadi korban, ...

Rakyat Tiongkok masih beruntung, ditahun 1978 berlanjut muncul Deng yang berani tampil mengkritik kesalahan-kesalahan PKT dan menunjukkan jalan keluar menempuh Jalan Sosialisme Berkarakter Tiongkok, dengan tetap pegang 4 prinsip: 1. Menempuh Jalan Sosialisme; 2. Tetap mempertahankan Diktatur Proletariat.; 3. Dibawah pimpinan Partai tunggal PKT; 4. Marxisme-Leninisme dan Fikiran Mao Tsetung sebagai ideologi pembimbing. Dan, sebagaimana kita saksikan bersama RRT terus maju tumbuh berkembang dengan lebih dahsyat, ... ditahun 2020 ini, sekalipun dilanda lebih banyak kesulitan, digempur perang dagang, perang teknologi oleh AS dan sekutunya, lalu diterpa pandemi Covid-19, tetap menyelesaikan target membebaskan 1,4 milyar rakyat Tiongkok dari kemiskinan. Di tahun 2020 ini Tiongkok memasuki masyarakat sedikit makmur!

Maaajuuuu teruuuus, ....!



kh djie 於 2020/8/1 下午 09:36 寫道:
Mestinya sudah ada yang hitung2, untung mana untuk pemerintah Indonesia
dengan beberapa kemungkinan :
Berdikari sama sekali : Dari export bahan2 pertanian, kerajinan tangan , hanya sebagian dari barang tambang, memperkuat ekonomi sehingga suatu ketika bisa beli licentie, dan bangun industri sendiri? Hanya saja akan butuh waktu lama sekali, dan dengan begitu banyak partai politik, pemerintahnya akan tiap kali jatuh bangun, dan arahnya berubah terus. Belum lagi kalau ada daerah2 terbelakang
mau memisahkan diri. Apa benar nasionalisme Indonesia itu kuat ? Kan ada
yang mau memisahkan diri, ada yang mau lebih menuju ke negara federal, ada
yang mau bikin khilafah?
Sukar dibandingkan dengan berdikarinya RRT di zaman Mao, dengan adanya
PKT yang kuat, banyaknya keder yang bersedia kerja keras di desa2, rakyat yang  sudah biasa menderita. Baru punya sepeda atau mesin jahit, sudah mulai senang. Apalagi setelah listrik masuk desa, dan belakangan TV kecil hitam putih. Saya kira
kok sebagian besar masyarakat Indonesia tidak tahan menderita seperti itu.

Op za 1 aug. 2020 om 13:43 schreef ChanCT sa...@netvigator.com <mailto:sa...@netvigator.com> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>>:

    Yang salah bung berhutang! Tapi bangsa ini TIDAK BISA menggunakan
    HUTANG sebaik-baiknya untuk perbaiki NASIB Bangsanya sendiri, ...
    HUTANG yang didapat TIDAK digunakan untuk membangun dasar ekonomi
    sebaik-baiknya, agar bisa BERDIKARI, tapi, HUTANG itu digunakian
    sementara pejabat untuk berfoya-foya, pelihara istri-muda, ...
    membiarkan rakyat banyak tetap melarat!


    Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com
    <mailto:jonathango...@yahoo.com> [GELORA45] 於 2020/8/1 下午 12:01
    寫道:
    berdaulat untuk berutang

    On Friday, July 31, 2020, 12:52:44 PM PDT, Sunny ambon
    ilmeseng...@gmail.com <mailto:ilmeseng...@gmail.com> [GELORA45]
    <gelora45@yahoogroups.com> <mailto:gelora45@yahoogroups.com> wrote:





    Rezim Soeharto komparador, rezim Jokowi tidak ada bedanya.

    On Fri, Jul 31, 2020 at 8:48 PM 'Lusi D.' lus...@rantar.de
    <mailto:lus...@rantar.de> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com
    <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>> wrote:

        Prof Sri Edi Swasono: Dulu Merdeka Untuk Berdaulat, Sekarang
        Kedaulatan Justru Dijual Dengan Berutang Ke Asing

        Admin @idntodayco - Juli 31, 2020

        
https://www.idntoday.co/2020/07/prof-sri-edi-swasono-dulu-merdeka-untuk.html

        IDNTODAY.CO <http://IDNTODAY.CO> - Indonesia saat ini sudah
        tidak mandiri lantaran selalu
        bergantung pada luar negeri. Namun sayangnya, pemerintah
        seolah tak
        sadar bahayannya bila ketergantungan terhadap utang luar negeri.

        Begitu kata Gurubesar Ekonomi Universitas Indonesia, Prof Sri Edi
        Swasono saat menjadi narasumber di Bravos Radio Indonesia.

        "Kebesaran ekonomi kita bukan kebesaran ekonomi kemandirian.
        Dulu kita
        merdeka itu untuk mandiri, untuk berdaulat. Kita sekarang
        menjuali
        kedaulatan, tidak mandiri, sembarangan utang, utangnya
        kebanyakan.
        Enggak peduli utang lagi, utang lagi, utang lagi," ujar Prof
        Sri Edi
        Swasono dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (31/7).

        Melihat kecenderungan pemerintah yang rajin berutang, ia pun
        ragu bahwa
        pemerintah sebenarnya tak sadar dengan bahaya bila terus-terusan
        berutang ke luar negeri.

        "Bahayanya pembangunan kolaps, banyak orang meramalkan bahwa
        kita tidak
        bisa membayar utang. Utang tidak akan terbayar, (imbasnya)
        membebani
        generasi mendatang. Padahal tempo hari kita bersyukur Pak
        Mahathir
        waktu jadi Perdana Menteri (Malaysia) sempat mengingatkan kita,
        hati-hati dengan utang dari China, karena ini adalah jebakan
        utang,"
        jelas Prof Sri Edi.

        Pemerintah, kata dia, harusnya segera berbenah dengan merombak
        pembangunan dalam negeri berdasarkan kemandirian serta kesadaran
        kedaulatan nasional, termasuk meningkatkan kewaspadaan.

        "Bagaimana orang-orang keturunan asing, semua WNI keturunan
        asing tak
        cuma China saja, juga yang Arab, juga yang India, juga yang
        lain-lain,
        itu lahir di sini, besar di sini, menikmati hidup di sini.
        Mbok ya
        mencintai Ibu Pertiwi ini. Jangan hatinya kepada negara leluhur
        masing-masing, cintalah pada Ibu Pertiwi," terang Prof Sri Edi.

        Hal tersebut ditekankan karena ia merasa nasionalisme dan
        pembangunan
        karakter bangsa sendiri masih amburadul dan semrawut selama
        hampir 75
        tahun merdeka.

        "Jadi sesungguhnya siapa yang gagal? Barangkali yang gagal sistem
        pendidikan kita, tidak membentuk nation building and
        character building
        dengan baik," pungkasnya. (Rmol)



Kirim email ke