-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1924-seremoni



Selasa 01 September 2020, 05:00 WIB 

Seremoni 

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group | Editorial 

  Seremoni MI/Ebet Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group. PENAMBAHAN kasus 
penularan covid-19 kembali meningkat. Bahkan jumlahnya per hari kini bisa 
menembus angka 3.000. Jumlah penggunaan tempat tidur di rumah sakit untuk 
penanganan pasien yang terinfeksi virus korona juga kembali meningkat. Di 
Jakarta yang sebelumnya di bawah 40%, kini meningkat di atas 70%. Para dokter 
kembali dipaksa untuk bekerja di atas jam seharusnya mereka bertugas. Banyak 
yang tidak sempat beristirahat karena pasien yang terus berdatangan dan 
membutuhkan penanganan segera. Kita kembali dihadapkan kepada kondisi seperti 
pada waktu epidemi ditetapkan mulai terjadi di Indonesia. Dalam kondisi seperti 
ini yang dibutuhkan respons yang nyata. Kita tidak mungkin menyelesaikan 
tantangan yang dihadapi hanya dengan pendekatan seremoni dan wacana. Kita 
kembali harus bertindak cepat dan membagi tugas, siapa mengerjakan apa. Kita 
membutuhkan adanya sikap get things done. Jangan terlalu banyak juga kita 
memberikan harapan yang belum pasti. Kita harus melakukan apa yang bisa 
dilakukan sekarang, sambil mempersiapkan apa yang bisa dilakukan esok. 
Pengalaman lima bulan penanganan covid-19 oleh Gugus Tugas diperlukan adanya 
totalitas dalam bekerja. Ketua Gugus Tugas Doni Monardo tidak pernah mengenal 
hari libur dan memilih tinggal di kantor karena covid-19 pun tidak pernah 
libur. Langkah koordinasi langsung dilakukan ketika ada kasus menonjol yang 
muncul dan segera diambil langkah tindakan yang diperlukan. Salah satu contoh 
ialah merespons apa yang terjadi di Surabaya dan Jawa Timur. Bersama Menteri 
Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi dan Menteri 
Kesehatan Terawan Agus Putranto, tiga kali Ketua Gugus Tugas datang langsung ke 
Surabaya untuk berkoordinasi. Presiden Joko Widodo sekali memimpin rapat 
koordinasi dari Gedung Grahadi Surabaya. Bahkan pendekatan kultural dilakukan 
Ketua Gugus Tugas. Untuk mengajak masyarakat mau menggunakan masker, tidak 
berkerumun, dan paling penting lagi tidak mengambil paksa jenazah dan pasien 
positif covid-19, dilibatkan pendukung kesebelasan Persebaya, Bonek, menjadi 
agen perubahan. Hasilnya, kondisi di Surabaya Raya bisa lebih terkendali. 
Sekarang kita harus mau menerapkan cara pendekatan seperti itu. Dengan 
keterbatasan jumlah dokter, perawat, dan rumah sakit, tidak mungkin kita 
menumpukkan beban kepada tim medis. Mereka pasti akan kewalahan apabila jumlah 
pasien terus meningkat dan semua minta dirawat di rumah sakit. Kolaborasi 
pentahelix berbasis komunitas merupakan jawaban terbaik. Apabila kondisinya 
tidak terlalu berat, mereka yang terinfeksi covid-19 diminta melakukan isolasi 
mandiri di rumah. Yang sekarang kondisinya sehat harus diupayakan tetap sehat 
dengan disiplin untuk tidak sering keluar rumah dan masuk ke kerumunan. Kalau 
harus keluar rumah wajib menggunakan masker dan menjaga jarak. Sekembalinya 
dari luar rumah harus cuci tangan bahkan ganti baju dan mandi. Komite 
Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional harus mau belajar dari 
pengalaman lima bulan yang sudah kita lalui bersama. Kekompakan, kebersamaan, 
dan sikap gotong royong harus dipertahankan dan menjadi sikap dalam penanganan 
covid-19 seterusnya. Kita harus sadar, pemulihan ekonomi nasional tidak pernah 
bisa dilakukan apabila penularan covid-19 tidak dikendalikan. Sekarang semua 
tenaga dan pikiran harus dikonsentrasikan pada pengendalian angka penularan. 
Apa boleh buat rem kembali harus diinjak dulu. Penetapan cuti bersama yang 
menyebabkan terjadinya pergerakan warga dalam jumlah besar ternyata harus kita 
bayar mahal. Kita belum tahu apakah perpindahan virus korona menyebabkan 
terjadinya mutasi. Namun, faktanya akibat libur panjang Tahun Baru Hijriah 
terjadi lagi lonjakan kasus. Kita tidak bosan mengingatkan belum ada obat untuk 
covid19. Bahkan kita masih berupaya menemukan vaksin. Satu hal yang harus 
menjadi kesadaran kita, ada atau tidak ada obat, ada atau tidak ada vaksin, 
covid-19 akan terus berada di tengah kita. Sedikit saja kita lengah, virus 
korona akan menginfeksi badan kita. Untuk itu upaya besar yang harus kita 
lakukan ialah melakukan perubahan perilaku pada masyarakat. Kita tidak boleh 
abai terhadap ancaman covid-19. Caranya bukan sekadar membangun awareness, 
tetapi mengajak masyarakat paham dan dengan itu menjalankan protokol kesehatan, 
ada atau tidak ada pengawasan. Yang sekarang kita butuhkan ialah aksi langsung 
untuk bersama segera mengendalikan covid-19. Kita hanya bisa menghindari resesi 
kalau penanganan covid-19 berjalan baik. Kalau keadaan masih belum terkendali, 
seperti halnya virus korona, resesi menjadi bagian dari kehidupan kita.

Sumber: https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1924-seremoni







Kirim email ke