rekan-rekan millis...ada cerita dari millis tetangga
mohon maaf, kalo ada yg pernah terima cerita ini.
sekedar sharing & mudah2an bisa diambil hikmahnya, apalagi skrg lagi
heboh2nya orang2 yg ingin cerai, bukan hanya dikalangan artis, tp bagi
kita2 yang orang biasa(krn bukan public figur makanya 'gak
dipublikasikan) 'n buat yg belum nikah or yang baru mau akan.....

rgrds,
e~lz


 
Ada yang sedih deh...........
 
 ==========
 ,.....Sebelum Kamu Menceraikanku, Gendonglah Aku
 
Dear All,
Bacalah kisah dibawah ini, semoga keluarga kita bisa bertahan seperti
yang diceritakan
dibawah ini.
Mohon maaf apabila ada yang pernah dapat cerita ini.
Sebelum Kamu Menceraikanku, Gendonglah Aku

for everyone

Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti 
didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku 
untuk  membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki 
rumah
kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang 
sangat
bahagia.
Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.
 
Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air 
bening.
Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha
untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih
diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami
berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang 
bersamaan.
Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan 
bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang 
tidak kusangka-sangka.
Dew hadir dalam kehidupanku. 
 
Waktu itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkon dengan Dew yang
sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini
adalah apartment yang kubelikan untuknya.  Dew berkata , "Kamu adalah 
jenis pria
terbaik yang menarik para gadis." Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku
pada istriku. Ketika kami baru menikah,istriku pernah berkata, "Pria
sepertimu,begitusuk ses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis." 
Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu- ragu. Aku tahu kalo aku telah 
menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku 
melepaskan tangan Dew dan berkata, "Kamu harus pergi membeli beberapa 
perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor" Kelihatan ia jadi tidak 
senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada
saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun 
kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit untuk 
membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia 
pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang  baik. 
Setiap malam ia sibuk menyiapkan
makan malam. Aku duduk santai didepan TV.
 
Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau 
aku
akan menghidupkan komputer,membayangkan tubuh Dew. Ini adalah hiburan 
bagiku.
Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa yang 
akan kau lakukan? "  Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa 
bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang 
sangat jauh darinya. Aku tidak bisa
membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku 
serius.
Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku. 
Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan 
berusaha untuk  menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia. 
Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada 
bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada
kelukaan di matanya. 
 
Sekali lagi, Dew berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu 
kitaakan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh 
ragu-ragu lagi. Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku
pegang 
tangannya,"Ada sesuatu yang harus kukatakan" Ia duduk diam dan makan
tanpa 
bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka
dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo 
aku terus berpikir. "Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan 
serius tapi tenang.
Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara 
lembut, "kenapa?" "Aku serius." Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban
ini 
membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak 
kepadaku,"Kamu bukan laki- laki!".
 
Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku tahu
kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi
aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa
pergi oleh Dew. Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surai 
perceraian dimana  istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari 
perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa 
bagian.. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup 
bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku 
tidak bisa
mengembalikan apa yang telah kuucapkan. Akhirnya ia menangis dengan keras
didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, 
tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah 
menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah 
terjadi.
 
Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku
melihat 
ia
sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku 
terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur 
kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia tidak 
menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan
sebelum 
menceraikannya, dan dalam waktu sebulan
itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.
Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan 
pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak 
kami melihat kehancuran rumah tangga  kami.
 
Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya," He Ning, apakah kamu 
masih
ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"
Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. 
Aku
mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu", katanya,
 
"Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada
waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi 
kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu."
 
Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan
indah 
yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana 
romantis.
Aku memberitahukan Dew soal syarat- syarat perceraian dari istriku. Ia
tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yang 
ia
lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh.
Kata-katanya membuatku merasa tidak enak. Istriku dan aku tidak
mengadakan 
kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. Kami saling menganggap 
orang asing. 
Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah
tingkah. Anak kami menepuk punggung kami,"Wah, papa membopong mama, mesra
sekali" Kata-katanya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang 
duduk, lalu
ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan 
mata
dan berkata dengan lembut," Mari kita mulai hari ini,jangan
memberitahukan 
pada anak kita." Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia 
di pintu. Ia
pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor. 
 
Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,kami 
begitu
dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku menyadari bahwa
aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat
bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.
 
Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang dibongkar, 
hati-
hati kalau kamu lewat sana."
 
Hari keempat,ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami
masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku
dilenganku.
Bayangan Dew menjadi samar.
 
Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, 
seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku 
harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan 
terasa semakin erat.
Aku tidak memberitahu Dew tentang ini.
 
Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke 
kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya,"Kelihatann ya 
tidaklah sulit
membopongmu sekarang" Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu
untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa 
menemukan yang cocok. Lalu ia melihat, "Semua pakaianku
kebesaran". Aku tersenyum. Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab
ia semakin kurus itu sebabnya aku bias membopongnya dengan ringan bukan 
disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya
dalam hati. Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit Tanpa sadar ku 
sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut. "Pa,sudah waktunya 
membopong mama keluar"
 
Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian 
yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan 
merangkulnya
dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah 
pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari 
kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara 
lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami
kembali 
ke hari pernikahan
kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih. 
 
Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah 
dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, 
"Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua". 
Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita saling tidak
menyadari 
bahwa kehidupan kita begitu mesra". Aku melompat turun dari mobil tanpa
Sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku 
berubah. Aku menaiki tangga.
Dew membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dew, Aku tidak ingin 
bercerai. Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku. 
"Kamu tidak demam".
Kutepiskan tanganya dari dahiku "Maaf, Dew,Aku Cuma bisa bilang maaf 
 padamu,Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan
disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari 
 kehidupan,bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi.Sekarang aku 
mengerti sejak aku
membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan
menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu" Dew tiba-tiba seperti 
tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan 
kencang dan
tangisannya meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam
perjalanan aku melewati sebuah took bunga, ku pesan sebuah buket bunga 
kesayangan istriku.
 
Penjual bertanya apa yang mesti ia
tulis dalam kartu
ucapan?
 
Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan
membopongmu
setiap pagi sampai kita tua..."

--- End forwarded message ---


Kirim email ke