nice story ka eha..mudah2an bisa jadi pelajaran buat para suami..

cuma  ada yang sedikit aneh dalam cerita ini..di usia 10 tahun perkawinan 
mereka anaknya ko udah kuliah di luar negeri and udah hampir selesai??? 
hee..he..maap.. I think penulis email ini agak salah mentranslate cerita 
aslinya cos yang dimaksud adalah sekolah berasrama or boarding school...

buat yang tertarik cerita aslinya bisa searching di google dengan key words  
when You Divorce Me, Carry Me Out in Your Arms

anyway..thanks for sharing cerita ini..asli.. If I were her..gak 
kukuuuuuuuu.......
 
titien


----- Original Message ----
From: elzha_la <[EMAIL PROTECTED]>
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Saturday, January 5, 2008 4:22:57 PM
Subject: [GM2020] Fwd:  (cerita)  Sebelum Kamu Menceraikanku, Gendonglah  Aku










  


    
            rekan-rekan millis...ada cerita dari millis tetangga

mohon maaf, kalo ada yg pernah terima cerita ini.

sekedar sharing & mudah2an bisa diambil hikmahnya, apalagi skrg lagi

heboh2nya orang2 yg ingin cerai, bukan hanya dikalangan artis, tp bagi

kita2 yang orang biasa(krn bukan public figur makanya 'gak

dipublikasikan) 'n buat yg belum nikah or yang baru mau akan.....



rgrds,

e~lz



Ada yang sedih deh......... ..

 

 ==========

 ,.....Sebelum Kamu Menceraikanku, Gendonglah Aku

 

Dear All,

Bacalah kisah dibawah ini, semoga keluarga kita bisa bertahan seperti

yang diceritakan

dibawah ini.

Mohon maaf apabila ada yang pernah dapat cerita ini.

Sebelum Kamu Menceraikanku, Gendonglah Aku



for everyone



Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti 

didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku 

untuk  membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki 

rumah

kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang 

sangat

bahagia.

Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

 

Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air 

bening.

Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha

untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih

diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami

berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang 

bersamaan.

Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan 

bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang 

tidak kusangka-sangka.

Dew hadir dalam kehidupanku. 

 

Waktu itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkon dengan Dew yang

sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini

adalah apartment yang kubelikan untuknya.  Dew berkata , "Kamu adalah 

jenis pria

terbaik yang menarik para gadis." Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku

pada istriku. Ketika kami baru menikah,istriku pernah berkata, "Pria

sepertimu,begitusuk ses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis." 

Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu- ragu. Aku tahu kalo aku telah 

menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku 

melepaskan tangan Dew dan berkata, "Kamu harus pergi membeli beberapa 

perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor" Kelihatan ia jadi tidak 

senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada

saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun 

kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit untuk 

membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia 

pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang  baik. 

Setiap malam ia sibuk menyiapkan

makan malam. Aku duduk santai didepan TV.

 

Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau 

aku

akan menghidupkan komputer,membayangk an tubuh Dew. Ini adalah hiburan 

bagiku.

Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa yang 

akan kau lakukan? "  Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa 

bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang 

sangat jauh darinya. Aku tidak bisa

membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku 

serius.

Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku. 

Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan 

berusaha untuk  menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia. 

Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada 

bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada

kelukaan di matanya. 

 

Sekali lagi, Dew berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu 

kitaakan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh 

ragu-ragu lagi. Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku

pegang 

tangannya,"Ada sesuatu yang harus kukatakan" Ia duduk diam dan makan

tanpa 

bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka

dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo 

aku terus berpikir. "Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan 

serius tapi tenang.

Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara 

lembut, "kenapa?" "Aku serius." Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban

ini 

membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak 

kepadaku,"Kamu bukan laki- laki!".

 

Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku tahu

kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi

aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa

pergi oleh Dew. Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surai 

perceraian dimana  istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari 

perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa 

bagian.. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup 

bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku 

tidak bisa

mengembalikan apa yang telah kuucapkan. Akhirnya ia menangis dengan keras

didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, 

tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah 

menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah 

terjadi.

 

Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku

melihat 

ia

sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku 

terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur 

kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia tidak 

menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan

sebelum 

menceraikannya, dan dalam waktu sebulan

itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.

Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan 

pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak 

kami melihat kehancuran rumah tangga  kami.

 

Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya," He Ning, apakah kamu 

masih

ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"

Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. 

Aku

mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu", katanya,

 

"Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada

waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi 

kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu."

 

Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan

indah 

yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana 

romantis.

Aku memberitahukan Dew soal syarat- syarat perceraian dari istriku. Ia

tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yang 

ia

lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh.

Kata-katanya membuatku merasa tidak enak. Istriku dan aku tidak

mengadakan 

kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. Kami saling menganggap 

orang asing. 

Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah

tingkah. Anak kami menepuk punggung kami,"Wah, papa membopong mama, mesra

sekali" Kata-katanya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang 

duduk, lalu

ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan 

mata

dan berkata dengan lembut," Mari kita mulai hari ini,jangan

memberitahukan 

pada anak kita." Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia 

di pintu. Ia

pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor. 

 

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,kami 

begitu

dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku menyadari bahwa

aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat

bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.

 

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang dibongkar, 

hati-

hati kalau kamu lewat sana."

 

Hari keempat,ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami

masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku

dilenganku.

Bayangan Dew menjadi samar.

 

Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, 

seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku 

harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan 

terasa semakin erat.

Aku tidak memberitahu Dew tentang ini.

 

Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke 

kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya,"Kelihatann ya 

tidaklah sulit

membopongmu sekarang" Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu

untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa 

menemukan yang cocok. Lalu ia melihat, "Semua pakaianku

kebesaran". Aku tersenyum. Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab

ia semakin kurus itu sebabnya aku bias membopongnya dengan ringan bukan 

disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya

dalam hati. Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit Tanpa sadar ku 

sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut. "Pa,sudah waktunya 

membopong mama keluar"

 

Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian 

yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan 

merangkulnya

dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah 

pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari 

kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara 

lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami

kembali 

ke hari pernikahan

kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih. 

 

Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah 

dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, 

"Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua". 

Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita saling tidak

menyadari 

bahwa kehidupan kita begitu mesra". Aku melompat turun dari mobil tanpa

Sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku 

berubah. Aku menaiki tangga.

Dew membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dew, Aku tidak ingin 

bercerai. Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku. 

"Kamu tidak demam".

Kutepiskan tanganya dari dahiku "Maaf, Dew,Aku Cuma bisa bilang maaf 

 padamu,Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan

disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari 

 kehidupan,bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi.Sekarang aku 

mengerti sejak aku

membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan

menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu" Dew tiba-tiba seperti 

tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan 

kencang dan

tangisannya meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam

perjalanan aku melewati sebuah took bunga, ku pesan sebuah buket bunga 

kesayangan istriku.

 

Penjual bertanya apa yang mesti ia

tulis dalam kartu

ucapan?

 

Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan

membopongmu

setiap pagi sampai kita tua..."



--- End forwarded message ---





    
  

    
    




<!--

#ygrp-mkp{
border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px 0px;padding:0px 14px;}
#ygrp-mkp hr{
border:1px solid #d8d8d8;}
#ygrp-mkp #hd{
color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px 0px;}
#ygrp-mkp #ads{
margin-bottom:10px;}
#ygrp-mkp .ad{
padding:0 0;}
#ygrp-mkp .ad a{
color:#0000ff;text-decoration:none;}
-->



<!--

#ygrp-sponsor #ygrp-lc{
font-family:Arial;}
#ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{
margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;}
#ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{
margin-bottom:10px;padding:0 0;}
-->



<!--

#ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;}
#ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}
#ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean, 
sans-serif;}
#ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;}
#ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}
#ygrp-text{
font-family:Georgia;
}
#ygrp-text p{
margin:0 0 1em 0;}
#ygrp-tpmsgs{
font-family:Arial;
clear:both;}
#ygrp-vitnav{
padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;}
#ygrp-vitnav a{
padding:0 1px;}
#ygrp-actbar{
clear:both;margin:25px 0;white-space:nowrap;color:#666;text-align:right;}
#ygrp-actbar .left{
float:left;white-space:nowrap;}
.bld{font-weight:bold;}
#ygrp-grft{
font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;}
#ygrp-ft{
font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid #666;
padding:5px 0;
}
#ygrp-mlmsg #logo{
padding-bottom:10px;}

#ygrp-vital{
background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;}
#ygrp-vital #vithd{
font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-transform:uppercase;}
#ygrp-vital ul{
padding:0;margin:2px 0;}
#ygrp-vital ul li{
list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee;
}
#ygrp-vital ul li .ct{
font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-align:right;padding-right:.5em;}
#ygrp-vital ul li .cat{
font-weight:bold;}
#ygrp-vital a{
text-decoration:none;}

#ygrp-vital a:hover{
text-decoration:underline;}

#ygrp-sponsor #hd{
color:#999;font-size:77%;}
#ygrp-sponsor #ov{
padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;}
#ygrp-sponsor #ov ul{
padding:0 0 0 8px;margin:0;}
#ygrp-sponsor #ov li{
list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;}
#ygrp-sponsor #ov li a{
text-decoration:none;font-size:130%;}
#ygrp-sponsor #nc{
background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;}
#ygrp-sponsor .ad{
padding:8px 0;}
#ygrp-sponsor .ad #hd1{
font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-size:100%;line-height:122%;}
#ygrp-sponsor .ad a{
text-decoration:none;}
#ygrp-sponsor .ad a:hover{
text-decoration:underline;}
#ygrp-sponsor .ad p{
margin:0;}
o{font-size:0;}
.MsoNormal{
margin:0 0 0 0;}
#ygrp-text tt{
font-size:120%;}
blockquote{margin:0 0 0 4px;}
.replbq{margin:4;}
-->








      
____________________________________________________________________________________
Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs

Kirim email ke