Assalamualakum Pak herwin
dan salam Kenal Buat Te Utam uti (heheheh)
Persoalan Te Utam sebenarnya bukanlah persoalan baru. Hanya saja sebelum
saya melangkah lebih jauh ada beberapa hal yang saya kira bisa kita
luruskan bersama.dan dalam hal ini saya tetap menghargai pendapat te
Utam.

  Dia mengatakan budaya negatif dari masyarakat Gorontalo (yang dia
ketahui dari orang-orang tua terdahulu) tidak kunjung hilang. Budaya
karlota (lebih senang bercerita dan bergunjing dari pada membaca),
senang berbicara hal-hal yang mengandung ghibah dan fitnah serta hal-hal
yang sifatnya bersenang-senang (plesiran) dari pada bekerja keras.
Tetapi yang paling disorotnya adalah budaya TUTUHIYA. Tidak senang
melihat keberhasilan orang lain, meskipun orang itu masih ada ikatan
saudara ataupun teman. "Susah Lihat Orang Lain Senang dan Senang Lihat
Orang Lain Susah".


Kalau menurut saya Karlota itu adalah bukan hanya milik Masyarakat
Gorontalo.Dulu waktu masih tinggal di bitung, seringkali saya temui 
kumpulan orang-orang yang senang membicarakan aib orang lain dan mereka
bukan orang gorontalo. Ketika berkumpul sama orang-orang jepang
dijakarta  ternyata mereka juga senang ba karlota, tidak ketinggalan
juga orang jawa dan sunda . American ?? wahhh  jangan salah mereka juga
doyan.

Kesimpulan saya  adalah  Karlota itu bukan monopli oranga gorontalo saja
. Ini adalah salah satu perilaku human being sebagai mahluk social yang
kalau di biarkan bisa menyebabkan Fitnah.  Jadi kemanapun kita melangkah
di muka bumi ini sudah pasti kita akan menemui  golongan seperti ini
.Entah itu di Kabila  atau diCalifornia, semuanya tergantung bagaiman
kita menyikapi perilaku sosial masyakat ini .Analoginya mungkin seperti
ini ; Ketika menghadapi macet dalam berkendaraan di tengah jalan, kita
dapat melihat betapa respond manusia itu  macam-macam. ada yang
ngumpat-ngumpat, ada yang teriak-teriak , ada juga yang  sibuk membaca
novel, ada yang main Nintento atau sekedar sms-an bahkan ada juga yang
sibuk memperbaiki make up, (heheheh)

Tutuhiya , kalau kita mau jujur, hampir di setiap tempat di muka bumi
ini kita akan menjumpainya.dan bukan hanya di gorontalo.Lihat saja kisah
Qain dan Habil yang tingkat Tutuhiyanya sampai ketaraf  Pembunuhan.
padahal kedua anak adam itu bukan orang gorontalo dantidak tinggal di
gorontalo. Dalam Hal ini point saya  adalah bahwa Tutuhiya itu juga
bukan hanya milik orang Gorontalo. Ini juga adalah salah satu perilaku
manusia sebagai mahluk sosial. Dimana ketika ia berinteraksi dengan
sesamanya maka kemungkinan iri , dengki serta hasut akan tumbuh dalam
hatinya kalau tidak di landasi Pemahaman agama dan aqidah serta ahlak
yang baik.

Nah daripada sibuk mengecam soal Gorontalo dengan budaya karlota dan
tutuhiyanya  (wahh ini  so jadi ba karlota  poli) mungkin  lebih bijak
kalau kita bersama-sama membina masyarakat hulondalo ini dengan memberi
contoh-contoh yang baik. Kita semua sudah tau akan kelemahan ini dan
memperbaikinya menjadi tanggung jawab kita semua.ini bisa kita mulai
dari keluarga dan diri sendiri.(wahh saya olo  baru mo mulai)

Saran saya kepada te Utam, Seandainya dia memang Pindah ke jakarta atau
tempat lain yang lebih menjanjikan  "Douzo"  alias mangga atuh , hanya
saja kalau  kepindahan itu  untuk menghidar dari Karlota dan Tutuhiya 
maka  pada saatnya diatetap  akan menemui hal yang serupa. Entah itu di
tempat kerja, lingkungan tempat tinggal, bahkan di jalanan.

Sebaliknya keinginan untuk pindah karena Peluang karir yang lebih besar
dan tantangan  serta pendapatan yang menjanjikan , "why not ???"

Niatkan itu salah satu jalan membangun gorontalo. Karena  kalau kita
tidak jadi  bagian dari Solutions maka kita adalah bagaian dari Problem.

Dengan demikian dia tetap akan bisa membangun dan membantu daerah
tercinta Hulondalo lipuu  meski dari  negeri seberang .

Bolo Maapu Olo

Salam Dabu-dabu Roa

Imusafir










--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Herwin Mopangga
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Tersebutlah teman saya Rustam (panggilan kecilnya "te Utam), seseorang
yang saya kenal dekat, lahir di Gorontalo dan sangat mencintai tanah
kelahirannya. Memasuki usia sekolah dasar hingga menempuh pendidikan
sarjananya, diselesaikan di daerah lain karena mengikuti tugas orang
tua. Dan nasib baik mengantarnya untuk kembali berkarir dan membantu
membangun Gorontalo. Karena latar belakang pendidikannya cukup baik,
karakternya yang dinamis dan bergaul dengan banyak orang, wawasan dan
cara berpikirnya baik dan positif.
> Yang paling aku senangi darinya adalah, "te Utam" tidak segan-segan
memberi pujian dan apresiasi manakala saya atau siapa saja membuat
prestasi atau sesuatu keberhasilan. Sebaliknya dia terang-terangan
mengkritik atau bahkan memprotes keras jika melihat sesuatu
ketidakbenaran apalagi kemungkaran (kadang aku memanggilnya "te Ustad").
Dia juga selalu mengapresiasi good habit dan mengoreksi bad habit yang
dimiliki teman-temannya.
> Dia juga seorang yang ulet dan pekerja keras. Ramah dan fleksibel. Dia
seorang yang positif thinkers, tidak berprasangka buruk jika
sewaktu-waktu mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ringkasnya, penampilan
dan wawasannya kota tapi kepribadian dan kehangatannya seperti wong
ndheso.
> Itulah sebabnya saya tidak heran jika dia memiliki banyak teman dan
kenalan. Dia selalu berkata "BUKANKAH TEMAN ITU SUMBER REZEKI?" Rezeki
dalam arti luas seperti kemudahan memperoleh informasi, akses, jaringan
untuk bekerja sama, tukar-menukar pengetahuan dan pengalaman dan banyak
lagi sisi positif karena banyak teman" tuturnya lugas.
> Saya juga tidak terkejut, ketika teman-teman sebaya kesulitan mencari
pekerjaan tetapi dia justru ditawari pekerjaan yang sangat bagus di mata
masyarakat dan status sosial yang baik. Sekarang hidupnya lebih mapan
dibanding orang kebanyakan yang seusia dengannya dan memiliki tingkat
pendidikan setara. "Mungkin karena sifat ikhtiar dan tawakkal pada Allah
yang dimiliki seorang Utam" gumamku.
> Oleh karena prestasi kerjanya yang unggul, institusi tempat kerja
mengutus dia untuk mengambil pelatihan ke tanah Jawa dan dilanjutkan
dengan shortcourse ke luar negeri. Prospek karirnya jelas makin
mengkilap dimasa mendatang.
>
> Dalam banyak kesempatan komunikasi jarak jauh denganku dia selalu
rindu ingin pulang. Dia ingin menikmati lagi suasana perkampungan dan
kebun sawah dibelakang rumahnya. Dia ingin mencari pasangan hidup dari
tanah kelahirannya, No'u Gorontalo.
>
> Kadang-kadang dia bercerita tentang pengalaman lucu sewaktu awal-awal
tiba di negeri orang. Beradaptasi dengan budaya dan bahasa yang berbeda.
Tetapi Alhamdulillah semua bisa dilewati dengan baik, katanya.
> Dia juga senang membahas hal-hal menyangkut budaya dan tradisi
Gorontalo. Dia sangat prihatin dengan perkembangan budaya negatif.
> Dia mengatakan budaya negatif dari masyarakat Gorontalo (yang dia
ketahui dari orang-orang tua terdahulu) tidak kunjung hilang. Budaya
karlota (lebih senang bercerita dan bergunjing dari pada membaca),
senang berbicara hal-hal yang mengandung ghibah dan fitnah serta hal-hal
yang sifatnya bersenang-senang (plesiran) dari pada bekerja keras.
Tetapi yang paling disorotnya adalah budaya TUTUHIYA. Tidak senang
melihat keberhasilan orang lain, meskipun orang itu masih ada ikatan
saudara ataupun teman. "Susah Lihat Orang Lain Senang dan Senang Lihat
Orang Lain Susah".
>
> Menjelang akhir masa shortcoursenya di luar negeri, dia katakan
padaku. Ada tawaran dari kantor pusat untuk bekerja di Jakarta dengan
jenjang dan kesejahteraan yang lebih baik. Dia selalu menghubungi aku
dan keluarga terdekatnya untuk sekedar meminta saran. Berat hatinya
untuk meninggalkan Gorontalo. Tapi dia juga harus menyelematkan
karirnya. Dan yang lebih penting lagi katanya, "Mungkin dia tidak pernah
kompromi dan memaafkan budaya-budaya negatif Gorontalo yang selalu dia
rasakan di lingkungan kerjanya dan lingkungan tempat tinggalnya".
Baginya, jika memang tidak mungkin mengikis dan memusnahkan budaya
negatif dan TUTUHIYA itu, maka lebih baik dia memilih berkarir di kota
lain yang lebih fair dan profesional dalam menjalani hidup dan menyikapi
kompetisi hidup yang semakin keras ini.
>
> Mungkin dia juga butuh saran dari teman-teman milis.
>
>
>
>
________________________________________________________________________\
___
> Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
@rocketmail.
> Cepat sebelum diambil orang lain!
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
>


Kirim email ke