nah...mungkin anda, dan semua orang "pinter" di negeri ini termasuk dlm 
kriteria yg anda kemukakan tsb. So..ngapain jauh2 pergi studi ke Jepang kalo 
toh nantinya pulang ke Indonesia hanya untuk numpang proyek...he..he..

--- On Tue, 11/11/08, iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:54 PM











Para penelitinya kebanyakan cuma suka manumpang di proyek, para 
penyuluh pengetahuannya tidak lebih baik dari masyarakatnya. Sementara orang2 
yang mangaku pintar cuma tau menghujat pemimpin dan menjelek2kan daerahnya 
sendiri.
Conclusion : Maju mundurnya suatu bangsa/daerah adalah tanggungjawab semua 
pihak, jadi berhentilah menudingkan jari ke orang lain dan mulailah dari diri 
sendiri.
 
Salam,
Iqbal Makmur
Musim gugur, Kyoto

--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:46 PM









Bicara masalah action...kawan- kawan sesama orang lapangan (peneliti dan 
penyuluh) sudah cukup banyak berbuat untuk merubah wajah pertanian di negeri 
ini. Masalahnya para pengambil kebijakan yg menjadi "pemilik sang pabrik" di 
negeri ini masih jalan di tempat dan hanya sebatas retorika. Yang jadi 
pertanyaan sebagai pribadi sumbangsih action saudara Fadli sendiri untuk 
memajukan atau setidaknya merubah wajah pertanian di negeri ini seperti apa? 
apa hanya sebatas demo2...apa itu justru hanya sebuah pepesan kosong atau 
retorika tidak punya arti? Jadi sebenarnya yg cuma beretorika siapa ya? jadi 
bingung nih...
so pendidikan tanpa pengalaman itu kering...pengalaman tanpa pendidikan itu 
gersang. Artinya "jamak". oche...bolo maapu ju..

--- On Tue, 11/11/08, ahmad fadhli <fadhli_ahmad16@ yahoo.co. id> wrote:

From: ahmad fadhli <fadhli_ahmad16@ yahoo.co. id>
Subject: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (for: Laci)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:58 AM




Saya teringat pesan dr Prof.Jimly Assidiqi : antara Retorika dan Action harus 
seimbang"

So, jgn talalu banyak retorika bung LACI...actionnya mana????

Bolomaafu juga...

--- Pada Sel, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> menulis:

> Dari: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
> Topik: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
> Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Tanggal: Selasa, 11 November, 2008, 3:36 PM
> Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya.
> Kendaraannya nda salah yg salah adalah drivernya, montirnya,
> pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan kendaraannya tapi
> oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...
> 
> --- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu
> <tantufadly_62@ yahoo.co. id> wrote:
> 
> From: Fadly Tantu <tantufadly_62@ yahoo.co. id>
> Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah
> Buku
> To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Herwin Mopangga <winshots_pwd@ yahoo.co. id> wrote: 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> SIARAN PERS
> 
> ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN KITA
> 
>             Bogor, 10 Nopember 2008. Dalam
> rangkaian Dies Natalis IPB, mahasiswa pasca sarjana IPB
> mengundang Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad untuk
> berbagi pengalaman tentang keberhasilannya membangun
> pertanian dengan mengembangkan  ekonomi jagung di
> Gorontalo. Dalam kesempatan tersebut sekaligus dilakukan
> bedah buku ”Reinventing Local Government: Pengalaman dari
> Daerah” yang merupakan pengembangan disertasi doktoralnya
> ditambah pengalamannya memimpin Gorontalo.
>             Pertanian Indonesia mempunyai
> potensi yang luar biasa sebagai penggerak ekonomi nasional
> namun tidak dikelola dengan baik. Sumber daya ekonomi
> pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura,
> kacang-kacangan, serealia, peternakan, perikanan, perkebunan
> dan kehutanan tidak dikelola dengan baik dibiarkan
> berkembang sendiri tanpa ada road map. Produk pertanian
> Indonesia yang unggul di pasar dunia saat ini dibiarkan
> berjalan sendiri tandap didukung kebijakan pengembangan daya
> saing. Kita penghasil sawit dan lada nomor 1, karet nomor 2,
> beras nomor 3 di dunia. Tapi kita tidak mau dan mampu
> membangun keterkaitan sektor hulu-hilir dan mempersiapkan
> infrastruktur dan suprastruktur yang diperlukan untuk
> pengembangan komoditas tersebut. Kita lebih senang
> mengembangkan  sektor industri meski juga hanya sebagai
> tukang jahit saja. Pemerintah juga kurang gigih dalam
> menawarkan peluang usaha di sektor pertanian kepada
> investor. Ini terlihat
> dari timpangnya investasi antara sektor pertanian dengan
> sektor industri. Rencana PMA untuk sektor pertanian pada
> 2007 hanya US$ 1.491,6  juta sementara untuk sektor
> industri US$ 27.209,4. Ekspor produk pertanian kita hanya
> sebesar 4,9% dari total ekspor nasional tahun 2007 yang
> mencapai US$  93,142 miliar. Meski ekspor industri kita
> tinggi tapi kita sedang menuju ke fase deindustrialissi.
> Kalangan perbankan juga lebih royal mengucurkan kreditnya
> untuk sektor Industri ketimbang sektor pertanian. Kredit
> modal kerja dan kredit investasi untuk sektor pertanian
> hanya Rp 55,906 triliun sementara untuk sektor industri
> nilainya hampir empat kali lipat lebih besar dari sektor
> pertanian yakni Rp 203,808 triliun. 
>             Pertanian kita sedang dijepit secara
> sistematis agar tidak berdaya oleh kartel komoditi dunia.
> Penandatanganan LoI IMF tentang penurunan bea masuk yang
> besarnya 0 – 10% untuk 43 produk pertanian telah
> menyebabkan pasar produk pertanian dalam negeri dibanjiri
> produk impor. Memang dalam jangka pendek terkesan
> menguntungkan karena konsumen mendapatkan produk murah dan
> berkualitas tapi dalam jangka panjang akan menciptakan
> ketergantungan yang khronis  dan mematikan hasrat petani
> untuk berproduksi karena tidak ada kesempatan berpendapatan.
>             Ketergantungan kita terhadap produk
> pertanian impor sangatlah besar. Kita setiap tahun mengimpor
> 1,2 juta ton kedele, 5 juta  ton gandum, 900 ribu ton
> gaplek, dan 600 ribu ekor sapi serta 964 ribu ton susu.
> Masih pantas dan banggakah kita menyebut diri sebagai negeri
> agraris? Ujar Fadel.
>             Kita harus sadar sesadar-sadarnya
> bahwa pertanian kita dalam bahaya. Jika suatu negara
> memiliki ketahanan pangan yang rapuh maka negara akan mudah
> runtuh. Sementara kita menghadapi tiga bahaya besar yang
> mengancam sektor pertanian namun tidak ada strategi besar
> yang andal untuk mengatasinya. Pertama, Kemampuan pertanian
> kita untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri, relatif
> telah dan sedang menurun dengan sangat besar. Kedua,
> sekarang Indonesia berada dalam ancaman "Rawan
> Pangan" bukan karena tidak adanya pangan, tetapi karena
> pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari Supply
> Luar.  Ketiga, Pasar pangan amat besar yang kita miliki
> diincar oleh produsen pangan luar negri yang tidak
> menginginkan Indonesia memiliki kemandirian di bidang
> pangan.
>             Untuk mengatasinya kita harus
> membuat road map (peta jalan) untuk: (1)Industri berbasis
> agro dan perkebunan; (2) Regionalisasi pengembangan komoditi
> untuk menuju skala ekonomi dan aglomerasi; (3) Pengembangan
> pertanian tanaman pangan, peternakan dan industri kecil
> menengah pedesaan dengan adanya peta jalan di tiga ranah
> maka diharapkan pengembangan pertanian kita menjadi lebih
> fokus dan terarah. Selain itu aspek penting lainnya yang
> perlu mendapat perhatian adalah meningkatkan kuantitas dan
> kualitas infrastruktur dan social capital untuk sektor
> pertanian guna  meningkatkan efesiensi, produktivitas dan
> inovasi. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus lebih
> proaktif dalam membangun inisiatif dan tindakan untuk
> membuat jejaring kersajama usaha tani sebagai agenda
> pembangunan daerah. Selain itu pemerintah harus berani dan
> tegas dalam membuka, menciptakan, dan mengamankan pasar
> produk pertanian dan memihak petani.
>             Kita bisa melakukannya dan sudah ada
> hasilnya. Gorontalo adalah contohnya. Dengan kebijakan
> agropolitan, Gorontalo berhasil meningkatkan produksi pangan
> secara lestari pada tingkat harga yang pantas  untuk petani
> dan membangun daya saing (berhasil mengekspor jagung ke
> Malaysia, Korea dan Filipina). Ini diakui oleh Pemerintah
> tiga tahun berturut-turut mendapatkan penghargaan pangan
> nasional dan Gorontalo mendapatkan sebutan provinsi jagung,
> saya sendiri mendapat gelar gubernur jagung. Kata Fadel.
> 
> 
> 
> Berita terkait; di Liputan Eksklusif Halaman 2 Harian RADAR
> Bogor 8 - 11 Nopember 2008.
> [herwin]
> 
> 
> Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu? 
> Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! 
> 
> 
> 
> 
> Dapatkan nama yang Anda sukai! 
> Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan
> @rocketmail. com.

Global warming. What is that?


 














      

Kirim email ke