ass..mohon maaf baru merespon
setelah membaca postingan rekan2 milister dan diskusi sebelum2nya. saya 
berpikir bahwa hampir semua hal tentang pengembangan pertanian sudah diulas di 
dalam milis ini. namun, hingga saat ini sangat sedikit sekali kita sekalian 
(milister) berdiskusi dan menguji materi tentang solusi dan perbaikan 
pengembangan pertanian di Negara ini khususnya di zajirah Gorontalo dengan 
branding Jagungnya. sebagai Informasi bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi 
(insya Allah) akan digulirkan Undang-Undang Pertanian Berkelanjutan (RUPB) yang 
saat ini masih dalam bentuk rancangan (RUPB) dan telah disosialisasikan ke 
beberapa daerah, seperti Jawa Timur. walaupun masih pro dan kontra..Hal ini 
disebabkan karena awalnya RUPB ini lebih fokus pada perlindungan lahan sawah 
untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan Nasional..nah kaitannya dengan hal 
tersebut bagaimana tanggapan rekan2 milister terutama yang concern denan 
pengembangan pertanian selama ini?? apakah penting memasukkan
 lahan pertanian untuk komoditi lain selain padi sawah dalam UUPB, agar 
monoisme sumber pangan pokok tidak terjadi??..mohon tanggapannya
 
wasalam
Nurdin-Bogor


--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 3:36 PM










Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya. Kendaraannya nda salah yg 
salah adalah drivernya, montirnya, pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan 
kendaraannya tapi oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...

--- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu <tantufadly_62@ yahoo.co. id> wrote:

From: Fadly Tantu <tantufadly_62@ yahoo.co. id>
Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM






Herwin Mopangga <winshots_pwd@ yahoo.co. id> wrote: 







SIARAN PERS

ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN KITA

            Bogor, 10 Nopember 2008. Dalam rangkaian Dies Natalis IPB, 
mahasiswa pasca sarjana IPB mengundang Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad 
untuk berbagi pengalaman tentang keberhasilannya membangun pertanian dengan 
mengembangkan  ekonomi jagung di Gorontalo. Dalam kesempatan tersebut sekaligus 
dilakukan bedah buku ”Reinventing Local Government: Pengalaman dari Daerah” 
yang merupakan pengembangan disertasi doktoralnya ditambah pengalamannya 
memimpin Gorontalo.
            Pertanian Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa sebagai 
penggerak ekonomi nasional namun tidak dikelola dengan baik.. Sumber daya 
ekonomi pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura, kacang-kacangan, 
serealia, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan tidak dikelola dengan 
baik dibiarkan berkembang sendiri tanpa ada road map. Produk pertanian 
Indonesia yang unggul di pasar dunia saat ini dibiarkan berjalan sendiri tandap 
didukung kebijakan pengembangan daya saing. Kita penghasil sawit dan lada nomor 
1, karet nomor 2, beras nomor 3 di dunia. Tapi kita tidak mau dan mampu 
membangun keterkaitan sektor hulu-hilir dan mempersiapkan infrastruktur dan 
suprastruktur yang diperlukan untuk pengembangan komoditas tersebut. Kita lebih 
senang mengembangkan  sektor industri meski juga hanya sebagai tukang jahit 
saja. Pemerintah juga kurang gigih dalam menawarkan peluang usaha di sektor 
pertanian kepada investor. Ini terlihat
 dari timpangnya investasi antara sektor pertanian dengan sektor industri. 
Rencana PMA untuk sektor pertanian pada 2007 hanya US$ 1.491,6  juta sementara 
untuk sektor industri US$ 27.209,4. Ekspor produk pertanian kita hanya sebesar 
4,9% dari total ekspor nasional tahun 2007 yang mencapai US$  93,142 miliar. 
Meski ekspor industri kita tinggi tapi kita sedang menuju ke fase 
deindustrialissi. Kalangan perbankan juga lebih royal mengucurkan kreditnya 
untuk sektor Industri ketimbang sektor pertanian. Kredit modal kerja dan kredit 
investasi untuk sektor pertanian hanya Rp 55,906 triliun sementara untuk sektor 
industri nilainya hampir empat kali lipat lebih besar dari sektor pertanian 
yakni Rp 203,808 triliun. 
            Pertanian kita sedang dijepit secara sistematis agar tidak berdaya 
oleh kartel komoditi dunia. Penandatanganan LoI IMF tentang penurunan bea masuk 
yang besarnya 0 – 10% untuk 43 produk pertanian telah menyebabkan pasar produk 
pertanian dalam negeri dibanjiri produk impor. Memang dalam jangka pendek 
terkesan menguntungkan karena konsumen mendapatkan produk murah dan berkualitas 
tapi dalam jangka panjang akan menciptakan ketergantungan yang khronis  dan 
mematikan hasrat petani untuk berproduksi karena tidak ada kesempatan 
berpendapatan.
            Ketergantungan kita terhadap produk pertanian impor sangatlah 
besar. Kita setiap tahun mengimpor 1,2 juta ton kedele, 5 juta  ton gandum, 900 
ribu ton gaplek, dan 600 ribu ekor sapi serta 964 ribu ton susu. Masih pantas 
dan banggakah kita menyebut diri sebagai negeri agraris? Ujar Fadel.
            Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa pertanian kita dalam 
bahaya. Jika suatu negara memiliki ketahanan pangan yang rapuh maka negara akan 
mudah runtuh. Sementara kita menghadapi tiga bahaya besar yang mengancam sektor 
pertanian namun tidak ada strategi besar yang andal untuk mengatasinya. 
Pertama, Kemampuan pertanian kita untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri, 
relatif telah dan sedang menurun dengan sangat besar. Kedua, sekarang Indonesia 
berada dalam ancaman "Rawan Pangan" bukan karena tidak adanya pangan, tetapi 
karena pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari Supply Luar.  
Ketiga, Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh produsen pangan 
luar negri yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kemandirian di bidang 
pangan.
            Untuk mengatasinya kita harus membuat road map (peta jalan) untuk: 
(1)Industri berbasis agro dan perkebunan; (2) Regionalisasi pengembangan 
komoditi untuk menuju skala ekonomi dan aglomerasi; (3) Pengembangan pertanian 
tanaman pangan, peternakan dan industri kecil menengah pedesaan dengan adanya 
peta jalan di tiga ranah maka diharapkan pengembangan pertanian kita menjadi 
lebih fokus dan terarah. Selain itu aspek penting lainnya yang perlu mendapat 
perhatian adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur dan social 
capital untuk sektor pertanian guna  meningkatkan efesiensi, produktivitas dan 
inovasi. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus lebih proaktif dalam 
membangun inisiatif dan tindakan untuk membuat jejaring kersajama usaha tani 
sebagai agenda pembangunan daerah. Selain itu pemerintah harus berani dan tegas 
dalam membuka, menciptakan, dan mengamankan pasar produk pertanian dan memihak 
petani.
            Kita bisa melakukannya dan sudah ada hasilnya. Gorontalo adalah 
contohnya. Dengan kebijakan agropolitan, Gorontalo berhasil meningkatkan 
produksi pangan secara lestari pada tingkat harga yang pantas  untuk petani dan 
membangun daya saing (berhasil mengekspor jagung ke Malaysia, Korea dan 
Filipina). Ini diakui oleh Pemerintah tiga tahun berturut-turut mendapatkan 
penghargaan pangan nasional dan Gorontalo mendapatkan sebutan provinsi jagung, 
saya sendiri mendapat gelar gubernur jagung. Kata Fadel.



Berita terkait; di Liputan Eksklusif Halaman 2 Harian RADAR Bogor 8 - 11 
Nopember 2008.
[herwin]


Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu? 
Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! 




Dapatkan nama yang Anda sukai! 
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail. com. 

 














      

Kirim email ke