Menurut pandangan saya, sekali lagi bo padangan lowatiya...
Nasionalisme dan Agama di Indonesia, sudah di campuradukan. Mungkin biar
enak. Kayak gado-gado. Mungkin..........
Dear Om Agung dan Om Hengky..
Secara garis besar apa yang sudah disampaikan banyak benarnya, tapi
kalau mau diurai lagi ada beberapa poin yang missing jika dihubungkan
secara historis. Pertarungan antara kaum nasionalis dan agamis pada
masa lalu tidak begitu terlihat karena dipengaruhi oleh pertarungan
kekuatan barat dan Sovyet dengan masing2 ideologinya. Sikap nasionalis
Bung Karno lebih kearah mewujudkan kemerdekaan Indonesia, bukan dalam
bentuk ideologi yang berhadap-hadapan dengan kaum agamis.Dan ini bukan
cuma terjadi di Indonesia. China, Korea, Vietnam, Afghanistan dan
beberapa negara dunia ketiga lainnya juga ikut merasakannya. Sejak
runtuhnya Uni Sovyet, barulah Barat yang Liberal melihat Islam sebagai
kekuatan tandingan yang bisa menghalangi hegemoni mereka dalam
menguasai dunia. Di Indonesia, perang ideologi ini bergeser ke
pertarungan antara kaum liberal dengan agamis. Nasionalisme hanyalah
merupakan kendaraan yang dipakai oleh kaum liberal untuk menaklukkan
kaum agamis yang dianggap konservatif. Dalam tataran kekinian, cap
nasionalisme dan Islam justru semakin kabur. Lihatlah bagaimana
koalisi yang terjadi dimana PKS yang merupakan satu-satunya partai
agamis justru secara institusional dekat dengan SBY-Budi yang Liberal,
JK-Win yang platformnya nasionalis malah mendapat dukungan luas dari
kalangan Muhammadiyah dan nahdiyyin.
Kesimpulan saya, Setelah masuk pada lingkaran politik dan kekuasaan,
ideologi hanya menjadi barang dagangan untuk menarik konstituen. Jadi,
di Indonesia, tidak ada pertarungan murni antara kaum Nasionalis dan
Agamis.
Salam,
Iqbal Makmur, Warga Bonbol
--- On *Thu, 6/11/09, Razif Halik /<razifha...@gmail.com>/* wrote:
From: Razif Halik <razifha...@gmail.com>
Subject: Re: [GM2020] Perseteruan lama dua kelompok idiologis...
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Thursday, June 11, 2009, 2:06 AM
NASIONALISME VS. AGAMA
Terima kasih boss atas keterangan yang mencerahkan.
Menurut pendapat saya, satu waktu dichotomi antar golongan
agamis/Islam
dan nasionalisme akan memudar. Masalah agama akan menjadi pilihan
tiap
individu secara pribadi dan paksaan2 menuruti paham agama tertentu
akan
menjadi tradisi saja dan tidak akan lagi mempunyai kekuatan politik.
Demikian pula paham nasionalisme, dengan kenyataan teknologi bisa
menembus proteksi batas negara yang dikenal dgn istilah borderless
society, chauvinisme hanya akan menjadi something of the past.
Dengan
semakin terdidiknya rakyat, makayang akan menggantikan peranan
kuat kaum
agamis dan nasionalis adalah sosialisme/humanity dan kapitalisme,
kasar2nya dikatakan kemanusiaan/belas kasihan disatu pihak melawan
kapitalisme/ambisi manusia yang didorong oleh he he he keserakahan.
Kapitalisme mengatakan : mari kita besarkan kue ini dulu dan setelah
besar baru di agi-bagi.Kalau ada yang in the meantime mati kelaparan,
maka itu adalah seleksi alam sehingga ras manusia terdiri dari
manusia
"kuat" tahan banting. On the other hand, golongan sosialis
mengatakan,
eh, torang so lapar skarang en cepat bagi2 tu kue sebelum torang
mati
lapar.
Di Amrik, ini pooli menurut pendapat saya, 2 golongan yang
kontrdiktif
tetapi saling menjaga keseimbangan itu adalah kaum liberal dan
satunya
lagi konservatif-- orang2 yang berpikir seperti Obama dan yang
berpendapat seperti Bush jr. E eh eh, sampe disini dulu nanti sambung
lagi sebab maitua so pangge mo kaluar, jadi pengawal.
Tolong gimana pandangan Funco Tanipu, Elnino, Kyai Sur dan lain2
pemikir
serius....
Salam&sori, OH
am0...@yahoo.com
<http://us.mc573.mail.yahoo.com/mc/compose?to=am0...@yahoo.com> wrote:
> Menjelaskan kemarahan koalisi atas pilihan SBY pd Budiono dpt
ditelusuri secara hystoris yaitu perseteruan lama antara kelompok
islam dan nasionalis sejak negeri ini dibentuk, kedua kelompok ini
ingin dominan dlm pusaran kekuasaan, sejarah ini berulang terus
saat bung karno persetuan sidang konstituante yg gagal soal dasar
negara, dgn kemenangan nasionalis ditandai pembubaran partai
islam kembali ke UUD 45, awal kekuasaan pak harto kel nasionalis
tetap dominan yg memicu kemarahan politik dari kel Islam dan
terjadi perlawanan yg menimbulkan instabilitas politik kemudian
muncul kesadaran politik kaum intelektual muslim dgn membentuk
ICMI dan mereka berhasil masuk dalam pusaran kekuasaan lewat
Habibie. setelah reformasi kel nasionalis menjadi pemenang kembali
dgn tampilnya Mega tapi digagalkan oleh Poros Tengah,kini sejarah
berulang kemengan SBY (nasionalis) langusng dilingkari oleh kel
islam demiKepentingan politik keumatan namun keinginan ini telah
disadari oleh kelmpk nasionalis yang berada dalam tubuh Demokrat
dan diluar seperti PDIP dan partai2 aliran diluar islam, maka
mereka membangun komunikasi politik utk menghentikan langkah
kelompok islam dgn menempatkan Budiono sbagai tokoh alternatif
atau kompromi mengingat budiono non santri dan beristrikan wanita
non muslimah, maka kecewa dan marah koalisi atas pilihan SBY
sbagai perlawan atas kekalahan kelompok islam dalam pertarungan
politik nasional, Kini kemenangan ada pada kelompok nasionalis
lagi dan kita diminta bahkan dipaksa oleh para elit untuk
mendukung SBY atas nama kesejahteraan, semoga potret politik
nasional dan para elit, dpt memberi gambaran, petunjuk untuk
menentukan pilihan pada pilpres besok, siapa yg ingin anda
menangkan semua menjadi jernih dlm hati pikran kita, jika semua
menawarkan kesejahtran untuk rakyat. Salam damai "Agung Mozin"
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> ------------------------------------
.
--
--------------------------------------------------------
Abdul Gani
Rabies Stadium IV