Saya copy dan paste disini saja tulisan Umar..

--------------------

Pesan Terakhir yang Abadi



Jam satu siang tanggal 14 Februari 2010, akhirnya ia merasakan kenikmatan 
terindah dalam hidupnya. Tak ada ada lagi penanggungan rasa sakit 
bertahun-tahun, tidak ada lagi kelemahan anggota tubuh, tidak ada lagi 
kesedihan yang mengiringi setiap langkah dan gerak, tiada lagi suara yang 
tercekat di leher menahan derita. Seketika menjadi begitu tenang. Tak bergerak. 
Diam. Sunyi. Tak ada desis suara. Begitu damai..

Sebab penanggungan sakit itu hampir genap tiga tahun lamanya, sejak tahun 2007 
yang lalu. Hari-harinya yang diisi kesibukan sekaligus kenikmatan itu berganti 
seberkas kisah di ruang kamar.

Semenjak lama sebelum sakit, saya selalu melihat dari dekat bila sejak dini 
hari hari ia sudah siap dengan pakaian kebesaran menghadap Rabb-nya. Seruan 
muazzin yang membelah keheningan subuh bukan lagi pembangun tidurnya. Seruan 
itu hanya menjadi semacam penanda untuk beralih ke ibadah selanjutnya. Lalu 
seisi rumah pun diajak untuk menghadap ilahi Rabby penuh syahdu di malam yang 
sunyi.

Seusai shubuh, dilanjutkan dengan zikir atau kalau sempat menyampaikan sedikit 
nasehat penghidup semangat. Semacam ceramah singkat. Setelah itu ia mengajar 
membaca kitab; Kawakib, Nashaihul Ibad, Risalatul Mu’awanah, Nashaihuddiniyah 
atau kitab kitab lainnya. Seusai baca kita, langsung bersiap ke sekolah; 
mengisi jadwal mengajar sambil mengawasi jalannya persekolahan. Dan sudah 
menjadi maklum, bila ia yang masuk, maka semua akan tertunduk dalam diam, 
menanti setiap untaian kata bermakna yang diucapkan dengan sepenuh hati dan 
sarat arti. Baru berhenti ketika azan dhuhur sudah berkumandang.

Seusai dhuhur, bukannya istirahat, tapi malah mengajar lagi di mesjid. Baca 
tafsir Ibnu Katsir. Makan siang baru dilaksanakan sekitar jam 15.00, beberapa 
saat sebelum asar. Istirahat setelah makan digunakan untuk baca koran dan 
mengobrol dengan anak-anak. Ba’da asar ia ke kebun. Memang aslinya ia adalah 
seorang petani yang kebetulan sempat sekolah. Maka kegemarannya untuk menanam 
pisang, menanam kelapa, memperbaiki pagar yang rusak dan bercengkrama dengan 
berbagai jenis tanaman tidak bisa dipisahkan. Setelah maghrib biasanya menerima 
undangan ceramah dan acara acara sosial. Tiba di rumah sekitar pukul 11 malam. 
Demikianlah siklus produktif hidupnya.

Saya bisa menangkap ada empat hal yang paling ia sukai: membaca, mengajar, 
berkebun dan menyambung tali silaturrahmi. Ia juga adalah orang yang paling 
bahagia kalau ada tamu yang datang ke rumah. Segala macam dikeluarkan untuk 
membahagiakan tamu yang datang.

Karakter pribadinya jelas: orangnya disipilin, tanggungjawab, cinta ilmu, dan 
berkemauan keras.

Namun sejak tiga tahun lalu sosok yang kuat dan selalu bersemangat itu hanya 
mampu mengistirahatkan dirinya di kasur tidurnya. Sakit. Macam-macam sakit yang 
menimpa; gula, maag, dan lainnya. Tapi tidak sampai menghapus semangatnya 
menjalani hidup produktif. Ia jadi bisa lebih banyak merenung di rumah. Entah 
berapa banyak buku selesai dibaca. Silaturrahmi dengan masyarakat jauh dan 
dekat jadi terhubung erat sebab banyak yang datang ke rumahnya untuk 
menjenguknya. Satu hal yang selalu membuat penjenguk heran: orang yang 
dikabarkan sakit ini ternyata menyambut mereka dengan wajah penuh cerah, dengan 
penampilan yang tertata. Seperti tidak sakit. Dan memang ia tak pernah ingin 
orang ikut menderita dengan deritanya. “wa idzan tushibka khashashatun 
fatahammali.” Apabila engkau mendapatkan musibah maka pikullah sendiri. Dalam 
riwayat lain “fatajammali” maka tampakkanlah yang baik baik. Demikian prinsip 
hidupnya yang juga ia bagi kepada orang yang ada di sekitarnya.

Saat putra pertamanya ingin kembali belajar di Kairo untuk kedua kali (tahun 
2007), ia berusaha dengan segenap tenaganya untuk mengantar sampai bandara. 
Satu nasehatnya yang masih terngiang, “Nak, pergilah dengan penuh semangat. 
Jangan ada air mata yang tumpah. Jangan meninggalkan kesedihan kepada 
orang-orang yang ditinggalkan.” Sang anak pun menjadi tegar. Dan lihatlah, 
keluarga itu berpisah dengan penuh senyuman. Masing-masing sedang berbicara 
langsung ke hati…

Saat putra kedua ingin kembali menyusul kakaknya (tahun 2009), ia tidak mampu 
lagi bangkit dari kasur putih rumah sakit. Hanya lambaian tangan diiringi 
senyuman disertai ucapan fi amanillah yang mengantarkan putra tercinta 
menyeberang benua nun jauh disana. Ia sendiri yang memaksa agar anak keduanya 
itu harus pergi, terbang bersama cita-citanya.

Kegalauan menghantui putra ketiga. Ia tidak mungkin meninggalkan ayahnya sedang 
sakit seperti ini. Berat. Sangat berat. Tapi tidak. Ada sebuah kepentingan 
besar yang lebih utama dari perasaan. Pergi. Susul kedua kakakmu untuk belajar 
di negeri para nabi (tahun 2010). Dan sang putra ketiga ini hanya bisa 
diantarnya dari kasur kamarnya. Sudah sangat lemah.

Beberapa hari lalu saya sempat menelponnya. Dengan suara yang tercekat di 
leher, dengan susah payah, akhirnya ia mampu menyampaikan satu pesan yang tak 
kan pernah saya lupa. Satu pesan yang mampu melestarikan memori berkekalan. 
Satu pesan gambaran semangat yang terpatri di relung hati. Satu pesan 
penggugah, penyulut semangat, menyentuh sukma, merasuk jauh ke dalam jiwa.

Dengan patah-patah ia berkata:
“s-e-l-a-m-a-t b-e-l-a-j-a-r n-a-k” sebuah pesan terakhir yang abadi..

Beberapa hari setelah pesan itu, saya memperoleh kabar ia sudah tutup buku 
kehidupan…

Muhammad Abubakar: ayahku, guruku, sahabatku, jagoanku, teladanku sekaligus 
pahlawanku yang tersayang ternyata telah kembali lebih dulu.

Selamat jalan aba…
Semoga rahmat Allah selalu bersamamu..



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: -=Umar=- <kakm...@yahoo.com>
Date: Sun, 14 Feb 2010 14:20:07 
To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Inna lillah dan Mohon Doa

terimakasih atas segala doa kawan kawan milister... 
makasih ya...
semoga dikabulkan oleh Allah.

Saya sempat buat satu tulisan di Kompasiana tentang Almarhum ayah saya
bagi yang berkenan baca, berikut saya kasih linknya
http://umum.kompasiana.com/2010/02/15/pesan-terakhir-yang-abadi/


Terimakasih

Salam
Umarulfaruq Abubakar
http://buanacita.multiply.com
http://www.kompasiana.com/kakmuma


--- On Sun, 2/14/10, Syam Sdp <syam...@rocketmail.com> wrote:

From: Syam Sdp <syam...@rocketmail.com>
Subject: Bls: [GM2020] Re: Inna lillah dan Mohon Doa
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sunday, February 14, 2010, 6:32 PM







 



  


    
      
      
      dari dunia yang maya ini, mari kita panahkan doa padaNYA..amien


Dari: arter datunsolang <ar_d...@yahoo. com>
Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Terkirim: Sen, 15 Februari, 2010 00:11:32
Judul: Re: [GM2020] Re: Inna lillah dan Mohon Doa








 



    
      
      
      Ass.. Wr. Wb.

Turut Berduka, semoga almarhumah mendapat tempat yang layak disisi Allah SWT, 
dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dalam cobaan ini...

arter

From: arfan <arfanentengo@ yahoo.co. id>
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Sent: Sun, February 14, 2010 4:25:17 PM
Subject: [GM2020] Re: Inna lillah dan Mohon Doa









 



    
      
      
      

Waalaikum salam Wr Wb



Turut Berdukacita. .Semoga Almarhum mendapat tempat Yg Layak disisi Allah SWT 
dan Kepada keluarga yg ditinggalkan diberi ketabahan,Amin! !



Salam kembali,

Arfan Entengo Sekeluarga.



--- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, -=Umar=- <kakm...@... > wrote:

>

> Assalam alaikum warahamtullahi wabarakatuh

> 

> Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.

> 

> Mohon doa dari sahabat-sahabat semua, ayah saya, KH. Muhammad Abubakar, baru 
> saja berpulang ke rahmatullah jam 01.00 WITA tadi di Tilamuta-Gorontalo. 
> Semoga beliau diterima di sisi Allah dan diberikan tempat yang layak di 
> sisi-Nya. Amiin.

> 

> Salam dari putra beliau yang masih berada di Kairo

> Umarulfaruq Abubakar 

> Luqmanul Hakim Abubakar 

> Abdurrahman Abubakar

>





    
     










      

    
     







       Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih.  Rasakan bedanya sekarang!

    
     

    
    


 



  






      

Kirim email ke