bung iqbal mengingatkan saya ketika kecil , adik saya laki-laki nomor dua bilang ke almarhum ayah , akh kalau besar saya mau jadi kusir bendi saja ( tahun 60an gorontalo masih banyak bendi) . almarhum ayah yang mendengarnya sempat terhenyak , kasihan dan hanya sempat sedih kalau adik saya tidak memiliki cita-cita yang tinggi atau cita-cita menjadi petugas pajak/pns .
saya sendiri ketika mau selesai sekolah dasar , teman-teman semua menganjurkan supaya masuk smep saja , supaya dalam keadaan terburuk bisa menjadi karyawan toko . saya tidak terpikir untuk menjadi pns atau petugas pajak . saya hanya hidup dari impian yang saya dengarkan lewat radio asing seperti radio australia , voice of america , bbc , radia japan . alhamdulillah karena belajar lewat radio tersebut , bahasa inggeris saya membuka cakrawala saya dengan jendela yang lebih luas dan kesempatan yang lebih dari anak-anak sebaya saya . sebelum selesai ujian sma saya mendapatkan tawaran pekerjaan di tropic endeavour oil. co dan ketika rata-rata gaji pns baru rp. 3,000.- (tahun 1972) saya mendapatkan gaji rp. 18,000.- per bulan . terakhir ketika kerja , gaji saya bisa membeli 6 kwintal (600 kgs) beras sehingga membuat iri sebagian karyawan yang kerja di perusahaan yang sama . saya tidak pernah berkeinginan untuk menjadi petugas pajak ataupun pns , mungkin saya berpikir secara tidak wajar , karena menurut saya asalkan kita mau bekerja , apapun impian kita bisa terlaksana . alhamdulillah saya sudah melanglang 85 negara , menyaksikan 3 exposisi dunia yaitu vancouver , canada ( 1986) , brisbane , australia (1988) dan sevilla , spanyol (1992) menyaksikan 2 floriade (pameran bunga terbesar se jagad di belanda) berkendara dengan canadian pacific rail dari ujung barat vancouver ke toronto , canada dan 5 kali perjalanan ke saudi arabia , semua nya bukan karena menjadi petugas pajak ataupun pns . adik saya yang mau jadi kusir bendi tadi , alhamdulillah dia kemudian menjadi pns (he he he) . saat ini saya sedang merajut pensiun saya dengan menulis buku kisah perjalanan saya , karena masih menginginkan 15 negara terakhir sebelum mau menjemput hayat . dila mopobibi , cuma supaya yang berniat menjadi pns ataupun petugas pajak yang curang untuk berubah pikiran , carilah duit anda dengan halal , sehingga menjadi berkah dan bersih dan sehingga kalau saat maut menjemput hayat , nggak ada yang menakutkan untuk pulang . salam , tot --- On Mon, 4/5/10, Iqbal <kaizen...@yahoo.com> wrote: From: Iqbal <kaizen...@yahoo.com> Subject: Re: Bls: [GM2020] UNG dan Hal-hal yang belum selesai To: "gorontalomaju2020@yahoogroups.com" <gorontalomaju2020@yahoogroups.com> Date: Monday, April 5, 2010, 11:14 PM Maaf sekedar sharing dari kampung orang. Satu saat saya pernah diajak teman menengok anaknya yang sekolah SD disini. Pas waktu itu ada acara perkenalan siswa dan diantara poin perkenalannya adalah cita2. Saya cukup kaget karena ada beberapa anak yang bercita-cita jadi tukang kayu, penari balet, pemilik rumah makan, pelukis, sopir bis dll. Saya ingat dulu waktu kecil kalau guru bertanya apa cita2 kita maka sebagian besar akan menjawab : guru, dokter, polisi, pilot, semuanya mau jadi PNS. Kalau saya bisa jadi anak2 lagi saya mau bercita2 jadi pegawai pajak :) Iqbal Sent from my iPhone On Apr 6, 2010, at 9:10 AM, kilo_...@yahoo. com wrote: Teori itu adalah pondasi dari praktek.. Menurut salah seorang pengusaha sukses di makasar saat dialog di salemba (te iki pe bos) ”pada prinsipx orang gorontalo itu cerdas dan cekatan serta mampu brsaing hingga pulau jawa, kelemahannya hanya kurang PD”. Paradigma berpikir orang gtlo tentang pekerjaan hanya mau jadi PNS, selain itu politikus n kontraktor. Tetapi ketersediaan lapngan pekerjaan pun harus difasilitasi. UNG sdh menjembatani itu dengan menyediakan tenaga pengajar (guru) dan hampir semua lulusan eks STKIP, IKIP dan UNG sdh terserap di pemda, tetapi memang jurusan yg non kependidikan mash harus bersaing dengan lulusan dari luar daerah. Tugas ini bkan hanya milik UNG tetapi semua stakeholdr, krn PT di gtlo bkan hanya UNG. Memang berat utk mewudkan ini semua krn kondisi di gtlo msh seperti sekarang. Oke Salam SR Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... !From: "Funco Tanipu" <funcotanipu@ gmail.com> Date: Mon, 5 Apr 2010 15:40:37 +0000To: Gorontalo Maju<gorontalomaju2020@ yahoogroups. com>Subject: Re: Bls: [GM2020] UNG dan Hal-hal yang belum selesai Bung Ayub, teori itu gagasan. Ada yang namakan ide. Ada juga yang katakan sebagai wacana. Hal-hal praksis selalu didahului dengan gagasan. Muhammad sebelum bertindak menjadi Nabi selalu ada gagasan/ide di depannya yang berupa firman dari Allah (ini bo contoh poli.. Bisa olo salah, soalnya bukan ahlinya..) Saya ingin memberi contoh bagaimana Menara Keagungan dibangun tanpa ide yang jelas. Atau mungkin kita bisa lihat bagaimana kebun binatang di Limboto. Dan masih banyak lagi praksis tanpa didasari gagasan yang kuat. Kita mending berkelahi di awal ttg gagasan. Daripada berkelahi karena salah di praksis. Terima Kasih Funco TanipuFrom: abdul ayub <rasyid_ayub@ yahoo.com> Date: Tue, 6 Apr 2010 00:25:48 +0800 (SGT)To: <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com>Subject: Re: Bls: [GM2020] UNG dan Hal-hal yang belum selesai terlalu banyak teori juga susah.....tp memang bergitulah kalo debat akademis kalo saya yang jadi masalah cuma bagaimana menjembatani link yang putus antara ruang kuliah dan dunia kerja. di jakarta semacam trisakti saja belum mampu menyiapkan lulusan yang benar benar mampu untuk kerja padahal dia adalah kampus paling mahal dan sangat berkualitas apalagi bila di bandingkan dgn gtlo...padahal penjurusan nya sangat2 detail seperti tranportasi. ..masi dibagi lagi darat laut dan udara.. ada bnyak solusi sebenarnya salah satunya di banyakin dosen2 yang berlatar praktisi...yang benar2 sngat2 ahli di dunia kerja.bukan akadrmis yang cuma pintar teori namun apapun ushanya tersrah yang pintar2 cuma bagaimana lulusan bisa kerja!!! itu saja kalo di pikir2 di gtlo yang kerja aja masih banyak yang belum pintar tenaga masi banyak yang dari jawa gimana yang baru lulus!!! hehehehh tenaga bo habis di buttola deng di proyek2 yang kaseh abis anggaran --- Pada Ming, 4/4/10, Funco Tanipu <funcotanipu@ gmail.com> menulis: Dari: Funco Tanipu <funcotanipu@ gmail.com> Judul: Re: Bls: [GM2020] UNG dan Hal-hal yang belum selesai Kepada: "Gorontalo Maju" <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com> Tanggal: Minggu, 4 April, 2010, 7:56 PM I am happy with your statement about 'long sleeping'. As long as 47 years we were long sleeping. I wish that you can be the man who will give a motivation for new rector. I hope you can be the man who can open the networking in Germany for Gorontalo State University for scholaships, fundding and cooperations with center of study. A question for you, when will you back here... We will appraciated if you will be back earlier. Warm Regards, FT Terima Kasih Funco TanipuFrom: Yayu Arifin <yayujahjaarifin@ yahoo.co. id> Date: Mon, 5 Apr 2010 11:19:50 +0800 (SGT)To: <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com>Subject: Bls: [GM2020] UNG dan Hal-hal yang belum selesai you are right man, i just for two months in UNG last year and i got headache. Alhamdulillah we find out how to improve a little bit, InsyaAllah i would like to do more when i arrived. But it is indeed very hard to make people aware that there is something wrong since they were so long sleeping in that groove. No body want to be disturbed when they are in that situation (it is called groovy feeling probably equal to steady state). --- Pada Sen, 5/4/10, Funco Tanipu <funcotanipu@ gmail.com> menulis: Dari: Funco Tanipu <funcotanipu@ gmail.com> Judul: [GM2020] UNG dan Hal-hal yang belum selesai Kepada: "Gorontalo Maju" <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com> Tanggal: Senin, 5 April, 2010, 8:35 AM Luar biasa "pertengkaran" kita ini. Baru kali ini saya melihat milis ini "ribut" hanya dengan satu topik; UNG. Pertengkaran ini menunjukkan bahwa disamping banyak harapan thdp UNG, banyak pula rupanya masalah yang kini. kita warisi. Mengenai hal diatas, saya kira berjubelnya harapan tak lepas dari banyaknya masalah yang ada. Setiap kelahiran setitik harapan, selalu dikarenakan ada titik yang ingin diperbaiki. UNG telah memasuki hampir 50 tahun berdiri kokoh di bumi Gorontalo, dinding ruangan dan kilasan dokumen foto terlihat kusam menunjukkan rentanya usia UNG. Tinggal 3 tahun lagi UNG akan memasuki tahun emas. Tahun yang dinanti-nantikan untuk patokan melakukan lompatan ke arah yang lebih baik. Di usia ke 47 ini, kita masih berada diperdebatan bagaimana memulai? Terus terang, kita cukup terlambat dari yang lain. Tidak usah kita berbicara terlalu jauh dengan membandingkan UNG dengan negara lain. Kita lihat saja UNSRAT, UNHAS yang masih satu daratan dengan UNG. Tidak usah bermimpi dulu bagaimana berlevel "world", utk menjadi baik di level "regional" saja kita cukup keteteran. Tumpukan harapan terlalu banyak yang kemudian signifikan dengan berjubelnya masalah. Tantangan Rektor baru kedepan belum akan bicara tentang skenario masa depan, Rektor kita akan dihadapkan pada bertebarannya masalah yang mesti di selesaikan. Tetapi, saya kira ini bukan saja kerja Rektor saja. Basri Amin pernah mengatakan ke saya bahwa Universitas terlalu besar jika hanya diserahkan ke seorang Rektor. Rektor sebenarnya hanyalah salah satu tools dalam menyelesaikan hal-hal yang belum selesai. Apa yang kemudian menjadi perdebatan mulai dari landasan filosofis yang kemudian diderivasi ke hal-hal teknis, saya kira letaknya pada perbedaan metodologi dalam memandang masalah dan harapan. Ada yang mendekati masalah dan harapan dengan pendekatan mekanistik, ada yang berpendekatan dekonstruktif, ada pula yang berpendekatan "historical" melulu. Semua pendekatan benar, karena di setiap pendekatan selalu ada harapan untuk memperbaiki. Ada keinginan menjadi "tukang sapu" masalah. Dari "pertengkaran" ini bisa dilihat bahwa banyak hal-hal yang belum selesai. Kita memiliki resources yang kuat, resources itu berupa kualifikasi SDM, keinginan dan niat yang kuat. Saya jika mengutip pengantar editor buku Energi Peradaban, bahwa di UNG itu orang-orangnya biasa saja, yang luar biasa pada orang-orang itu adalah kemampuan mereka menembus batas, melintasi rintangan dan menguak tabir. UNG punya itu. Saya banyak mengulas hal-hal yang tidak teknis karena kita cukup kedodoran di wilayah paradigma dan fondasi fikir. Persoalan teknis kadang dianggap sebagai pangkal masalah. Padahal, letaknya bukan disitu. Fondasi pengetahuan yang ditanamkan 47 tahun lalu, telah dicabik-cabik oleh orang-orang yang kepentingannya menumpuk kapital melulu. Maka, menurut saya yang mesti dilakukan adalah bagaimana keinginan mencapai masa keemasan UNG adalah menggali harapan dan memetakan masalah di tingkat prodi/jurusan. Kedua, data harapan dan masalah digali dengan model FGD agar lebih representatif, disamping itu juga model diskusi yang "tertulis" mesti segera dilakukan, agar dokumentasi ide bisa linier dengan praksisnya. Berikutnya, peta harapan dan masalah kemudian dirancang secara canggih untuk dimasukkan dalam Renstra kedepan. Memang, selama ini problem representasi di UNG kita hampir diabaikan. Semua dianggap "umum", general dan bahkan "sama". Pendekatan representatif ini akan menjembatani seluruh keinginan dari elemen kampus. Selain itu, yang perlu dibenahi adalah model pengawasan internal. Pengawasan atau katakanlah evaluasi mestinya dilakukan secara periodik dan reguler. Agar akuntabilitas bisa terjamin. Pada titik ini, publik mesti dilibatkan secara penuh. UNG mesti menjadi kampus terbuka untuk publik. Saya cukup "geli" dengan banyaknya hal-hal yang belum selesai. Hal yang mesti diselesaikan adalah naluri. Naluri yang mesti dibenahi. Terus terang di kampus kita ada yang bernaluri ilmuwan, ada yang bernaluri bandit dan bahkan ada yang bernaluri bedebah.. Ini kerja-kerja yang jika diurut, sangatlah banyak. Tetapi, sekali lagi, Universitas terlalu penting jika diserahkan kepada seorang Rektor. Kita semua sebenarnya adalah "rektor". Renstra yang disusun nanti menjadi kompas kemana UNG diarahkan. Di kampus kita juga mesti dilakukan evaluasi ber Terima Kasih Funco Tanipu Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!