biasanya kalo yg pintar2 lulusan S1 IPK diatas rata2 langsung di rekom jd dosen 
di PT tsb dan langsung di biayai S2nya. Kalo yg biasa2 aja IPK standar jd pns 
atau karyawan di perusahaan2 swasta terkenal. Yg anehnya kalo yg bodoh IPKnya 
jeblok biasanya setelah lulus buka usaha sendiri jd enterpreneur dan rata2 jd 
sukses hehehehe. Jd intinya tidak ada yg pintar dan bodoh. So, the most 
important thing, enjoying what you are doing.

Sent from my BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Putra Gorontalo <gorontalo.pu...@yahoo.com>
Date: Wed, 21 Apr 2010 00:29:15 
To: Grontalo Maju 2020<gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Subject: [GM2020] Syarat menjadi dosen





Berikut adalah suara yg saya
sampaikan keparlemen mengenai perekrutan dosen, semoga kita semua sependapat
dan sehati.


"Tolong perjuangkan agar Dikti
ataupun diknas merevisi sistem perekrutan utk dosen perguruan tinggi negeri
yang mensyaratkan seorang yang menjadi dosen harus orang yang telah menempuh
pendidikan pascasarjana yang berijazah S2. Negara kita khususnya daerah
Gorontalo memiliki banyak putra daerah yang cerdas dan memiliki prestasi
akademik yang sangat baik ketika kuliah S1 bahkan bisa lulus dengan nilai Summa
Cum Laude dan Cum Laude diuniversitas-universitas negeri ternama dan terbesar
di Indonesia.


Diantara mereka banyak yg ingin
menjadi dosen.  Akan tetapi karena syarat
menjadi dosen harus seorang master maka keinginan mereka terhambat karena aturan
ini. 

Sedangkan utk sekolah S2 lagi
biayanya sangat mahal dan tidak mungkin dijangkau oleh mereka sebab mereka
berasal dari keluarga miskin yg berotak encer. 
Akibatnya daerah Gorontalo kehilangan kesempatan yg baik utk mengambil
bibit2 dosen yg berkualitas unggul. Zaman dulu aturan ini tdk ada sehingga
memberikan kesempatan bagi semua lapisan masyarakat baik kaya maupun miskin utk
menjadi dosen.  Jika aturan ini terus
dipertahankan maka suatu waktu nanti Indonesia khususnya Gorontalo akan
kehilangan generasi2 dosen yang berkualitas unggul sehingga bangsa ini akan
semakin rusak.  Kualitas pendidikan
tinggi bukan ditentukan oleh perekrutan dosen yg harus S2 tetapi ditentukan
oleh kualitas otak dari manusia yang menjadi dosen.  Jika pemerintah ingin 
meningkatkan kualitas
dosen maka pemerintah bisa menempuh dengan cara meningkatkan pendidikan para
dosen bukan dengan membatasi kesempatan bagi orang2 yg berotak encer untuk
menjadi dosen.  Orang-orang yang berotak
encer adalah aset yg sangat vital bagi negara utk meningkatkan kualitas
pendidikan tinggi, jangan pernah membatasi mereka dengan syarat2 yg tdk bisa
mereka jangkau secara ekonomi.  Tapi
bantulah mengembangkan mereka agar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi 
sehingga
bangsa ini menjadi cerdas seperti mereka".   

SalamPG





      

Reply via email to