Saya berharap seperti itu, agar ada niat belajar terus. 




Terima Kasih


Funco Tanipu

-----Original Message-----
From: Iqbal <kaizen...@yahoo.com>
Date: Wed, 21 Apr 2010 09:08:37 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com<gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Subject: Re: [GM2020] Syarat menjadi dosen

Kenyataannya lain, buktinya Putra Gorontalo yang cuma lulusan SMA lebih pintar 
dari Funco Tanipu yang S3 :)

Iqbal

Sent from my iPhone

On Apr 21, 2010, at 9:54 PM, "Funco Tanipu" <funcotan...@gmail.com> wrote:


Benar, kadangkala kita merumitkan hal-hal yang tak rumit. 

Seingat saya, ada hadis "belajarlah hingga ke negeri cina" atau belajar hingga 
ke liang kubur. Artinya, kalo cuma SMA ya sono ambil S1 untuk menambah ilmu, 
kalo ingin nambah lagi ya ke S2. Mau lebih ahli, ya S3. 

Itu semua juga ditunjang mesti rajin baca. Karena kalo juga udah S4 sekalipun 
tapi malas baca ya ilmu tak pernah diupdate. 

Jenjang bukan segalanya, tetapi jenjang juga memperjelas skala pengetahuan. 
Jika terus menerus mempersoalkan gelar tanpa habis lalu tak pernah diikuti oleh 
"kelakuan" akademik ya sama saja dengan yang diluaran sana.




Terima Kasih


Funco Tanipu

From: Ismail Djakaria <isdjaka...@yahoo.co.id>
Date: Wed, 21 Apr 2010 20:47:05 +0800 (SGT)
To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Subject: Re: [GM2020] Syarat menjadi dosen

 
Koq semua jadi repot... sederhana saja... SMA saja pintar apalagi dosen yang 
sdh S2 (kayak MY) ato S3. Dosen ato mahasiswa kalah pintarnya sama anak SMA itu 
kasuistik... Jadi secara umum, itu tadi...SMA SAJA PINTAR APALAGI MAHASISWA, 
ATAU DOSEN YANG SDH S2/S3... Sederhana khaaannn....????

Dari: Batara Indra Krisna <bataraindrakri...@yahoo.com>
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Terkirim: Rab, 21 April, 2010 15:41:04
Judul: Re: [GM2020] Syarat menjadi dosen

 
Benar sekali bung iqbal,  saya pernah menemukan di Gtlo dosen-dosen dan 
mahasiswanya kalah pintar dengan anak-anak SMA.  Bahkan saya pernah menemukan 
soal2 ujian untuk mahasiswa di Universitas tertua dan ternama di Gtlo lebih 
sulit soal2 ujian anak SMA bahkan dizaman saya masih SMA ketika ikut UMPTN. 
Padahal dosen2nya sdh S2.  Mungkin ini disebabkan karena rekrutmen dosen yang 
hanya mensyaratkan harus berpendidikan S2 tanpa melihat bibit maupun bobot 
sesungguhnya.  Saya sependapat dgn bung Putra, syarat S2 itu dihapuskan saja 
karena tdk menjadi jaminan utk menciptakan dosen2 yg berkualitas unggul dan  
pendidikan tinggi yg unggul.

 

Regards

--- On Wed, 4/21/10, Iqbal <kaizen...@yahoo. com> wrote:

From: Iqbal <kaizen...@yahoo. com>
Subject: Re: [GM2020] Syarat menjadi dosen
To: "gorontalomaju2020@ yahoogroups. com" <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com>
Date: Wednesday, April 21, 2010, 7:59 AM

 
Saya malah melihat banyak lulusan SMA yang jauh lebih pintar dari lulusan S1, 
bagaimana kalau mereka ini dijadikan dosen? Hehehe...

Iqbal

Sent from my iPhone

On Apr 21, 2010, at 4:29 PM, Putra Gorontalo <gorontalo.putra@ yahoo.com> wrote:

 
Berikut adalah suara yg saya sampaikan keparlemen mengenai perekrutan dosen, 
semoga kita semua sependapat dan sehati.


"Tolong perjuangkan agar Dikti ataupun diknas merevisi sistem perekrutan utk 
dosen perguruan tinggi negeri yang mensyaratkan seorang yang menjadi dosen 
harus orang yang telah menempuh pendidikan pascasarjana yang berijazah S2. 
Negara kita khususnya daerah Gorontalo memiliki banyak putra daerah yang cerdas 
dan memiliki prestasi akademik yang sangat baik ketika kuliah S1 bahkan bisa 
lulus dengan nilai Summa Cum Laude dan Cum Laude diuniversitas- universitas 
negeri ternama dan terbesar di Indonesia .

Diantara mereka banyak yg ingin menjadi dosen.  Akan tetapi karena syarat 
menjadi dosen harus seorang master maka keinginan mereka terhambat karena 
aturan ini.

Sedangkan utk sekolah S2 lagi biayanya sangat mahal dan tidak mungkin dijangkau 
oleh mereka sebab mereka berasal dari keluarga miskin yg berotak encer.  
Akibatnya daerah Gorontalo kehilangan kesempatan yg baik utk mengambil bibit2 
dosen yg berkualitas unggul. Zaman dulu aturan ini tdk ada sehingga memberikan 
kesempatan bagi semua lapisan masyarakat baik kaya maupun miskin utk menjadi 
dosen.  Jika aturan ini terus dipertahankan maka suatu waktu nanti Indonesia 
khususnya Gorontalo akan kehilangan generasi2 dosen yang berkualitas unggul 
sehingga bangsa ini akan semakin rusak.  Kualitas pendidikan tinggi bukan 
ditentukan oleh perekrutan dosen yg harus S2 tetapi ditentukan oleh kualitas 
otak dari manusia yang menjadi dosen.  Jika pemerintah ingin meningkatkan 
kualitas dosen maka pemerintah bisa menempuh dengan cara meningkatkan 
pendidikan para dosen bukan dengan membatasi kesempatan bagi orang2 yg berotak 
encer untuk menjadi dosen.  Orang-orang yang berotak
 encer adalah aset yg sangat vital bagi negara utk meningkatkan kualitas 
pendidikan tinggi, jangan pernah membatasi mereka dengan syarat2 yg tdk bisa 
mereka jangkau secara ekonomi.  Tapi bantulah mengembangkan mereka agar menjadi 
lebih baik dan lebih baik lagi sehingga bangsa ini menjadi cerdas seperti 
mereka".   



Salam

PG






Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic
Messages in this topic (9)
RECENT ACTIVITY: New Members 4
Visit Your Group
Majulah Gorontalo kita!
MARKETPLACE
Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the 
Yahoo! Toolbar now.


Welcome to Mom Connection! Share stories, news and more with moms like you.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new 
interests.


Switch to: Text-Only, 



      

Kirim email ke