Dear All gm2020

Bagi sebagian masyarakat gorontalo kata "Koprol" tidak asing lagi terdengar 
bahkan telah menjadi Brand Lokal Maupun Nasional, sebenarnya Koprol juga bukan 
hanya ada pada masyarakat gorontalo, akan tetapi dalam budaya Bugia Makassar 
maupun jawa pun Budaya Koprol ada, akan tetapi Untuk satu Kata ini  "KOPROL" 
bagi komunitas gorontalo justru lebih Dominan.

Judul di atas sengaja saya angkat berdasarkan pengalaman saya dari berada di 
Kota Makassar, Gorontalo Hingga Jakarta. Tanpa perlu saya menyebut siapa orang 
yang di maksud dan tidak ada unsur menyudutkan pihak lain.

Budaya "KOPROL" bagi sebagian masyarakat gorontalo yang hidup di wilayah 
gorontalo tidak begitu dominan karena mayoritas Masyarakat Gorontalo sudah 
melekat akan KOPROL itusendiri sehingga jika ada teman atau rekan melakukan 
Koprol, langsung di katain "Koprol poli nt ini am....." sehingga temannya jadi 
malu utk melanjutkan Koprol.

Umumnya bagi sebagian masyarakat yang melakukan Koprol pada umumnya ada yang 
bersifat Positif dan adapula yang negatif, akan tetapi berdasarkan pengalaman 
Umumnya Dominan yang negatif dengan kata lain untuk mencapai tujuan individu 
utk mencapai sesuatu harapan yang di Impikan tanpa perlu menyampaikan secara 
terbuka.

Umumnya Target yang menjadi Sasaran KOPROL adalah :
1. Politikus yang terkenal
2, Pejabat Publik
3. Pengusaha Besar
4. Pedagang 
5. Dosen/Atasan/Rekan Bisnis
6.Dll (yang ada manfaatnya bagi orang tersebut)

Bahkan dari Budaya Koprol ini telah banyak Masyarakat Gorontalo yang sebelumnya 
dari Ekonomi yang tidak Mampu saat ini telah menjadi Tokoh Politik, Publik 
Fifure, dan Pengusaha Sukses, dll. Percaya apa tidak silahkan anda menilainya 
sendiri kebenarannya. 

Mungkin rekan2 sekalian pernah mendapatkan satu peristiwa pada saat berkumpul 
sesama gorontalo, tengah asyik makan Bakso atau Makan Apa saja di Kaki Lima, 
suatu ketika ada teman berkata kepada Mas Penjual Bakso "Wahhh Mantappp dan 
Enakkkk Baksonya,,, tidak ada Bakso seLezat ini, saya yakin banyak yang beli 
baksonya mas" Tidak lama kemudian si Mas memberikan Tambahan Bakso kepada teman 
saya yang memberikan Pujian/Koprol tersebut. Dalam Hati saya sempat tersenyum 
dan bergumam "Wah... Hebat jg teman saya yang satu ini tukang Bakso pun bisa di 
Koprol, gimana jika sudah masuk dalam Ranah Bisnis atau Politik ?" pasti lebih 
hebat lagi benefit yang di dapatkan dari Hasil Koprolnya.

Tidak Heran jika di tanah Rantau (di Luar Gorontalo) banyak Orang gorontalo 
bisa sukses dan dominan Sukses dengan melakukan Budaya Koprol. Dan biasanya 
Budaya KOPROL ini melekat pada masyarakat Gorontalo yang memiliki Ekonomi 
Menengah ke Bawah dengan harapan mendapatkan Manfaat yang besar dari Budaya 
KOPROL yang pernah di Lakukan.

Bahkan berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami, umumnya masyarakat 
Gorontalo di perantauan tidak mau dan tidak tertarik bekerja dengan sesama 
Gorontalo dalam satu instansi karena Budaya KOPROL tadi tidak akan berkembang, 
dengan arti sudah saling mengetahui Kartu AS.

Mungkin ini perlu di kaji lebih dalam dan bisa di bahas dalam pertemuan secara 
ilmiah. Jika Budaya KOPROL ini bisa bermanfaat bagi SDM masyarakat Gorontalo 
kita harus membahasnya ke arah Positif utk membangun gorontalo ke depan, karena 
Umumnya banyak yang telah menikmati dari Hasil Budaya KOPROL ini tidak 
mempunyai Sumbangsih langsung utk pembangunan Gorontalo akan tetapi hanya untuk 
kepentingan Pribadi.

Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan atas tulisan di atas.


Salam AMAZING You...!!!

TP


      

Kirim email ke