Sejarah Tenaga Dalam 

Tenaga dalam atau Krachtologi (berasal dari perkataan KRACHTOS yang berarti 
tenaga dan LOGOS yang berarti ilmu). Pada 4000 SM, Krachtologi sudah dikenal 
oleh orang-orang Mesir Kuno. Dalam sebuah buku Papyrus "Yedimesish Ontologia" 
yang sudah disalin dalam bahasa Gri Kuno, menceritakan, bila otot bahu 
digerakkan akan mengeluarkan tenaga aneh sehingga dapat merobohkan orang yang 
sedang marah (diktat Ameta, Krachtologi 23).

Dari Mesir, Krachtologi berkembang ke Babylon, Yunani, Romawi dan Persia. Di 
Persia tenaga semacam ini dinamakan Dacht. Dalam Dahtayana disebutkan bahwa 
pada suku Bukht dan Persia, terkenal ilmu perang dinamakan DAHTUZ ialah 
merobohkan musuh dari jarak jauh. Kaum bangsawan Persia dilatih sejenis senam 
waktu dinihari sehingga mereka mempunyai tenaga Daht itu. (Kracht 23). 
Dikatakannya pula bahwa orang-orang Badwi mempunyai Daht pada matanya, bila 
musuh akan menyerangnya, tiba-tiba musuh itu roboh. Mengapa orang-orang Badwi 
banyak mempunyai kekuatan mata seperti itu ? Hal ini disebabkan orang-orang 
Badwi dengan tanpa disadari melatih matanya dengan melihat jauh, memandang 
padang pasir yang luas membentang itu.

Orang-orang Cina, Tartar, Patan, Moghul, mengenal beberapa silat yang dapat 
merobohkan orang dari jauh. Silat Moghul yang terkenal diantaranya SHURULKHAN 
yang artinya tipuan licik untuk raja-raja, berbentuk silat dua belas jurus dari 
Taymour Lateph Baber (1460-1520). Yang boleh belajar silat itu hanya 
kepala-kepala suku dari orang Moghul Islam. Bukbisj Ismeth Bey murid Lateph 
Baber dapat memukul dengan toya sejauh satu mil. Bukbisj belajar Shurulkhan 
dari Baber selama 20 tahun. Dengan pisau jarinya ia dapat mengeluarkan usus 
lawan dari jarak satu tombak. Kawannya melihat ia belajar jurus sejak dini hari 
sampai matahari naik, dengan diselingi shalat shubuh. Taymour dan Bukbisj 
terkenal orang-orang yang fanatik madzhab Hambali dan sangat anti kepada orang 
sufi dan tan (Kracht 24).

Di Cina terkenal beberapa macam silat yang mempergunakan Kracht, diantaranya 
Gin Kang (ilmu meringankan tubuh) yang dapat dipergunakan melompat jauh, loncat 
tinggi dan berjalan diatas air. Kwie Kang dan Wie Kang hampir bersamaan, 
perbedaanya hanya pada jurus pertama. Kwie Kang dengan jurus tinju dan Wie Kang 
dengan jurus terbuka.

Wie Kang yang disebut jurus sepuluh, tersebar sampai Vietnam, Campa, Malaya, 
dan Indonesia. Tumbuhlah menjadi beberapa aliran, diantaranya silat Mandar dari 
Sulawesi, silat Timpung dari Jawa Timur dan silat Nampon dari Jawa Barat, dan 
sebagainya.

Shurulkhan pun masuk ke Indonesia dan pembawanya ialah orang-orang Cina Islam. 
Diantaranya orang Indonesia pertama yang belajar Shurulkhan ialah Tuanku Rao. 
Orang-orang Cina Islam menamakan silat itu Tou Yu Kang.

Penyebaran ilmu tenaga dalam di Indonesia

Pada awalnya tenaga dalam hanya dipelajari secara terbatas di berbagai 
perguruan silat. Para pendekar silat yang tercatat sebagai guru bagi para 
pendiri perguruan silat tenaga dalam generasi berikutnya antara lain:

1. Abah Khoir, yang mendirikan silat Cimande, Cianjur
2. Bang Madi, dari Batavia
3. Bang Kari, dari Batavia
4. Bang Ma'ruf, dari Batavia
5. Haji Qosim, dikenal juga dengan nama Syahbandar atau Subandari, dari 
kerajaan Pagar Ruyung
6. Haji Odo, seorang kiai dari pesantren di Cikampek

Perlu menjadi catatan bahwa pada masa ini belum dikenal teknik pukulan tenaga 
dalam atau pukulan jarak jauh. Silat yang diajarkan oleh Madi, Kari dan 
Syahbandar lebih bersifat fisik.

Baik Madi, Kari dan Syahbandar dikenal sebagai pendekar silat (fisik) pada 
masanya. H. Qosim yang kemudian dikenal sebagai Syahbandar atau Mama' Subadar 
karena tinggal dan disegani masyarakat desa Subadar di wilayah Cianjur. 
Sedangkan Madi dikenal sebagai penjual dan penjinak kuda binal yang diimpor 
asal Eropa.

Dalam dunia persilatan Madi dikenal pakar dalam mematah siku lawan dengan jurus 
gilesnya, sedangkan Kari dikenal sebagai pendekar asli Benteng Tangerang yang 
juga menguasai jurus-jurus kung fu dan ahli dalam teknik jatuhan.

Pada era Syahbandar, Kari dan Madi banyak pendekar dari berbagai aliran 
berkumpul di Batavia. Batavia seakan menjadi pusat barter ilmu bela diri dari 
berbagai aliran, mulai dari silat Padang, silat Betawi kombinasi kung fu ala 
Bang Kari, juga aliran Cimande yang dibawa oleh Khoir.

Perkembangan Selanjutnya
Pada tahun-tahun berikutnya, perkembangan perguruan tenaga dalam layaknya MLM 
(Multi Level Marketing). Seseorang yang belajar pada suatu perguruan memilih 
untuk mendirikan perguruan baru sesuai selera pribadinya. Ini adalah gejala 
alamiah yang tidak perlu dimasalahkan, karena setiap guru atau orang yang 
merasa mampu mengajarkan ilmu pada orang lain itu belum tentu sepaham dengan 
tradisi yang ada pada perguruan yang pernah diikutinya.

Pertimbangan merubah nama perguruan itu dilatarbelakangi oleh hal-hal yang amat 
kompleks, mulai adanya ketidaksepahaman pola pikir antara orang zaman dulu yang 
mistis dan kalangan modernis yang mempertimbangkan sisi kemurnian aqidah dan 
ilmiah, disamping pertimbangan dari sisi komersial. Yang pasti, misi orang 
mempelajari tenaga dalam pada masyarakat sekarang sudah mulai berubah dari yang 
semula berorientasi pada ilmu kesaktian menuju pada gerak fisik (olah raga) 
karena orang sekarang menganggap lawan berat yang sesungguhnya adalah penyakit. 
Karena itu, promosi perguruan lebih mengeksploitasi kemampuan mengobati diri 
sendiri dan orang lain.

Aliran perguruan tenaga dalam yang mengeksploitasi kesaktian kini lebih 
diminati masyarakat tradisional. Dan menurut pengamatan beberapa pihak, 
perguruan ini justru sering "bermasalah" disebabkan pola pembinaan yang 
menggiring penganutnya pada sikap "kejawaraan" melalui doktrin-doktrin yang 
kurang bersahabat pada aliran lain dari sesama perguruan tenaga dalam maupun 
bela diri dari luar (asing).

Sikap ini sebenarnya bertentangan dengan sikap para tokoh seperti Bang Kari 
yang selalu wanti-wanti agar siapapun yang mengamalkan bela diri untuk selalu 
memperhatikan "sikap 5" yaitu :

- Jangan cepat puas.
- Jangan suka pamer.
- Jangan merasa paling jago.
- Jangan suka mencari pujian dan
- Jangan menyakiti orang lain.

Dan perlu diingat, perkembangan pencak silat sebagai dasar dari tenaga dalam 
itu, baik pelaku maupun keilmuannya dapat berkembang karena silaturahmi antar 
tokoh, mulai dari silat Pagar Ruyung Padang yang dibawa H Kosim (Syahbandar), 
Bang Kari dan Bang Madi yang merangkum silat Betawi dengan Kung Fu, juga Abah 
Khoir dengan Cimandenya, RH. Ibrahim dengan Cikalongnya.

Setiap perguruan tenaga dalam memberikan sumbangsih tersendiri bagi masyarakat 
Indonesia. Margaluyu menorehkan tinta emas sebagai perguruan tua yang banyak 
mengilhami hampir sebagian besar perguruan di Indonesia, dan cabang-cabang dari 
perguruan ini banyak berjasa bagi pengembangan tenaga dalam yang ilmiah dan 
universal.

Sin Lam Ba, Al-Hikmah, Silat Tauhid Indonesia berjasa dalam memberikan nafas 
religius bagi pesertanya, dan aliran Nampon berjasa dalam memberikan semangat 
bagi para pejuang di era kemerdekaan.

Terlepas dari sisi positif dari aliran-aliran besar itu, pengembangan aliran 
tenaga dalam yang kini masih memilih corak pengembangan bela diri dan kesaktian 
itu justru mendapat kritik dari para pendahulunya.

Pada tahun 1984 Alm. Sidik murid dari H Abdul Rosyid saat berkunjung ke wilayah 
Pati utara dan menyaksikan cara betarung (peragaan) suatu perguruan "pecahan" 
dari Budi Suci, menyayangkan kenapa sebagian besar dari siswa perguruan tenaga 
dalam itu sudah meninggalkan teknik silat (fisik) sebagai basic tenaga dalam.

Artinya, saat diserang mereka cenderung diam dan hanya mengeraskan bagian 
dada/perut. Kebiasaan ini menurutnya suatu saat akan menjadi bumerang saat 
harus menghadapi perkelahian diluar gelanggang latihan. Karena saat latihan 
hanya dengan "diam" saja sudah mampu mementalkan penyerang hingga memberikan 
kesan bahwa menggunakan tenaga dalam itu mudah sekali.

Mereka tidak sadar bahwa dalam perkelahian di luar gelanggang latihan itu, 
suasananya berbeda. Dalam arena latihan yang dihadapi adalah teman sendiri yang 
sudah terlatih dalam menciptakan emosi (amarah).

Cara bela diri memanfaatkan tenaga dalam yang benar menurut Alm. Sidik sudah 
dicontohkan oleh Nampon saat ditantang jawara dari Banten dan saat akan dicoba 
kesaktiannya oleh KM Tamim. Yaitu, awalnya mengalah dan berupaya menghindar 
namun ketika lawan masih memaksa menyerang, baru dilayani dengan jurus silat 
secara fisik, menghindar, menangkis dan pada saat yang dianggap tepat memancing 
amarah dengan tamparan ringan dan setelah penyerang emosi, baru menggunakan 
tenaga dalam.

Pola pembinaan bela diri yang tidak lengkap yang hanya fokus pada sisi batin 
saja, sering menjadi bumerang bagi mereka yang sudah merasa memiliki tenaga 
dalam sehingga terlalu yakin bahwa bagaimanapun bentuk serangannya, cukup 
dengan diam (saja) penyerang pasti mental. Dan ketika mereka menghadapi bahaya 
yang sesungguhnya, ternyata menggunakan tenaga dalam tidak semudah saat 
berlatih dengan teman seperguruannya.

Fenomena pembinaan yang sepotong-potong ini tidak lepas dari keterbatasan 
sebagian guru yang pada umumnya hanya pernah "mampir" di perguruan tenaga 
dalam. Sidik mengakui banyak orang yang belajar di Budi Suci hanya bermodal 
"jurus dasar" saja sudah banyak yang berani membuka perguruan baru. Padahal 
dalam Budi Suci itu terdapat 3 tahapan jurus. Yaitu, Dasar Jurus - Jodoh Jurus 
dan Kembang Jurus (ibingan).

Karena tergesa-gesa ingin membuka aliran baru itu menyebabkan siswa sering 
tidak siap disaat harus menggunakan tenaga dalamnya. Dan Yosis Siswoyo dari 
Bandar Karima memberikan konsep bahwa keberhasilan memanfaatkan tenaga dalam 
ditentukan dari prinsip "min-plus" yang dapat diartikan : Biarkan orang berniat 
jahat (marah), aku memilih untuk tetap bertahan dan sabar.

Karena itu pembinaan fisik, teknik bela diri fisik, teknik, kelenturan, refleks 
dan mental bertarung perlu ditanamkan terlebih dahulu karena kegagalan 
memanfaatkan tenaga dalam lebih disebabkan mental yang belum siap sehingga 
orang ingat punya jurus tenaga dalam setelah perkelahian itu sudah usai.

Berdasarkan pengamatan, tenaga dalam berfungsi baik justru disaat pemiliknya 
"tidak sengaja" dan terpaksa harus bertahan dari serangan orang yang berniat 
jahat. Dan tenaga dalam itu sering gagal justru disaat tenaga dalam itu 
dipersiapkan sebelumnya untuk "berkelahi" dan akan lebih gagal total jika 
tenaga dalam itu digunakan untuk mencari masalah.

Tenaga dalam harus bersifat defensif atau bertahan. Biarkan orang marah dan 
tetaplah bertahan dengan sabar dan tak perlu mengimbangi amarah. Sebab jika 
pemilik tenaga dalam mengimbangi amarah, maka rumusnya menjadi "plus ketemu 
plus" yang menyebabkan energi itu tidak berfungsi. Dan dalam hal ini Budi Suci 
menjabarkan konsep "min - plus" itu dengan sikap membiarkan lawan "budi" 
(bergerak/amarah) dan tetap mempertahankan "suci" (sabar, tenang).

Memposisikan diri tetap bertahan (sabar) sangat ditentukan tingkat kematangan 
mental. Dan pada masa Nampon dan H Abdul Rosyid, tenaga dalam banyak berhasil 
karena dipegang oleh pendekar yang sudah terlatih bela diri secara fisik 
(sabung) sehingga saat menghadapi penyerang mentalnya tetap terjaga.

Sekarang semua sudah berubah. Orang belajar tenaga dalam sudah telanjur yakin 
bahwa serangan lawan tidak dapat menyentuh sehingga fisik tidak dipersiapkan 
menghindar atau berbenturan. Dan karena tidak terlatih itu disaat melakukan 
kontak fisik, yang muncul justru rasa takut atau bahkan mengimbangi amarah 
hingga keluar dari konsep "min-plus".

Sejarah tentang tenaga dalam perlu diketahui oleh mereka yang mengikuti suatu 
aliran tenaga dalam. Ketidaktahuan tentang sejarah itu dapat menggiring 
seseorang bersikap kacang lupa kulit, bahkan memunculkan "anekdot spiritual" 
sebagaimana dilakukan seorang guru tenaga dalam yang karena ditanya 
murid-muridnya dan ia tidak memiliki jawaban lalu menjelaskan bahwa orang-orang 
yang ditokohkan dalam perguruan itu dengan jawaban yang mengada-ada.
Misalnya, Saman adalah seorang Syekh dari Yaman, Madi disebut sebagai Imam 
Mahdi, Kari adalah Imam Buchori, Subandari adalah Syeh Isbandari. Dan jawaban 
seperti itu tidak memiliki dasar dan konon hanya berdasarkan pada kata orang 
tua semata. 

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Quote: 
** In this age of Aquarius, science will become religious, and religion will 
become scientific. Disagreements between science and religion will come to an 
end, and people will begin to comprehend that both spirit and matter are 
derived from the same source, and are only modifications of the One Universal 
Energy **
****
Mendaftar Inisiasi HU by Pillar: (3 Aug 09)
http://www.flexlists.com/key/hCdOmk1co96klX1PA8fgt7LnP4sbzIbQloEIJFU7

Inisiasi Silver Violet Flame : (20 Juli 09)
http://www.flexlists.com/key/48FOSscdpUw1Of8AhI0lP4uwoPiO4EU9NAYF3bTs

Wings of Light Empowerment : (27 Juli 09)
http://www.flexlists.com/key/EdV3X1Rh3CEuXN94s4pyQAHNiEyS731LhWOfYFw1

Pelangi Tunggal (17 Aug 09)
http://www.flexlists.com/key/PlUaAwv3IkFRVlupVOSLg8nGdLB7rMzh8urI0XLI

Inisiasi Reiki Usui level 1-2 (10 & 31 Aug)
http://www.flexlists.com/key/axm1a3ifYv5aROwrXhLHQZBYUMXdNv3Y2pZdtitr
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke