PERANAN
AKIDAH DALAM MEMBINA MANUSIA 1
PENDAHULUAN

Pertanyaan-pertanyaan yang selalu menghantui manusia dalam hidupnya adalah dari
manakah ia berada (di dunia ini), kemanakah ia akan dikembalikan kelak dan
apakah tujuan dari keberadaannya ini?

Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan manusia kepada dirinya sepanjang masa
ini memerlukan jawaban yang jitu dan memuaskan, supaya ia, berdasarkan jawaban
tersebut, dapat mengambil sikap yang tegas dalam kehidupannya, meluruskan
perilakunya dan menegakkan undang-undang ideal yang diminati oleh
masyarakatnya.

Dengan asumsi-asumsi hampa dan tidak memuaskan rasa haus manusia akan hakekat
dan realitas hidup, akidah-akidah hasil rekayasa manusia (al-’aqa`id
al-wadl’iyah) mengalami kegagalan fatal dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh akidah-akidah tersebut dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu antara lain;‘manusia ditemukan dengan
sendirinya’, ‘manusia ditemukan akibat perkembangan materi’ dan lain
sebagainya.

Dan kegagalan akidah-akidah itu tidak sampai di sini saja. Mereka juga gagal
dalam menciptakan formulasi-formulasi undang-undang kemasyarakatan yang dapat
membina manusia dan merealisasikan kebahagiannya.

Di saat akidah dan kepercayaan-kepercayaan agama yang tidak orisinil itu
menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan jawaban-jawaban yang palsu dan
membingungkan dengan asumsinya bahwa manusia memiliki pencipta, akan tetapi
pencipta yang serupa dengan makhluknya, akidah Islam telah berhasil menjawab 
pertanyaan-pertanyaan
tersebut dengan jitu dan memuaskan. Akidah Islam mengakui bahwa manusia
memiliki Pencipta Yang Maha Bijaksana lagi Kuasa yang tidak dapat dicapai
dengan indra dan tidak bisa disamakan dengan manusia. Akidah Islam menegaskan
bahwa manusia diciptakan untuk sebuah tujuan yang tinggi, yaitu menyembah Allah
yang konsekuensinya, ia akan dapat mencapai tingkat kesempurnaan dan keabadian
yang tertinggi.

Di samping itu, akidah ini juga mewujudkan naluri ideal (dalam diri manusia)
yang Islam menganjurkan agar naluri tersebut selalu dikembangkan demi
terwujudnya manusia sempurna di bidang pemikiran, sosial dan perilaku. Begitu
juga demi terwujudnya kepribadian berakidah yang berjalan sesuai dengan akal
yang terarah, perilaku yang lurus dan siap mengemban missi, tidak seperti
kepribadian yang mengalami kevakuman akidah, yang seluruh perhatiannya
tercurahkan kepada egoisme dan kemaslahatan dirinya. Kepribadian semacam ini
akan mengalami kevakuman akal, kemelut jiwa dan kehilangan tujuan dalam hidup.

Patut untuk diingat di sini bahwa akidah Islam bukan seperti akidah (yang
didefinisikan oleh) para filsuf yang tidak lebih dari sekedar teori pemikiran
yang tersembunyi di sudut-sudut otak manusia. Akan tetapi akidah Islam adalah
sebuah power yang (bersemayam dan) bergerak di dalam hati dan berpengaruh
secara positif pada jiwa dan anggota badan. Dengan ini, orang yang memiliki
akidah akan terdorong untuk berkiprah di medan jihad dan amal. Atas dasar ini,
akidah Islam (pada masa kejayaan Islam) telah menjadi sebuah kekuatan yang
aktif dan motor penggerak (bagi muslimin) yang telah mampu mengubah perjalanan
sejarah, merombak kebudayaan-kebudayaan (yang berlaku kala itu), meletuskan
revolusi-revolusi agung dalam kehidupan manusia, baik di bidang tatanan hidup 
sosial
maupun pemikiran dan menciptakan kemenangan militer. Telah kita ketahui bersama
bahwa kelompok minoritas (muslim) Makkah yang tertindas telah mampu bertahan
selama tiga belas tahun menghadapi kelaliman yang melanda mereka bagai topan
dengan akidah tersebut.

Akidah inilah yang telah berhasil mengumpulkan tentara sebanyak sepuluh ribu
orang untuk berkhidmat kepada Rasulullah saww yang sebelumnya beliau tidak
memiliki kekuatan militer dan lari dari Makkah secara sembunyi-sembunyi karena
diusir oleh orang-orang kafir Makkah -. Dan orang-orang yang memerangi beliau
sepanjang masa itu tidak mampu bertahan menghadapi kekuatan iman yang kokoh
ini. Oleh karena itu, mereka menyerah dan menyatakan keislaman mereka di
hadapan beliau atau membayar jizyah.

Muslimin kala itu memiliki sarana kemenangan yang paling kuat, yaitu akidah
Islam yang telah mampu menciptakan hal-hal yang tidak dipercayai oleh manusia
biasa. Akidah ini telah memberanikan Hamzah untuk memimpin Sariyah pertama
Islam yang hanya berkekuatan tiga puluh pasukan berkuda ketika menghadapi tiga
ratus pasukan berkuda Quraisy di pinggiran Laut Merah. Sariyah Islam ini tidak
keluar ke medan laga hanya demi memamerkan kekekaran tubuh. Sariyah ini
memiliki semangat juang tinggi yang hanya ingin bertujuan menumpas musuh yang
kekuatannya lebih besar sepuluh kali lipat dari kekuatan dirinya.

Dan belum pernah terjadi dalam sejarah pertempuran-pertempuran Islam yang
selalu menghasilkan kemenangan-kemenangan gemilang itu, kekuatan muslimin
secara materi setara dengan kekuatan musuh. Akan tetapi, dari sisi jumlah dan
prasarana, kekuatan mereka terkadang hanya seperlima lebih kecil dari kekuatan
musuh. Kemenangan yang mereka peroleh itu bersumber dari kekuatan spiritual
yang terpancar dari akidah dan kekuatan-kekuatan ghaib yang turun kepada mereka
secara kontinyu. Sarana dan prasarana materi hanyalah pelengkap kemenangan
tersebut.

Dengan ini, akidah adalah kekuatan yang fundamental dalam setiap pertempuran
(yang pernah terjadi pada masa kejayaan) Islam dan faktor utama terwujudnya
kemenangan di segala bidang.

Dan supaya kita mampu mewujudkan sebuah kebangkitan peradaban di dalam diri
setiap individu muslim, (salah satu cara yang efektif adalah) kita
mengingatkannya akan persembahan-persembahan yang telah dianugerahkan oleh
akidah Islam ini kepada masyarakat muslim masa lampau.

Betul, bahwa seorang muslim tidak akan melucuti akidahnya dari sanubarinya.
Akan tetapi, dikarenakan adanya perang pemikiran yang menyerang akidah tersebut
dan faktor-faktor dekadensi moral yang menyerang masyarakatnya sebagai akibat
dari jauhnya mereka dari kultur dan ajaran-ajaran langit, akidah tersebut akan
kehilangan fungsi, dan ia akan kehilangan rasa solidaritas sosial dalam praktek
kehidupan sehari-hari.

Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah :

Pertama, mengenalkan setiap individu muslim dengan akidah yang benar lewat
sumber-sumbernya yang bersih dan suci.

Kedua, meyakinkannya akan kebenaran akidah yang dimiliki, validitas akidah
tersebut untuk dipromosikan di zaman modern ini dan keunggulannya secara mutlak
atas akidah-akidah yang lain.

Ketiga, berusaha untuk memulihkan kembali peran akidah dalam membina manusia
muslim supaya akidah tersebut merasuk ke dalam sanubarinya berbentuk sebuah
iman yang kokoh, perilaku yang baik dan akhlak yang terpuji dalam perangainya
sehari-hari, sebagaimana akidah tersebut telah mempengaruhi cara hidup muslimin
terdahulu dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka.

Untuk merealisasikan tujuan ini, kami angkat pembahasan yang meliputi peranan
akidah dalam membina manusia, baik secara pemikiran, tata cara kehidupan sosial
dan kejiwaan, dan refleksi-refleksinya terhadap etika dan perilaku seorang
muslim ini ke permukaan. Dan di dalam buku ini kami juga memaparkan peran Ahlul
Bayt a.s. yang besar dalam memelihara akidah dan memerangi usaha-usaha
(sebagian orang) yang ingin melupakan muslimin (terhadap arti hidup) yang
sedang menimpa masyarakat muslim dalam dunia politik di masa kini.

Patut disinggung di sini, dalam pembahasan ini kami mengikuti metode naqli dan
bersandarkan kepada referensi-referensi Islam.

Dari Allahlah kami memohon bantuan dan taufik.

__________________________________________________
Anda Ber-Yahoo!?
Bosan dengan spam?  Mel Yahoo! mempunyai perlindungan spam yang paling baik
http://my.mail.yahoo.com 

Kirim email ke