PERANAN
AKIDAH DALAM MEMBINA MANUSIA 3
Kesalahan
bukan Karakter Inheren Manusia

Dari sisi lain, akidah Islam memandang kesalahan bukan karakter inheren
manusia. Kesalahan adalah sebuah realita yang berada di luar diri manusia. Oleh
karena itu, ketika manusia jatuh ke dalam jurang kesalahan, ia tidak akan
berubah menjadi syetan yang tidak mungkin menjadi manusia kembali. Akan tetapi,
ia tetap menyandang gelar manusia, manusia yang bersalah, dan pintu taubat
masih terbuka lebar baginya guna memperbaiki kesalahannya itu.

Ini adalah rahasia pandangan Islam yang agung terhadap manusia. Islam tidak
menakut-takutinya dengan teori keinherenan kesalahan, sebagaimana yang diyakini
oleh para pemeluk agama Kristen. Islam selalu berusaha untuk mengeluarkan
manusia dari lembah kesalahan, mendorongnnya untuk selalu mengangkat nilai
dirinya dan mengingatkannya akan luasnya ampunan dan rahmat Allah sehingga ia
tidak putus asa darinya.

Di dalam Islam tidak terdapat “kursi pengakuan dosa”, sebagaimana yang terdapat
dalam ajaran umat Kristen. Sebaliknya, ulama Islam selalu menganjurkan kepada
kita untuk menutupi aib dan dosa-dosa orang lain sebisa mungkin, karena Allah
SWT menyukai hal itu.

Al-Ashbagh bin Nabatah berkata: “Seseorang datang kepada Amirul Mukminin a.s.
seraya berkata: `Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya aku telah berzina, maka
sucikanlah diriku ini`. Amirul Mukminin a.s. berpaling darinya, kemudian
berkata kepadanya: `Duduklah!` Setelah itu beliau menghadap kepada hadirin
seraya berkata : `Ketika salah seorang dari kalian mengerjakan kejelekan ini
(zina), apakah ia tidak mampu untuk merahasiakan perbuatan tersebut sebagaimana
Allah telah merahasiakannya?`”[9]
Manusia
adalah Makhluk Mulia

Akidah Islam memandang manusia sebagai makhluk mulia yang memiliki kedudukan
penting di jagad raya ini. Hal ini dapat diketahui dari kepercayaan Allah
kepadanya untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini. Oleh karena itu,
selayaknya ia melaksanakan tugas tersebut sebaik-baiknya dan bersyukur
kepada-Nya atas anugerah agung dan hidayah memeluk agama yang benar ini.

Seseorang bertanya kepada Amirul Mukminin a.s.: “Mengapa anda cinta untuk
bertemu Allah?” Beliau menjawab: “Tatkala aku melihat bahwa Ia telah
menganugerahkan kepadaku agama para malaikat, rasul, dan nabi-Nya, aku tahu
bahwa Dzat yang telah memuliakanku dengan agama ini, tidak akan melupakanku.
Oleh karena itu, aku rindu untuk menjumpai-Nya”.[10]
[9] Man La
Yahduruhul Faqih 4 : 21/31, bab ma yajibu fihit ta’zir wal had, Dar Sha’b, 1401
H.

[10] Al-Khisal : 33, bab al-itsnain, Jama’ah Al-Mudarrisin, Qom.

__________________________________________________
Anda Ber-Yahoo!?
Bosan dengan spam?  Mel Yahoo! mempunyai perlindungan spam yang paling baik
http://my.mail.yahoo.com 

Kirim email ke