dan... tidak hanya yang nebang lalu pedagang
seperti pembajak cd, yang beli untuk dikonsumsi jadi rumah
juga harus sadar bahwa dengan membeli barang illegal (mungkin cari
murah)
tapi mendukung penebangan liar ? 

kok makin ruwet neh ?

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 28 Agustus 2003 10:47
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Pertambangan di hutan lindung harus
diminimalisir

Saya setuju dengan Mas Bondan Brillianto.

Jangan "gebyah uyah" bahwa kerusakan hutan semata-mata disebabkan hanya
oleh
perusahaan Tambang.
Mari kita buka mata dan telinga, berapa hutan yang rusak (area) dan
apakah
ada kontribusi perusahaan tambang disana (jangan-jangan di daerah rusak
hutan tersebut tidak ada perusahaan tambangnya).

Sebab pencurian kayu liar dan penebangan liar oleh penduduk tidak bisa
dilihat sebelah mata.
Disekitar konsesi INCO, ada wilayah yang namanya Danau Towuti... Di desa
pinggir danau tersebut ada beberapa orang yang bisa dikategorikan
"sangat
kaya" dengan jenis usaha membeli kayu dari para penebang liar (dari dulu
dan
berlanjut hingga sekarang ..). Hasilnya mereka jual ke Jawa dan
disepanjang
jalan dari daerah itu ke Makassar ada "retribusi khusus" yang sudah
rutin
mereka lakukan.

Selain itu, sejauh yang saya tahu hampir semua perusahaan tambang punya
seksi revegetasi / reklamasi lahan dan ada hukum yang bisa dikenakan
jika
melanggar peraturan pemerintah tersebut ...
So saya setuju jika peninjauan kembali izin tambang dengan melakukan
pengecekan seberapa jauh si perusahaan mengikuti hukum sudah dilakukan.
Jika
memang melanggar, musti dikenakan sanksi, namun jika bersih.. perusahaan
tetap bisa dijalankan ...

Masalahnya, pernah penebang liar di daerah towuti tersebut ditertibkan
..
ujungnya ratusan orang demo minta PEMDA menyediakan lapangan kerja ..
pemda
tidak sanggup .. yaaa tebang lagi lah hutannya ..

Salam,
didik 

-----Original Message-----
From: argo [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, August 27, 2003 6:18 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Pertambangan di hutan lindung harus diminimalisir



Pertambangan di hutan lindung harus diminimalisir

Pemerintah dan DPR diminta tidak meloloskan lagi pertambangan terbuka di

hutan lindung. Perusakan hutan lindung secara terus-menerus akan
berdampak 
pada kekeringan yang semakin parah di masa-masa mendatang. Demikian 
dikatakan Ketua Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral 
Universitas Trisakti Agus Guntoro menyatakan hal tersebut di suatu acara
di 
Bogor 25 Agustus lalu. 

''Pertambangan di hutan lindung sebaiknya dibatalkan saja karena 
kerugiannya jauh lebih besar daripada keuntungannya. Musim kering tahun
ini 
yang begitu parah bisa menjadi pelajaran sangat berharga bahwa 
menyelamatkan hutan jauh lebih menguntungkan,'' tegasnya seperti dikutip

dari harian Media Indonesia. 

Agus menyatakan keprihatinannya terhadap langkah-langkah pemerintah yang

hanya berpikir secara sektoral dari sisi pertambangan sehingga terus 
mendesak DPR untuk meloloskan pertambangan secara terbuka di hutan
lindung. 

''Melihat dampaknya yang sangat serius, seperti banjir dan kekeringan, 
harusnya pemerintah mengkaji secara mendalam.'' 

Namun, kajian mendalam terhadap rencana pertambangan terbuka di hutan 
lindung tidak dilakukan. Buktinya, lanjut Agus, pemerintah hanya mengaji

keuntungan dari sektor pertambangan, sedangkan kerugian akibat kerusakan

hutan lindung tidak pernah dikaji secara mendalam. 

Menurutnya, banyaknya kebijakan eksploitasi sumber daya alam yang 
berlebihan telah mengakibatkan bencana lingkungan sangat parah.
Indonesia, 
tuturnya lagi, harus belajar dari China yang maju pesat belakangan ini 
karena memanfaatkan sumber daya alam secara lebih bijaksana dan 
berkelanjutan. 

Dia mencontohkan rencana pertambangan di hutan di China juga banyak 
diajukan swasta. Namun, setelah dikaji untung ruginya, China memilih
tidak 
meloloskan pertambangan di hutan. 

Negara lain, terutama negara-negara maju, seperti Amerika Serikat,
Kanada, 
dan Australia, tutur Agus, juga lebih hati-hati dalam memanfaatkan
sumber 
daya alam. Pengambilan kayu di hutan, misalnya banyak dilakukan dengan 
menggunakan helikopter supaya keragaman hayati di sekitar pohon yang 
ditebang tidak ikut rusak. 

Kehati-hatian dalam mengeksploitasi sumber daya alam harus dilakukan. 
Pasalnya, pembentukan bahan tambang memerlukan waktu jutaan tahun. 
Pembentukan batu gamping di Jonggol, Bogor, yang tebalnya 100 meter 
memerlukan waktu 100 juta tahun. Tetapi batu gamping di Jonggol tersebut

habis dieksploitasi hanya dalam waktu 30 tahun.*

Sumber : Media Indonesia

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]),
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke