Kalau soal belajar-mengajar .. tentunya kita mengikuti kaidah keilmuan saja ...
kalau emang teori non-evolusi ini juga dibangun berdasarkan kaidah-kaidah science ya musti diberikan juga disekolah umum ...
Nah kalau teori Creation dan HY (harun yahya) dibangun dari teori-teori agama ya boleh saja diajarkan di sekolah2 agama ...


Enaknya science buatku adalah --> Dapat atau sangat mudah utk dibuktikan salah !! :)

Nah yang saya ragukan dari HY dan Creationist adalah scientific methodnya ... yg kutahu didalam HY lebih banyak berbicara kelemahan2 teori ini karena alasan 'kurangnya' "bukti" .... (missing link)
Jadi kalo bisa dibuktikan bahwa HY juga mengikuti kaidah scientific method ya mustinya fair dalam menananginya. Karena science ini sifatnya terbuka, jujur dan terbuka ....


"Missing link" sendiri selalu saja ada didalam rekaman geologi, mana ada rekaman geologi yg lurus kontinyu tak terputus, walopun dibilang "conformity" sekalipun !!
Nah awalnya .... evolusi muncul dari rekaman-rekaman yg terputus-putus ini dan menimbulkan illusi historis soal evolusi ... :) Namun perkembangan teori evolusi selanjutnya menjadi bukan sekedar perubahan geometri saja, karena ilmu biologi sudah melihat "kecepatan evolusi" dalam jasad renik ...


rdp

Pak Budi,

Wah ternyata sudah terjadi ya di Indonesia juga... Terima kasih beritanya. Memang begitu susahnya, tidak bisa melepaskan diri, sains dan iman, mungkin jadi kurang objektif melihatnya. Harusnya ada batas tegas, tetapi tidak bisa juga. Di sebagian besar dunia juga begitu, jadi tak heran kalau evolusi jadi "debate of centuries". Kalau kita cermati, bukan di teorinya, tetapi hubungannya ke keimanan.

Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas

Budi Brahmantyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Awang H. Satyana wrote:

> Di Indonesia, seperti kata Pak Zaim "EGP"
evolusi itu, memikirkan kekeringan saja dulu...

Nanti dulu soal EGP ini....beberapa bulan yang lalu di milis dosen ITB
rame sekali mengenai topik ini. Hal tersebut dipicu oleh berita di Kompas
ttg pendapat Dosen Biologi ITB yang bertekad mengubah kurikulum biologi
dengan tidak menganut teori evolusi. Pendapat tersebut ditentang oleh
dosen Biologi senior UNPAD yang rupanya penganut teori evolusi. Akhirnya
milis rame hingga berbulan-bulan melibatkan banyak ahli dan profesor di
bidang fisika, kimia, elektro dll yang melihat evolusi dari sudut bidang
ilmu masing-masing.

Kelihatannya, dosen biologi ITB itu tidak pantang menyerah untuk
menggolkan teori non-evolusi-nya. Beliau adalah penulis pengantar
terjemahan buku Harun Yahya: Keruntuhan Teori Evolusi.

Kesimpulannya: the conflict goes on.....never ending.
Sayangnya ketika berdebat tentang teori evolusi ini, para pediskusi tidak
bisa melepaskan diri dari keyakinan keimanan agamanya, sehingga munculah
hal-hal yang lucu: percaya teori evolusi = atheis, dsb.

Salam,
BB

_________________________________________________________________
MSN 8 with e-mail virus protection service: 2 months FREE* http://join.msn.com/?page=features/virus



--------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------



Kirim email ke