Sedikit nimbrung Apa bedanya seorang geologist yang melakukan penelitian Kemudian dia menghasilkan suatu adikarya yang dapat dikembangkan Kemudian karyanya tersebut diolah menjadikannya suatu nilai yang tinggi Hingga ditambang disana-sini ?
Daerah Papua di daerah puncak Soekarno (konon katanya) dulu hutan alam nan rimbun, sekarang tampak gundul dipangkas, pada dasarnya ulah siapa yang menemukan tembaga dan emas ? Mau ditambang merusak lingkungan, tidak ditambang kok ya bisa mendatangkan pendapatan, bingung euy ? Batu bara, minyak dan sebagainya mengalami hal yang sama juga Cuma bedanya di Karangsambung tempat penelitian, yang relative dekat dan sangat komplek bebatuannya. Namun masyarakat perlu pendapatan ? Ada sumber penghasilan di lingkungan mereka, Tapi mereka hanya bengong melihat "uang" diam terus di sungai Yang jelas mereka tidak mengerti sumber "uang" tersebut kenapa didiamkan saja ? Apa untungnya juga bagi mereka dengan adanya Pusat Penelitian disekitar mereka Tetapi tidak memberi kontribusi ke mereka ? Prihatin sih prihatin.... Regard's Bondan - alumni karangsambung juga -----Original Message----- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 22 Juni 2004 19:33 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan SUARA PEMBARUAN DAILY Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan Wahyu Mandoko TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air. NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak. "Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah karena ditambang secara liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang berada di sepanjang Sungai Luk Ulo," kata Kepala UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri. Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari dalam dan luar negeri. Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah. Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta kota-kota besar lainnya. Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa saja. Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk penelitian dan pengetahuan alam. "Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam semesta ini, sampai bencana alam dan gempa bumi" kata Munasri pula. 300 Km Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan bumi. "Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung," kata doktor geologi lulusan universitas di Tokyo Jepang itu. Bebatuan itu sangat langka, tapi penambangan liar terus berjalan setiap hari. Bila dibiarkan terus, laboratorium alam kebumian satu-satunya di dunia itu akan musnah. Selain itu, dengan penambangan bebatuan di dasar Sungai Luk Ulo tadi, akan mempercepat sedimentasi sehingga pada saat musim hujan, selalu terjadi banjir yang cukup besar. Menurut Munasri, ketidaksadaran masyarakat akan arti pentingnya bebatuan tersebut harus segera diatasi melalui pendekatan sosial dan penjelasan yang semua dengan daya pikir mereka. Hal ini penting, agar masyarakat yang secara tidak sadar mau menghentikan penambangan liar tadi. Dalam kesempatan terpisah, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Dr Ir Jan Sophaheluwakan MSc mengingatkan, dampak kerusakan ekosistem bumi di berbagai daerah sangat terkait dengan aktivitas manusia. Jan mengatakan, faktor utama yang mengakibatkan kerusakan bumi dan degradasi ekologi itu antara lain akibat kemiskinan, ketidaktahuan, dan keserakahan manusia. "Yang paling sulit adalah mengatasi keserakahan manusia," kata Jan saat membuka acara Diklat Pembentukan Basis Data Spasial Kebumian (BDSK) di Karangsambung belum lama ini. WAHYU MANDOKO Last modified: 4/6/04 ___________________________________________________________ Sent by ePrompter, the premier email notification software. Free download at http://www.ePrompter.com. _________________________________________________________________ MSN 8 with e-mail virus protection service: 2 months FREE* http://join.msn.com/?page=features/virus --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) --------------------------------------------------------------------- --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------