Pak Sugeng, Saya lupa, RF 30 % itu sudah dengan waterflood di Kompleks Walio-Kasim atau gaslift di Matoa-SWO ? Sebab minyak di Walio-Kasim dan Matoa-SWO berbeda. Yang di Walio-Kasim punya API medium sekitar 35an sedangkan di Matoa-SWO 40-50 dan banyak solution gasnya dengan GOR yang tinggi, tentu ini akan menghasilkan RF yang lebih tinggi. Jadi saya pikir, penerapan RF harus kasus per kasus. Kemudian, dari segi fasies karbonat pun antara yang di Walio-Kasim dan Matoa-SWO berbeda sehingga harusnya dalam simulasi reservoir lapangan2 baru nanti diberikan model geologi yang berbeda. Kalau di East Cepu High, tempat reef2 pinnacle besar dan bagus "bersinggasana" seperti Banyu Urip, Sukowati, Mudi, juga Kedung Tuban dan Randublatung, proses pertumbuhan karbonat dan penyebaran klastik di atasnya bisa diprediksi dengan cukup baik. High ini tenggelam ke SW dan Mudi menempati posisi yang sangat strategis untuk reef tumbuh terus, sehingga saat di Banyu Urip klastik yang berkembang maka di Mudi masih tumbuh reef. Lower clastic produktif di Banyu Urip secara umur ekivalen dengan bagian atas reef Mudi. Setelah itu, High ini sama-sama tenggelam dan diendapkan shale Tuban di mana-mana (eq Wonocolo shales) yang menjadi regional resilient sealing untuk hidrokarbon di sistem Kujung/Prupuh/Mudi di East Cepu High. Salam, awang
"sugeng.hartono" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang, Perhitungan cadangan karbonat ada tahapannya dan sudah lama diakui secara umum. Hanya saja, untuk di Salawati kita gunakan recovery factor 30%. Apakah ini bisa diperbesar ya? Untuk Ngrayong clastic tentunya berpotensi; salah satu sumur di lapangan Mudi sempat ada 'kick' dari lapisan ini. Salam, sugeng ----- Original Message ----- From: "Awang Satyana" To: Sent: Monday, August 30, 2004 8:51 AM Subject: Re: [iagi-net-l] reservoir cepu was Putusnya Kontrak dengan Exxon MurniBisnis > Tentu saja di Indonesia reservoir karbonat sudah lama berproduksi. > Karbonat Kais di Salawati ditemukan pertama tahun 1936 di Klamono Field > dan diproduksikan tahun 1950an. Karbonat Kujung di Jawa Timur sudah lama > diketahui menjadi reservoir yang baik sejak tahun 1970an saat Cities > Service mengeksplorasi East Java Sea dan karbonatnya sudah lama > berproduksi sejak akhir tahun 1970-an atau awal 1980an melalui lapangan > Camar dan Poleng. Karbonat Arun di Sumatra Utara juga sudah berproduksi > dari tahun 1970an, juga karbonat Baturaja di Sum Sel dan Ja Bar dan > masih banyak lagi karbonat di Indonesia (Berai di Barito, Tacipi di Sul > Sel, Cibulakan di Ja Bar,dll.). Dan ada juga reservoir karbonat > fractured berproduksi seperti Jurassic Manusela carbonates di Pulau > Seram tempat Kufpec Non Bula Block beroperasi. > > Dengan kata lain, penghitungan cadangan di karbonat pun sudah biasa > dilakukan, juga mengikuti prosedur resmi seperti tahap-tahap kalau kita > menghitung cadangan di reservoir siliciclastics; dan tentu sudah > disesuaikan dengan perhitungan petrofisika dan reservoir engineering > untuk karbonat. Tentang bagaimana detailnya, silakan rekan-rekan yang > tahu banyak petrofisika dan simulasi reservoir berkontribusi. > > Salam, > awang > --------------------------------- Do you Yahoo!? New and Improved Yahoo! Mail - Send 10MB messages!