Untuk rekan2 netters yang biasa bekerja dengan geologi Jawa, terutama bagian 
tengah-timurnya, atau rekan2 yang masih ingat dengan zone fisiografi Jawa dari van 
Bemmelen (1949), tentu tak aneh lagi dengan sebuah zone sempit memanjang sekitar 250 
km lebar 10 km dari Semarang sampai Surabaya. Van Bemmelen (1949) menyebutnya Zone 
Randublatung (belakangan nama ini populer karena sukses Pertamina menemukan gas dalam 
jumlah besar di dua sumur Randublatung-1 & 2).
 
Secara struktur, ternyata Zone Randublatung adalah sebuah "triangle zone", sebuah zone 
berbentuk segitiga dengan kedua kakinya merupakan zone2 sesar yang saling berlawanan 
kemiringan dan arahnya dan bertemu di puncak segitiga (tetapi kemudian tentu tererosi 
karena akan sangat terangkat). Dan, di Jawa Tengah-Timur ini, Zone Randublatung 
merupakan wilayah pertemuan dua buah zone besar : Zone Rembang vs. Zone Kendeng. Zone 
Rembang merupakan daerah paparan dan slope yang dicirikan dengan dominasi sesar naik 
mengarah (vergency) ke selatan. Zone Kendeng merupakan daerah slope dan bathyal dengan 
dominasi sesar naik mengarah ke utara. Akibatnya, di daerah pertemuan ini, terbentuk 
sebuah zone sangat sempit, memanjang, dan sangat dalam, inilah Zone Randublatung - 
sebuah triangle zone yang ideal.
 
Apa implikasi hidrokarbon sebuah triangle zone ? Secara konseptual, zone yang secara 
isostatik tenggelam untuk mengkompensasi pengangkatan di kedua kakinya ini akan 
menjadi kitchen yang baik, selama ada suplai sedimen kaya organik yang diendapkan di 
dalamnya. Pematangan batuan induk adalah implikasi utama sebuah subsided triangle 
zone. Perangkap ? Semua sub-thrust structures di bawah zone sesar naik di kedua kaki 
segitiga. Reservoirnya tentu akan bergantung kepada suplai sedimen berkualitas 
reservoir dari tempat yang lebih dangkal.
 
Apakah ada proven oil fields dari suatu triangle zone ? Yang paling dekat, ada di 
thrust and foldbelt belt Papua Nugini. Tetapi banyak terjadi di seluruh thrust & 
foldbelt lain di tepi2 lempeng aktif (Appalachia, Zagros, dsb.). Tetapi, kendalanya 
juga banyak. Kedalamannya lumayan, dan deformasi di permukaan kompleks yang bisa 
mengurangi resolusi data seismik, belum lagi ancaman dari overpressured zones. Tetapi 
kalau teridentifikasi trap yang besar, follow up patut dipertimbangkan. Dan, tak mudah 
mengebor sebuah sub-thrust play. Pengalaman menunjukkan bahwa kita sering salah 
terlalu menganggap simpel zone sesar di atasnya, akibatnya, obkjektif di subthrust tak 
pernah tercapai akibat repetitive beds oleh sesar naik yang bisa ribuan kaki...
 
Tetapi, di Randublatung Zone ini, tak jauh dari sekitar Gunung Ungaran ada pasir 
kuarsa Formasi Kerek/Merawu (mid-Miocene) dan ke timur ada debris sedimen kuarsaan 
asal Ngrayong (mid-Miocene juga) yang diendapkan ke Zone Randublatung dan Kendeng yang 
tenggelam. Source-nya, banyak serpih napalan dan sedimen calcareous lainnya. Sealing 
rock berlimpah. Maturation pasti terjadi dari oil window sampai overmature pun ada. 
Tinggal mencari subthrust play. Ini yang tidak mudah, sebab tak ada data seismik 
dengan resolusi cukup baik untuk melihat sampai ke subthrust structure di bawah 
Kendeng dan Rembang fault zone. 
 
Randublatung discoveries dan temuan Pertamina lainnya di karbonat Kujung di wilayah 
ini menunjukkan bagaimana prospeknya Zone Randublatung. Tetapi, triangle 
zone-associated traps-nya sama sekali belum tersentuh...
 
Salam,
awang


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke