Mungkin kuncinya ada pada "keseimbangan alam".
Entah siapapun yg besar ataupun kuat, namun kalau sudah 'terlalu' kuat
atau terlalu besar maka akan berkembang jumlahnya juga terlalu pesat
yg justru dapat mengakibatkan kelangkaan 'makanan'.
Diawali dengan kelangkaan makanan ini tetunya terjadi "threat" atau
ancaman kepunahan. Belum lagi kalau ditambah dengan "penyakit".

Kepunahan sebuah species akibat wabah atau penyakit khusus ini yg
jarang atau aku belum pernah baca dalam artikel teori evolusi (cmiiw).
Walaupun kita tahu adanya flu burung ... penyakit yg menyerang hanya
species yg termasuk "burung-burungan", tapi penyakit ini tidak
membunuh "kucing-kucingan".

Kita selalu saja terjebak dalam fenomena besar diakibatkan oleh hal yg
besar, padahal "hewan" yg paling ampuh membunuh dan ngga bisa dilawan
itu hanyalah binatang terkecil --> "virus".

RDP
On Tue, 12 Oct 2004 07:57:32 +0800,
[EMAIL PROTECTED]
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> ada satu hal yang saya agak sulit membayangkan.....
> 
> pada saat terjadi tumbukan meteor maka terjadi debu - debu yang kemudian
> menutupi sinar matahari sehingga air membeku....tapi di antipodalnya
> terjadi intrusi basalt (yang saya kira pasti panas..) yang menyebabkan air
> mencair .....
> jadi kalau ada mahkluk hidup dan makanan malah kecenderungannya ada di
> dekat / sekitar basalt tersebut karena daerah tersebut paling hangat
> dibandingkan yang lain....atau setelah terjadi tumbukan dan intrusi basalt
> tersebut maka mahkluk hidup yang ada akan menuju ke sekitar basalt
> tersebut.....nah kalau dari fosil yang ada lebih banyak ditemukan di mana
> apakah di tegak lurus dari tumbukan atau malah di sekitar basalt...?
> 
> 
> 
> Regards
> 
> Ferdinandus Kartiko Samodro
> TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
> DKS/TUN/G&G
> 0542- 533852
> 
> Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
> 11/10/2004 09:45 AM
> Please respond to iagi-net
> 
>        To:     [EMAIL PROTECTED]
>        cc:
>        Subject:        [iagi-net-l] Kepunahan Massa oleh Antipodal Deccan-Chicxulub
> 
> Bukan hal baru yang saya tulis ini, tetapi mencoba memahaminya dengan
> memasukkan plume tectonics dan melakukan alternatif rekonstruksi
> paleo-tektonik, rasanya memberi nafas baru bagi sebuah problema lama.
> Maaf, agak panjang tulisannya, tetapi semoga ada gunanya.
> 
> Menarik mengkaji ulang peristiwa katastrofik di ujung Kapur dan awal
> Tersier (65 Ma) atau K-T (K=Kreide/Cretaceous & T=Tersier) Boundary. Fakta
> paleontologi menunjukkan 75 % spesies fauna'"tiba-tiba" punah. Teori-teori
> dikemukakan. Perdebatan pasti terjadi. Tulisan ini menghimpun semua
> perdebatan yang ada, memberi interpretasi baru-mencoba mengulas kaitan
> keberadaan antipode, plume tectonics, dan kepunahan massa. Plume tectonics
> mungkin tidak main-main. Kait-mengkaitnya unik dengan awal dan akhir
> kehidupan.
> 
> Tidak banyak buku geologi, astronomi, natural history membahas masalah
> antipode secara detail. Padahal, di solar system  antipode, yang memenuhi
> hukum aksi-reaksi Newton, benar2  terjadi di beberapa planet dan satelit.
> Misalnya, largest impact basin planet Mars Hellas Plenitia menyebabkan
> antipode Alba Patera-gunungapi Mars yang sekaligus merupakan gunungapi
> terbesar di Tata Surya. Atau, Caloris Basin, impact crater terbesar di
> sebuah sisi planet Merkurius menyebabkan antipode crater di sisi planet
> yang lain. Keberadaan antipode memang masih pro dan kontra.
> 
> Antipode adalah sebuah istilah umum/geografi/astronomi dari bahasa Latin
> dan Yunani untuk menunjukkan posisi sebuah tempat di sisi sebaliknya (180
> deg.) dari sebuah bola planet relatif terhadap posisi acuan. Misalnya,
> sisi antipodal dari wilayah Indonesia adalah Columbia. Artinya, Columbia
> tepat di bawah Indonesia di sisi planet yang lain dan sebaliknya. Untuk
> mencari antipode di sebuah globe, tariklah garis bujur dari tempat itu ke
> arah kutub, melaluinya dan teruskan sampai sejauh 180 deg, itulah
> antipodenya.
> 
> Kepunahan fauna secara masal (75 %) di Bumi di perbatasan Kapur-Tersier
> telah menjadi topik menarik sejak puluhan tahun. Banyak teori dikemukakan.
> Kalau dikumpul2kan, bisa digolongkan jadi tiga : (1) katastrofik karena
> benturan komet/meteor, (2) katastrofik karena volkanisme, dan (3)
> gradualis karena perubahan iklim akibat massa lautan yang menyurut. Mana
> yang benar ? Saya pikir, semuanya benar, tetapi ada yang paling dominan
> dan bisa jadi semuanya berkaitan.
> 
> Berkat penelitian oil companies di sekitar GOM (Gulf of Mexico) tahun
> 1980an, maka ditemukanlah sebuah kawah sangat besar dengan diameter 180 km
> di utara Tanjung Yucatan Mexico terkubur dalam sedimen setebal 2000 meter.
> Disebutlah kawah itu Chicxulub. Data image gravity dan magnetik dari Luhr
> et al. (2003) - The Earth  sangat spektakular menunjukkan keberadaan kawah
> itu. Di sekelilingnya sampai ke Kuba, Haiti, San Luis, dan Dallas sekarang
> ditemukan impact wave deposits berupa boulder2 dan data petrografik
> menunjukkan ciri khas shocked quartz (coesite Shoemaker) pada deposit itu,
> suatu indikasi meteorite impact. Bahkan di Haiti ditemukan lapisan tektit
> ? deposit hasil meteorite impact setebal ½ meter. Semua dating absolut
> menunjukkan umur 65 Ma untuk deposit2 ini. Dan, di banyak tempat di dunia
> ditemukanlah lapisan tipis kaya mineral iridium menyisip di antara
> lapisan2 K-T Boundary, juga lapisan hitam yang mengindikasi sisa jelaga
> kebakaran skala global. Tidak banyak sumber p
> latina
> iridium di Bumi, sumbernya hanya banyak di extraterrestrial dan meteorit.
> Bagaimana mengartikan semua ini ? Sebuah meteorit yang diyakini
> berdiameter 10 km telah menghantam Bumi pada 65 Ma di sekitar Teluk
> Meksiko sekarang, mengangakan kawah selebar 180 km, menyebabkan kebakaran
> global, dan akhirnya memunahkan 75 % spesies fauna saat itu yang sedang
> didominasi kaum dinosaurus. Penganut teori kepunahan K-T Boundary akibat
> meteorite-impact yang dipelopori ayah-anak Luis Alvarez & Walter Alvarez
> (Luis adalah ahli fisika dan Walter adalah geologist) mendapatkan buktinya
> dan inilah teori yang paling banyak dianut saat ini.
> 
> Di sisi planet yang lain, di anak benua India sekarang, terdapatlah sebuah
> plato yang seluruhnya disusun basalt seluas 500.000 km2 (kira-kira hampir
> seluas Kalimantan di luar Sarawak-Sabah). Inilah Deccan Traps atau Deccan
> Plateau. Radiometric dating memberikan umur persis 65 Ma. Geologist
> berpikir, untuk menghasilkan flood basalt sebanyak itu (lebih dari 2 juta
> km3) tentu butuh waktu volkanisme yang lama. Sayangnya, radiometric dating
> menunjukkan bahwa volume sebanyak itu hanya dihasilkan dalam waktu satu
> juta tahun saja, sangat singkat dalam skala waktu geologi. Dalam hitungan
> volkanologi normal, tak mungkin sesingkat itu menghasilkan flood basalt
> seluas dan sebanyak itu. Maka para penganut teori kepunahan massa akibat
> katastrofik volkanisme mendapatkan kartu as-nya. Letusan volkanik di
> Deccan telah menyebabkan perubahan lingkungan global, hujan asam, volcanic
> winter akibat sun blocking (seperti 3 hari gelap saat erupsi Krakatau
> Agustus 1883), dan efek2 domino lainnya yang
> akhirnya
> menyebabkan kepunahan massa.
> 
> Mana yang benar, meteorite impact 65 Ma atau Deccan flood basalt
> voluminous eruption 65 Ma yang menyebabkan global mass extinction ?
> Dua-duanya bisa benar dan bahkan saling berhubungan sebab-akibat. Maka,
> sebuah teori elegan tetapi sangat kontroversial diajukan : meteorite/comet
> collision di Chicxulub-Teluk Meksiko telah menyebabkan erupsi volkanik
> skala besar di Deccan-India dalam mekanisme antipodal effect. Dan kedua
> efek katastrofik ini telah mengubah lingkungan global yang menyebabkan
> kepunahan masal di K-T boundary.
> 
> Sebuah problem timbul. India bukan pada posisi antipodal Teluk Meksiko.
> Posisi antipodal Teluk Meksiko sekarang ada di tengah Lautan Hindia di BD
> Indonesia di sekitar Pulau Cocos. Atau, Deccan eruption akan memerlukan
> impact crater yang lain yang bukan dari Teluk Meksiko, tetapi di Lautan
> Pasifik pada tepi timur Lempeng Nazca di offshore barat Bolivia. Tidak ada
> tanda-tanda impact-crater di offshore Bolivia ini. Teori antipode punya
> problem?, begitu kata publikasi yang ada.
> 
> Benarkah punya problem ? Saya rasa tidak. Kembalikan saja ke posisi
> tektonik massa benua dan lautan pada sekitar 65 Ma. Antipodal position 65
> Ma mestinya tidak diplot pada globe 0 Ma, tetapi pada globe 65 Ma. Maka
> akan terlihat bahwa saat itu India belum di tempatnya sekarang dan belum
> membentur Eurasia dan membentuk suture Cimmerian. India micro-plate saat
> itu ada di tengah Lautan Hindia di selatan di antara Afrika dan Indonesia.
> Dan Teluk Meksiko pun belum pada bentuknya sekarang, North America masih
> terbelah dari Canada ke Teluk Meksiko oleh Cretaceous giant seaway.
> Antilles Arc belum ada dan South America belum menyambung ke North America
> melalui tanah genting Panama.
> 
> Komet/meteorit jatuh di proto-Teluk Meksiko dan menggoncangkan Bumi dengan
> gelombang kejut ke seluruh globe (shock-wave). Gelombang kejut ini telah
> mengganggu kesetimbangan fluida di mantel bahkan outer core Bumi. Maka
> mantle plume bergerak berupa pasangan head dan tail plume menjurus ke
> posisi antipodal impact crater Chicxulub saat itu yaitu ke wilayah Lautan
> Hindia di antara Afrika dan Indonesia. Head plume menyebabkan volkanisme
> flood basalt dengan akar panjang ke dalam mantel di ujung tailnya. Erupsi
> basalt besar-besaran membanjiri kawasan seluas 500.000 km2 yang sekarang
> berupa Deccan Plateau di India, saat itu India microplate tengah terapung
> di atas kerak samudra Lautan Hindia bergerak ke utara. Massa flood basalt
> sebanyak itu dalam waktu sesingkat itu hanya bisa diterangkan dengan plume
> tectonics, bukan oleh normal volcanology. Meteorit impact dan volkanisme
> skala global pada 65 Ma itu telah cukup mengubah lingkungan yang hostile
> untuk semua makhluk hidup. Sebuah impl
> ikasi
> akan muncul dari interpretasi ini. Kalau benar antipodal Chicxulub ada di
> sekitar Cocos Island, artinya India saat 65 Ma ada di sekitar Cocos island
> sekarang, maka India sebelum retak harus bersatu dengan bagian barat
> Australia, bukan dengan bagian timur Afrika seperti kebanyakan
> rekonstruksi sekarang. Saya jadi ingat rekonstruksi Carey (1956), salah
> satu dari sedikit publikasi yang menaruh posisi paleotektonik India ke
> Australia dan bukan ke Afrika.
> 
> Lepas dari implikasi itu, Deccan Traps memang antipodal Chicxulub Crater.
> Problem yang ada timbul karena plotting antipodal position tak dilakukan
> pada globe 65 Ma. K-T Boundary Mass Extinction adalah kerja sama berdua
> antara extra-terrestrial astroblem di Chicxulub dan terrestrial volcanism
> di Deccan Traps.
> 
> Salam,
> 
> awang

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke