Saya pikir hal ini dipengaruhi juga oleh 'mental'
masyarakat dan pemimpin kita. Meskipun publikasi
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegempaan atau
kemungkinan-kemungkinan bencana lain yang ditimbulkan
oleh alam (tanah longsor, letusan gunung berapi dst)
sudah 'cukup', tapi bagaimanan masyarakat awam dan
pemerintah menyikapinyapun seperti baru sadar betapa
pentingnya dan terlambatnya itu semua setelah bencana
itu terjadi. Karena ini berkaitan dengan 'culture'
kita secara umum yang tidak pernah 'aware' akan
hal-hal yang berkaitan dengan kehendakNya maka saya
pikir kita (IAGI) bisa usulkan untuk memasukkan
bahasan tersebut ke dalam kurikulum pendidikan kita.
Tidak harus menjadi sebuah mata pelajaran baru, tapi
disisipkan di mata pelajaran "sains" pada tingkat SD
dan geografi pada tingkat SMP dan SMU. Diharapkan dari
situ sedikit-demi sedikit masyarakat kita nantinya
akan 'familier' dengan bencana alam spt tsb di atas;
bagaimana terjadinya, mengantisipasi dan
menaggulanginya. Tentu saja bahasannya akan
disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang ada.

Karena sudah sedemikian banyaknya korban yang
diakibatkannya, dan hampir semua daerah di Indonesia
rawan atau punya potensi besar untuk mengalaminya di
masa yang kan datang. Jadi sudah semestinya kita
menyiapkn diri melalui anak-anak kita paling tidak ke
depan kita akan lebih 'siap' dan tidak ada lagi kesan
seolah-olah "para ahli kebumian - seperti pahlawan
kesiangan". 

Tanpa usaha dan cara yang komprehensif dalam mendidik
masayarakat kita dalam hal ini, maka yang terjadi
adalah selalu pengulangan-pengulangan korban,
penderitaan, pertanyaan, seminar, sosialisasi parsial
dst yang pada akhirnya akan terasa 'seperti sia-sia,
terlambat dan seterusnya.

Selain tentunya sosialisasi kepada masyarakat yang
lebih umum pada saat ini.

STJ

--- Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Ada yg dapat membantu saya menjawab yg ini ?
> 
> Pertanyaan senada dengan hal ini sering sekali saya
> terima semenjak
> gempa-tsunami aceh tahun 2004. Aku rasa IAGI-HAGI
> sudah saatnya untuk
> kembali mendekati masyarakat awam. tantangannya
> tidak mudah dan saya
> yakin tidak mungkin sendiri-sendiri hanya dengan
> "bersama kita bisa"
> 
> Ya "bersama kita bisa "
> 
> RDP
> ---------- Forwarded message ----------
> From: Hendra Wahyudi <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Jun 9, 2006 11:32 PM
> Subject: Apa peranan ahli kebumian
> To: rovicky dwi putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> 
> 
> Salam Pak,
> Gempa bumi sekarang kan lagi naik daun Pak, mulai
> dari kalangan ahli
> sampai awam sekalipun banyak memberikan opini
> tentang gempa. Tapi,
> yang jadi pertanyaan saya sampai saat ini adalah
> bagaimana sebenarnya
> peran ahli kebumian (khususnya ahli tektonik) dalam
> meminimalisir
> korban gempa ? selama ini kok kesannya, ahli2
> tersebut angkat bicara
> kalau bencananya sendiri sudah terjadi. Memang di
> satu sisi apa yang
> mereka sampaikan adalah usaha untuk memberikan
> informasi tentang
> bagaimana kejadian dan mekanisme sebuah gempa. Tapi 
> hanya sebatas
> itu. Belum ada langkah riil bagaiman untuk
> meminimalkan angka
> korbannya, jadi kesannya sia-sia. Semua orang sudah
> mengetahui kalau
> gempa bumi merupakan bencana yang sampai saat ini
> belum dapat
> diprediksi waktu kejadiannya. Jadi, cuma usaha -
> usaha peminimalisiran
> korban saja yang dapat dilakukan. Informasi kalau
> Indonesia merupakan
> jalur "ring of fire" (kecuali, Kalimantan) hanya
> sekadar opini yang
> tidak ditindaklanjuti maknanya.
> Menurut Pak Rovicky, apakah sebenarnya peran atau
> tugas yang harus
> dilakukan oleh seorang ahli kebumian dalam kaitan
> dengan pengabdian
> kepada masyarakat?
> Mohon pendapatnya Pak
> 
> 
> Salam
> 
> 
> Hendra
> 
> 
> 
>  __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam
> protection around
> http://mail.yahoo.com
> 
> -- 
> How to win the game without breaking the rule -->
> make the new one !
> 
>
---------------------------------------------------------------------
> -----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> -----  Call For Papers until 26 May 2006            
> 
> -----  Submit to:
> [EMAIL PROTECTED]    
>
---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to:
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1:
> http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
---------------------------------------------------------------------
> 
> 


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006             
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]    
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke