> Rekans Kalau kita menghendaki adanya "kepedulian akan gempa" diseluruh persada Indonesia , maka mau tak mau kita harus memakai jalur politik !!!!!!!!! Eeeeeit , jangan mengernyitkan kening dulu doong !
Mengapa begitu ? Karena kepedulian yang kita harapkah kepedulian dari komponen bangsa, dia harus memiliki kekuatan yang mengikat,mempunyai jangkauan baik ke eksekutif , judikatif, jadi harus disusun strategi berdasarkan satu keputusan politik. Apakah itu Peraturan Pemerintah , SK Presiden atau bahkan Undang Undang Dengan adanya ini maka perturan peraturan yang mempunyai herarchi lebih rendah akan dapat mengatur umpama :konstruksi bangunan, lokasi lokasi aman bagi pemukiman , arah dari perencanaan dalam segala hal , tata cara sosialisasi mitigasi , evakuasi ,re-konstruksi dsb. Tentu saja peraturan yang lebih rendah herarchi-nya ini akan sangat tergantung pada kondisi geologi dan sosial ekonomi dari daerah. Nah , dalam melangkah menuju adanya suatu keputusan politik tsb diatas , seluruh komponen ahli ilmu kebumian dan fihak fihak yang sudah "sadar bencana" harus memprovokasi agar dapat tercapai suatu keputusan politik tersebut. Sejalan dengan itu , dalam masa "penantian" IAGI dapat melakukan hal yang disebutkan oleh rekan tsb diatas. Tentu saja ini adalah perjalanan panjang dan harus dengan usaha tanpa henti , hal serupa kan dialami oleh rakyat Amerika di California dan Jepang. Si-Abah. ___________________________________________________________________________ Menurut saya ini adalah sasaran antara sebelum adanya suatu keputusan politik yang mengikat seluruh rakyat Indonesia. > Karena menurut saya (1) penambahan pokok bahasan > 'bencana alam' ke dalam kurikulum pendidikan memiliki > misi dan visi yang lebih komprehensif dalam mendidik > dan mengenalkan masalah ini kepada masyarakat secara > umum maka ini kerja 'cukup' besar karena akan > bersinggungan dengan kebijakan depdiknas. Saya yakin > senior-senior kita lebih dari bisa dan bersedia untuk > mendorong atau paling tidak membawa dan membuat isu > ini sampai kepada "mereka" di depdik . . > > > Untuk yang lebih riil dan mendesak saya pikir > (2)pembuatan buku sederhana dengan informasi yang > di"bahasa awam"kan bisa jadi pilihan yang menurut saya > lebih dulu "doable". . . > > Seminar? akan selalu berakhir dengan rekomendasi tanpa > tindak lanjut seperti masalah-masalah lain dan > biasanya terlalu eksklusif karena kalau tidak > terdengar/terlihat eksklusif bagi sebagian atau banyak > orang seminar tersebut tidak menarik apalagi bagi > sponsor . . . > > Langsung saja untuk no (2): dengan keterbatasan yang > ada di IAGI (tapi tidak pada sumber daya manusianya, > kalau yang satu ini saya yakin sangat melimpah) kita > buat "buku contohnya" beberapa eksemplar kemudian kita > bawa ke "departemen/instansi terkait" atau perusahaan > dan minta mereka untuk jadi sponsor untuk mereproduksi > buku tersebut lebih banyak . . . kalau biasanya > prposal membuat buku yang diajukan, saat ini kita > ajukan produk jadinya . . . gimana mas?? kangs? bahs? > paks? > > --- Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> Quote - >> ... saya pikir kita (IAGI) bisa usulkan untuk >> memasukkan ... >> - end qoute >> >> Nah kira-kia bentuk riilnya seperti apa ? >> Press release ? >> Seminar ? Pembuatan buku panduan sederhana dengan >> bahasa awam ? >> Atau demo-damai spt yg ernah terlontar dari abah >> dulu ? >> >> Ya saya juga yakin banyak yg dapat dilakukan >> IAGI-HAGI ... tetunya >> tidak bisa sendiri2, "bersama kita bisa" >> Yuuk ! >> >> rdp >> >> On 6/10/06, budi santoso <[EMAIL PROTECTED]> >> wrote: >> > Saya pikir hal ini dipengaruhi juga oleh 'mental' >> > masyarakat dan pemimpin kita. Meskipun publikasi >> > tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegempaan >> atau >> > kemungkinan-kemungkinan bencana lain yang >> ditimbulkan >> > oleh alam (tanah longsor, letusan gunung berapi >> dst) >> > sudah 'cukup', tapi bagaimanan masyarakat awam dan >> > pemerintah menyikapinyapun seperti baru sadar >> betapa >> > pentingnya dan terlambatnya itu semua setelah >> bencana >> > itu terjadi. Karena ini berkaitan dengan 'culture' >> > kita secara umum yang tidak pernah 'aware' akan >> > hal-hal yang berkaitan dengan kehendakNya maka >> saya >> > pikir kita (IAGI) bisa usulkan untuk memasukkan >> > bahasan tersebut ke dalam kurikulum pendidikan >> kita. >> > Tidak harus menjadi sebuah mata pelajaran baru, >> tapi >> > disisipkan di mata pelajaran "sains" pada tingkat >> SD >> > dan geografi pada tingkat SMP dan SMU. Diharapkan >> dari >> > situ sedikit-demi sedikit masyarakat kita nantinya >> > akan 'familier' dengan bencana alam spt tsb di >> atas; >> > bagaimana terjadinya, mengantisipasi dan >> > menaggulanginya. Tentu saja bahasannya akan >> > disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang ada. >> > >> > Karena sudah sedemikian banyaknya korban yang >> > diakibatkannya, dan hampir semua daerah di >> Indonesia >> > rawan atau punya potensi besar untuk mengalaminya >> di >> > masa yang kan datang. Jadi sudah semestinya kita >> > menyiapkn diri melalui anak-anak kita paling tidak >> ke >> > depan kita akan lebih 'siap' dan tidak ada lagi >> kesan >> > seolah-olah "para ahli kebumian - seperti pahlawan >> > kesiangan". >> > >> > Tanpa usaha dan cara yang komprehensif dalam >> mendidik >> > masayarakat kita dalam hal ini, maka yang terjadi >> > adalah selalu pengulangan-pengulangan korban, >> > penderitaan, pertanyaan, seminar, sosialisasi >> parsial >> > dst yang pada akhirnya akan terasa 'seperti >> sia-sia, >> > terlambat dan seterusnya. >> > >> > Selain tentunya sosialisasi kepada masyarakat yang >> > lebih umum pada saat ini. >> > >> > STJ >> > >> > --- Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> >> wrote: >> > >> > > Ada yg dapat membantu saya menjawab yg ini ? >> > > >> > > Pertanyaan senada dengan hal ini sering sekali >> saya >> > > terima semenjak >> > > gempa-tsunami aceh tahun 2004. Aku rasa >> IAGI-HAGI >> > > sudah saatnya untuk >> > > kembali mendekati masyarakat awam. tantangannya >> > > tidak mudah dan saya >> > > yakin tidak mungkin sendiri-sendiri hanya dengan >> > > "bersama kita bisa" >> > > >> > > Ya "bersama kita bisa " >> > > >> > > RDP >> > > ---------- Forwarded message ---------- >> > > From: Hendra Wahyudi <[EMAIL PROTECTED]> >> > > Date: Jun 9, 2006 11:32 PM >> > > Subject: Apa peranan ahli kebumian >> > > To: rovicky dwi putrohari <[EMAIL PROTECTED]> >> > > >> > > >> > > >> > > Salam Pak, >> > > Gempa bumi sekarang kan lagi naik daun Pak, >> mulai >> > > dari kalangan ahli >> > > sampai awam sekalipun banyak memberikan opini >> > > tentang gempa. Tapi, >> > > yang jadi pertanyaan saya sampai saat ini adalah >> > > bagaimana sebenarnya >> > > peran ahli kebumian (khususnya ahli tektonik) >> dalam >> > > meminimalisir >> > > korban gempa ? selama ini kok kesannya, ahli2 >> > > tersebut angkat bicara >> > > kalau bencananya sendiri sudah terjadi. Memang >> di >> > > satu sisi apa yang >> > > mereka sampaikan adalah usaha untuk memberikan >> > > informasi tentang >> > > bagaimana kejadian dan mekanisme sebuah gempa. >> Tapi >> > > hanya sebatas >> > > itu. Belum ada langkah riil bagaiman untuk >> > > meminimalkan angka >> > > korbannya, jadi kesannya sia-sia. Semua orang >> sudah >> > > mengetahui kalau >> > > gempa bumi merupakan bencana yang sampai saat >> ini >> > > belum dapat >> > > diprediksi waktu kejadiannya. Jadi, cuma usaha - >> > > usaha peminimalisiran >> > > korban saja yang dapat dilakukan. Informasi >> kalau >> > > Indonesia merupakan >> > > jalur "ring of fire" (kecuali, Kalimantan) hanya >> > > sekadar opini yang >> > > tidak ditindaklanjuti maknanya. >> > > Menurut Pak Rovicky, apakah sebenarnya peran >> atau >> > > tugas yang harus >> > > dilakukan oleh seorang ahli kebumian dalam >> kaitan >> > > dengan pengabdian >> > > kepada masyarakat? >> > > Mohon pendapatnya Pak >> > > >> > > >> > > Salam >> > > >> > > >> > > Hendra >> > > >> > > >> > > >> > > >> __________________________________________________ >> > > Do You Yahoo!? >> > > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam >> > > protection around >> > > http://mail.yahoo.com >> > > >> > > -- >> > > How to win the game without breaking the rule >> --> >> > > make the new one ! >> > > >> > > >> > >> > --------------------------------------------------------------------- >> > > ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru >> > > ----- Call For Papers until 26 May 2006 >> > > >> > > ----- Submit to: >> > > [EMAIL PROTECTED] >> > > >> > >> > --------------------------------------------------------------------- >> > > To unsubscribe, send email to: >> > > iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id >> > > To subscribe, send email to: >> > > iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id >> > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id >> > > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: >> > > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta >> > > No. Rek: 123 0085005314 >> > > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) >> > > Bank BCA KCP. Manara Mulia >> > > No. Rekening: 255-1088580 >> > > A/n: Shinta Damayanti >> > > IAGI-net Archive 1: >> > > >> http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ >> > === message truncated === > > > __________________________________________________ > Do You Yahoo!? > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around > http://mail.yahoo.com > > --------------------------------------------------------------------- > ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru > ----- Call For Papers until 26 May 2006 > ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] > --------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > > --------------------------------------------------------------------- ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru ----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------