Kawan-kawan, saya kira KITA (geologist) perlu
hati-hati kalau ketemu pers. Pers mempunyai pemahaman
yang berbeda dengan apa yang kita sampaikan terkait
dengan fenomena geologi di tanah air. Sehingga terkesa
ada mis-persepsi bagi pers terhadap pernyataan
geologist. sehingga terkesan "diplintir". teman-teman
IAGI Jogja, juga jatim ketika ada kasus gempa,
tsunami, porong, fenomena alam lainnya; banyak diburu
pers. tahu-tahu. paginya beda seperti yang diungkapkan
sehari sebelumnya.
Mungkin jarangnya edukasi kebumian bagi pers dan
wartawan. PP-IAGI pernah ngadain acara tersebut. Dalam
waktu dekat arek-arek HMTG UGM, saya minta
mengorganisasi : Pelatihan Geologi bagi Wartawan.
Mugo-mugo berhasil. Soale, saya sendiri yang
mengarahkan juga masih ngalor-ngidul untuk
meng-edukasi publik dan perang urat syarat dengan
isu-isu. Namanya juga ISU, koq yang ditelan. Lha,
inilah GAP INFORMASI, sehingga yang ada sekarang
adalah : ISU, PANIK, TRAUMA, FRUSTASI, dan KETAKUTAN
yang tidak jelas SUMBER KETAKUTANNYA. 
Anaknya seorang geologist dan istrinya seorang
geologist pun, kadang-kadang panik dan termakan ISU
GEMPA dan TSUNAMI, Pulau JAWA mau PECAH, pulau MADURA,
mau tenggelam, dari ISU-ISU di luar. Aneh juga......

wislaaaah....
salam
Agus Hendratno

--- Abdullatif Setyadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Memang umumnya media massa di negeri kita, terutama
> media massa yang masih berusaha merebut pasar akan
> berbicara sebombastis dan sedramatis mungkin untuk
> menggambarkan apapun peristiwa. Tentunya selain
> redaksinya sadar bahwa media massa adalah media
> untuk
> edukasi masyarakat, juga cari untung dengan oplah...
> 
> Salah satu lahan yang paling enak saat ini adalah
> gempa dan tsunami. Mereka akan berusaha berebut
> akses
> ke sumber yang dianggap kompeten (macam M' Andang,
> P'
> Awang, dll). Kalau gak ada, ya sudah siapapun yang
> menyandang status 'geologist' akan diminta
> keterangan.
> Berbagi pendapat lalu muncul simpang siur
> berseliweran, kadang-kadang tidak konvergen satu
> sama
> lain. Masyarakat akan menanggapi dengan  bingung dan
> panik... Menurut saya ada dua hal yang bisa meredam
> hal itu:
> 1. Menggunakan hak jawab dari yang 'merasa' para
> pakar
> kegempaan dan tsunami (perorangan, lembaga, dll)
> melalui media masa, untuk meluruskan 'kesesatan'
> yang
> ditimbulkan oleh yang dianggap 'golongan geologist
> sesat'; atau
> 2. Masyarakat kalau sudah 'muntah' akan bisa
> mensortir
> sendiri mana yang benar dan mana yang 'sesat'.
> Seperti
> biasalah yang terjadi pada para tokoh parpol...,
> yang
> belang-belang akhirnya akan kelihatan pada
> akhirnya..
> 
> Kalau masalah tenar atau populer, saya cenderung
> melihat semakin banyak geologist yang berani dan
> 'boleh' bersuara akan makin bagus. Toh tokoh-tokoh
> geologi tenar di Indonesia jumlahnya tidak mencukupi
> untuk mengedukasi masyarakat yang jumlahnya
> sedemikian
> banyak. Tinggal masalah koordinasi saja mungkin...
> 
> ALS
> 
> 
> Iwan B <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > Kalau Pak Andang sih OK punya pendapatnya di mass
> > media. Tapi saya
> > pribadi juga terus terang jengkel dengan tulisan2 
> > yang saya baca di
> > mass media .
> > Seperti contohnya yang disebut Awang tentang
> potensi
> > gempa di jakarta
> >  yang saya baca di kompas beberapa hari yll, dan
> > dituliskan oleh
> > seorang ahli geologi yang bekerja di instansi
> > pemerintah di Sumut.
> > Walaupun saya bukan ahli gempa, tapi saya yakin
> > kalau yang dituliskan
> > di kompas itu sifatnya sangat intuitif dan
> bersifat
> > misleading,
> > apalagi untuk masyarakat awam. Apalagi disebutkan
> > potensi tsunami yang
> > cukup besar di jakarta. Saya sendiri juga heran
> kok
> > kompas bisa
> > meliput pendapat seperti itu............
> > 
> > 
> > 
> > On 7/26/06, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> > > Saya tak memaksudkan bahwa orang2 yang bekerja
> di
> > kegempaanlah yang boleh berbicara soal gempa.
> > Tetapi, tentu saja media akan otomatis menghubungi
> > instansi terkait untuk meminta keterangan. Hanya,
> > yang namanya pengetahuan geologi, saya pikir tak
> > dikungkung oleh instansi tertentu. Seorang
> petroleum
> > geologist, kalau ia tertarik dan cukup punya
> waktu,
> > boleh-boleh saja menekuni masalah kegempaan
> > misalnya. Begitu juga sebaliknya. Saya malahan
> > selalu menganjurkan agar kita jangan membatasi
> diri
> > dengan suatu hal dan tak mau peduli dengan hal
> > lainnya.
> > >
> > >  Di media pun, saya pikir teman2 geosaintis kita
> > yang dimintai keterangan itu, pernyataannya juga
> tak
> > mewakili instansi di mana mereka bekerja, tetapi
> > lebih ke pendapat-pendapat pribadi sejauh yang
> > mereka ketahui saat mereka dimintai pendapat.
> > Pendapat2 individu maupun pendapat resmi suatu
> > instansi bisa saja salah bukan ?
> > >
> > >  salam,
> > >  awang
> > >
> > > OK Taufik <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >  Apa saya tak salah simak, setelah Gempa
> > Yogya..Awang sendiri meyakini
> > > "tak bisa menampik komentar ahli kebumian,
> karena
> > ini pers era
> > > reformasi" (kira2 begitu). Untuk pernyataan
> resmi
> > memang sebaiknya
> > > pihak yg berwenang, namun pendapat para ahli
> > berkompeten dalam tataran
> > > analisa tak ada yg bisa membendung, apa lagi
> kalau
> > hanya bicara soal
> > > gempa untuk barat sumatera dan selatan
> > jawa..kurang lebihnya dasar
> > > penyebabnya itu-itu sajakan?..pergerakan lempeng
> > australia ke lempeng
> > > eurasia..anak elementry school saja agak-agak
> > tahulah soal ini. Dan
> > > lagi pula para geocsientis yg berkomentar
> ..masih
> > ada
> > > competencynyalah..kalau juga tak langsung
> terlibat
> > soal tsunami, masih
> > > terlibat soal gempa dan sekitarnya. Kalau bagi
> > komunitas kita sendiri
> > > petroleum geology misalnya bisa saja diterima
> > komentarnya soal
> > > gempa..namun untuk khalayak umum yg agak susah
> > nrima dan agak riskan
> > > dari sisi pertanggungjawaban, nanti orang
> > berkomentar masak orang
> > > pertamina komentar soal tsunami sih (misalnya).
> > >
> > > On 7/26/06, Hendri Ruslan wrote:
> > > > Pak Andang YSH,
> > > > Pernyataan Pak Awang tersebut mungkin hanya
> > antisipasi saja untuk lebih
> > > > berhati-hati, plus untuk mengingatkan bahwa
> ada
> > aturan siapa yang berwenang
> > > > untuk mengeluarkan pernyataan di muka umum ?.
> > > >
> > > > Salam,
> > > > Hendri
> > > > ----- Original Message -----
> > > > From: "Andang Bachtiar"
> > > > To:
> > > > Sent: Tuesday, July 25, 2006 6:47 PM
> > > > Subject: Re: [iagi-net-l] Opini Gempa diantara
> > Eksekutif Muda Jakarta
> > > >
> > > >
> > > > > Saudaraku: Awang yang saya kagumi,...
> > > > >
> > > > > Saya benar2 tergelitik dengan pernyataan
> > sampeyan bahwa ada geologist2 (yg
> > > > > langsung mendapatkan popularitas) yang tidak
> > sadar bahwa pendapat2-nya
> > > > > bisa meresahkan (masyarakat?), terutama
> dalam
> > konteks Bencana Gempa &
> > > > > Tsunami akhir-akhir ini......
> > > > >
> > > > > Kalau kita simak di media akhir-akhir ini
> (di
> > TV, radio, koran, internet)
> > > > > sebenarnya kawan-kawan geosaintist yang
> (saya
> > yakin) semuanya volunteering
> > > > > bicara karena panggilan nurani, tugas,
> profesi
> > maupun organisasi-nya
> > > > > jumlahnya tidak banyak dan kita hampir tahu
> > nama mereka satu-persatu
> > > > > (untungnya sejak tidak menjadi Ketua IAGI
> saya
> > relatif tidak pernah lagi
> > > > > berbicara di media ttg Gempa&Tsunami karena
> > memang ilmu saya masih sangat
> > > > > dangkal dibandingkan para pakar Gempa,
> > Tsunami, Tektonik dsb, sehingga
> > > > > otomatis -mudah2an- saya tidak termasuk
> dalam
> > kategori yg sampeyan
> > > > > sebutkan);.... Dan sejauh menyangkut
> > pernyataan2 mereka yang saya monitor:
> > > > > saya belum menemukan sesuatu yang meresahkan
> > masyarakat disitu. Malahan
> > > > > kebanyakan dari mereka seringkali harus
> > terbangun malam-malam karena
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006             
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]    
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Reply via email to