wah-wah, kalau membaca surat terbukanya pak Koesoema kepada Ketua Umum IAGI, 
sepertinya satu perenungan yang medalam bagi kita generasi penerus IAGI saat 
sekarang ini dengan berbagai ujian permasalahan geologi di indonesia yang 
langsung bersentuhan dengan hajat hidup rakyat kecil. (memang sebagian besar 
korban peristiwa geologi yang kemudian jadi musibah adalah rakyat kecil yang 
rentan bahkan terancam: jiwa, asetnya, budidaya,  sosial budayanya.)
saya kebetulan tidak bisa hadir dalam workshop LUSI di BPPT itu, sekalipun kami 
mendapat undangan melalui institusi jurusan teknik geologi ugm / dekan ftugm. 
Kebetulan pada saat yang sama 2-3 hari sebelumnya dan saat itu, saya mendapat 
tugas dari Pemprop. Jawa Tengah untuk memberikan sosialisasi kerentanan bencana 
geologi di 9 kecamatan di Jawa Tengah dan kepada 35 institusi Satlak 
Penanggulangan Bencana se-Jawa Tengah. hari-hari yang maraton dari kecamatan 1 
ke kecamatan lainnya di wilayah Kebumen, Banjarnegara, Kedal, dan Purworejo 
(dengan eleman masyarakat, polsek, kades, koramil, dll tokoh masyarakat), 
dengan hujan deras dimana-mana, bahkan nyaris terhadang longsor. 
Tapi dari setiap diskusi dalam setiap sosialisasi bencana, yang ditanyakan  
peserta BUKAN masalah tanah longsor, banjir bandang, banjir lumpur, gempa atau 
tsunami, tetapi apa itu LUMPUR LAPINDO ? apakah Letusan LUMPUR itu bisa terjadi 
di daerah mereka? ada yang tanya : Letusan LUMPUR di PORONG itu apa 
penyebabnya? apa bisa dihentikan? jika Tidak, sampai KAPAN? Bagaimana sikap 
Pemerintah dan nasib sedulur-sedulur korban LUMPUR tersebut ditangani ? adakah 
Teknologi untuk mengatasi itu??????
Dalam semua event sosialisasi yang berbeda-beda kecamatan dan orang yang hadir, 
pertanyaannya hampir sama dengan bahasa-bahasa yang njawani, banyumasan, 
tentang LUMPUR di PORONG itu.
Bahkan, kumpul-kumpul dengan Pecinta Alam dari arek-arek Jatim kemarin di 
Lereng G.Lawu, saya mendapat kesempatan dengan Pak Rasyid (staf ahli Kantor 
Menristek), pada sesi itu menjelaskan berbagai fenomena kebumian yang dapat 
menjadi bencana dan bagaimana peran LSM, Pemda, dan Pecinta Alam (PA) 
berkiprah. E..e.., sampai jam 23.00 yang ditanya arek-arek penggiat PA  , malah 
LUMPUR di PORONG itu? bagaimana sikap Industri, Pemerintah, para Pakar, juga 
apa yang terjadi sesungguhnya itu. 
Koq bisa, semua malah bertanya masalah LUMPUR di PORONG, tidak bertanya tanah 
longsor, gempa atau banjir bandang dll. Barangkali ini merupakan sekelumit 
respon berbagai elemen masyarakat nun jauh dari Porong tentang musibah lumpur 
itu. EMPATI, kata yang saya tangkap dari beberapa event sosialisasi bencana 
tersebut. Empati terhadap siapa? Lapindo? Pemerintah? atau masyarakat korban 
LUMPUR? Yachh., mereka semua Empati terhadap masyarakat korban luberan LUMPUR 
di Porong?
Mereka bertanya, apa yang bisa kita lakukan? Saya jawab : sudahlah..mari kita 
semua BERDOA..., teknologi penanganan lumpur dan permasalahan yang menyertai 
sudah ada yang nangani. 
Lesson learned apa yang dapat kita ambil. Banyak sekali....
Turun dari G. Lawu habis kumpul dengan arek-arek PA se-jatim dan AMC, saya 
langsung ke Jakarta, dan bertemu dengan beberapa pihak yang banyak bersentuhan 
dengan eksplorasi migas di Indonesia. Dari berbagai pembicaraan dan juga cerita 
sana-sini yang saya bawa dari Jateng dan Jatim,  ketika ketemu an itu, 
terungkap WACANA , untuk mencoba Membedah Lumpur Porong secara Multidisiplin 
dan Multiplier Effect-nya bagi Jatim dan Indonesia pada umumnya, melalui 
Worshop Nasional di Jogjakarta. Mencoba mencari sisi lain dari penanganan 
lumpur, dari sisi : ekonomi, infrastruktur, perbankan dan moneter, hukum, 
sosial budaya, pariwisata, pencemaran, lingkungan, ekologi perairan, konflik 
horisontal, persungaian, class action, dan tata ruang selama lumpur belum 
teratasi. 
Saya buka wacana ini dengan bapak-bapak (kebetulan punya otorasi di bidang 
eksplorasi migas) di industri migas; e.. di respon positip dan sangat bagus 
kita mencari format lain dalam melihat LUSI saat ini. 
Saya ditanya : gus, kamu mau dan bisa men-organize acara ini di Jogja? 
Eidaaan po..., embuh lah..., siapa tertarik memgembangkan wacara ini...., 
biarlah G&G&PE terjadi perbedaan pendapat secara saintifik untuk melihat bawah 
permukaan......................, toh lumpur terus keluar sampai kapan? lalu Tim 
Nas mau bubar..., apa tidak salah kalau kita terus berdoa..dengan melihat 
penanganan yang multidisiplin di permukaannya..., ternyata Kepres Tim Nas 
Penanganan Lumpur, dengan plus dan minus-nya masih perlu kita kembangkan 
sumbang saran untuk mencari solusi...

Budal disit ke Ombilin dan Sawahlunto...
agus hendratno

"R.P. Koesoemadinata" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Namanya juga surat terbukan, 
silahkan saja.
----- Original Message ----- 
From: "Rovicky Dwi Putrohari" 
To: 
Sent: Sunday, February 25, 2007 4:34 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI-1


> Wah saya tambah kaget ketika membaca bahwa penulis di GSA Richard
> Davies, juga ada waktu itu. Karena hampir semua menggunakan Bahasa
> Indonesia ketika presentasi (seperti yg ditulis Oki). Apakah beliau
> ini yang men-shoot dengan video camera itu ya ?
>
> Pak Koeseoema, mohon ijin untuk menyebarkan surat terbuka ini di
> dongeng geologi, ini kan terbuka untuk umum juga kan ?
>
> Wassalam
> RDP
>
> On 2/25/07, R.P. Koesoemadinata  wrote:
>> SURAT TERBUKA KEPADA KETUA UMUM IAGI (1)
>> Di antara para pembicara secara menyolok tidak ada kehadliran Sdr. Dr. 
>> Ir.
>> Rudy Rumbiandini, ketua dari Tim Investigasi yang segera ditunjuk oleh
>> Menteri ESDM, begitu kejadian Lumpur Sidoarjo terjadi. Selain itu saya 
>> catat
>> ada seorang ilmiawan yang cukup penting yang telah menulis dalam suatu
>> journal ilmiah terkemuka Today yang "referreed"  (yang diterbitkan the
>> Geological Society of America), yaitu Richard Davies dari Inggris yang 
>> tidak
>> termasuk dalam pembicara. Kami dengar yang bersangkutan memang tidak
>> diundang, tetapi yang bersangkutan ternyata hadlir. Apakah karena takut 
>> dia
>> mempunyai bukti-bukti dan analisa yang kuat sehingga berkesimpulan bahwa
>> gunung api lumpur itu kemungkinan besar disebabkan karena kelalaian 
>> pemboran
>> Banjar Panji-1? Sebagai suatu perkumpulan profesi seperti IAGI ini justru
>> orang ini harus diberi kesempatan berbicara mengenai hasil penelitiannya,
>> sehingga kita bisa meng'interogasi' dia atas keabsahan dan keakuratan 
>> dari
>> data yang dia gunakan, serta validitas dari analisanya. Yang bersangkutan
>> datang dalam waktu hanya dalam waktu 2 hari setelah diberi tahu oleh
>> rekannya yang ada di Indonesia. Saya dapat memahami alasan apapun yang
>> diberikan panitya seperti keterbatasan waktu, masalah komunikasi atau 
>> bahkan
>> mungkin pula yang bersangkutan menolak untuk berbicara. Itu saya dapat
>> fahami, namun saya tetapi sangat menyayangkannya.
>
> -- 
> http://rovicky.wordpress.com/
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> Hot News!!!
> CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to 
> [EMAIL PROTECTED]
> Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual 
> Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007
> ----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> 


----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual Convention 
and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------



 
---------------------------------
The fish are biting.
 Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing.

Kirim email ke