> Rekan rekan
 
    Saya kira pendapat
pak Koesoemadinata ini  bahwa semburan lumpur
   
yang merupakan gejala alam  (terlepas apapun penyebabnya)ini telah
menjadi gunung    
     lumpur
yang sudah  sulit dikendalikan oleh manusia sudah merupakan
pendapat
    sebagian besar  masyarakat ahli
kebumian..
     Bukan hanya di Indonesia , akan
tetapi informasi dari Pak Yo dari AS juga memnunjukan
     pendapat yang sama.

     Persoalan-nya sekarang adalah bagaimana
meyakinkan Pemerintah SBY agar secara
    
baik  bisa dan berani menyatakan bahwa pada tahapan saat ini
LUSI  sudah merupakan
     Bencana Alama
(Nasional) ?

     Tentu saja ini merupakan
kesulitan dalam mengkomunikasikan - nya kepada 
      masyarakat mengingat selama ini
masyarakat sudah terkomunikasikan bahwa 
      "penyebab  terjadinya LUSI
adalah HANYA pemboran yang dilakukan oleh Lapindo".
       Saya garis bawahi HANYA.

      Disinilah posisi IAGI/HAGI dan komunitas
ahli kebumian lainnya diharapkan berperan,
      dan sebagaimana sering saya
sampaikan  Pendapat ini bukanlah pendapat  yang
      populer di-masyarakat.

      Kita  sebagai komunitas ilmiah harus
berani mengemukakan hal ini , terlepas posisi
      dari kedudukan profesional para 
pengurus-nya.

       Apakah tidak
sebaiknya Forum Ahli Ilmu Kebumian membuat surat terbuka kepada  
       Pemerintah untuk menyatakan
pendapatnya ?

       Bukankah
Forum Ahli Kebumian pernah berkumpul pada KAIKNAS thn 1995 (17 tahun
       yang lalu?).

       Bagaimana kalau dihidupkan kembali
?

       Si-Abah

     
_____________________________________________________________________


   Maaf, saya tidak bermaksud kasar seperti
tercantum di bawah ini.
> Saya kira alangkah bijaksananya kalau
rumusan akhir dari Workshop ini
> menyatakan:
>
..."Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai penyebab dari
semburan
> lumpur panas Sidoarjo ini, namun mengingat bahwa gejala
ini telah
> berkembang menjadi gunungapi lumpur yang dahsyat
sehingga di luar kendali
> manusia, maka seyogianya  gejala ini
dinyatakan sebagai (murni) bencana
> alam"
> Saya
kira pernyataan ini  adalah cukup bijaksana dan elegant yang mungkin
> dapat dterima oleh fihak2 yang berseteru.
> Wasalam
> RPK
> 
>   ----- Original Message -----
> 

From: R.P. Koesoemadinata
>   To: iagi-net@iagi.or.id
>   Sent: Thursday, March 08, 2007 8:57 PM
>   Subject: Re:
[iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi
>
Saling Berseteru
> 
> 
>   Saya kira workshop ini
hanya bertujuan untuk menghimpun pendapat bahwa
> Lusi ini adalah
murni bencana alam dan tidak ada hubungan dengan
> pemboran.
>   Jadi hanya untuk membebaskan tanggung jawab yang melakukan
pemboran.
> Namanya juga International Geological Workshop.
>   RPK
>     ----- Original Message -----
>    
From: Untung M
>     To: iagi-net@iagi.or.id
>     Sent:
Thursday, March 08, 2007 4:17 PM
>     Subject: Re: [iagi-net-l]
Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli
> Geologi Saling
Berseteru
> 
> 
>     Assalaam'ulaikum wr.wb.,
>     Saya senang sekali membaca pendapat geosaintis tentang LUSI di
milis
> ini. Banyak kandungan ilmiah dalam pendapat itu. Akan
tetapi saya duga
> sepertinya hanya adu intektualitas saja.  Bukan
itu yang kita
> kehendaki. Rakyat maunya real work. Jadi
"Just do it" jangan hanya
> NATO. No action talk only.
Oleh karena itu bersilahturrahmi dengan
> mengadakan
"Technical Workshop" Undang seluruh geosaintis yang
>
dianggap bisa memberi kontribusi yang berarti dari segala bidang 
> termasuk orang-orang sosial. Ini bukan sekedar seminar. Selesai
> seminar hilang tak ada bekas. Hasil technical workshop ini harus
> dipakai sebagai pedoman kerja. Hasil ini sudah melalui
penggodokan
> yang betul-betul matang. Tentunya disetujui oleh
setiap peserta
> technical workshop. Demikan saran saya. Semoga
dapat dilaksanakan. Ta'
> ada masalah di dunia ini yang tidak
dapat dpecahkan.
>     Wassalaam'ulaikum wr.wb.,
>     M.
Untung
>       ----- Original Message -----
>      
From: Andang Bachtiar
>       To: iagi-net@iagi.or.id
> 
     Sent: Wednesday, March 07, 2007 9:39 PM
>       Subject:
[iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi
>
Saling Berseteru
> 
> 
>      
"Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka
dari
> Prof RPK) tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena
"hal-biasa"
> yang disebut sebagai perbedaan
"pendapat ilmiah" yang menyangkut
> hasil analisis
tentang apakah penyebab-pemicu semburan tersebut
> adalah pemboran
BJP-1 atau proses alam (gempa bumi) yang diluar
> kuasa
pengetahuan manusia saat ini untuk memprediksi kejadian-nya
>
dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu geologi),.....  tetapi
> lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah, kematangan
> bersikap, "wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal
berikut:
> 
>       1. Menyimpulkan permasalahan
kontroversial saintifik yang punya
> implikasi
hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi
> yang
minim interaksi yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi
> pada kenyataannya adalah "seminar" atau lebih parahnya
menurut
> sebagian peserta adalah "sosialisasi pendapat
sepihak" bisa
> dikatakan sebagai jauh dari etika -
sistimatika pengambilan
> kesimpulan ilmiah. Untuk menyimpulkan
basis ilmiah yang punya
> implikasi sepenting itu diperlukan
"workshop" yang benar-benar
> "workshop",
dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam
> session-session
tersendiri, yang dalam hal ini mungkin dibutuhkan
> lebih dari 2
hari untuk melaksanakannya.
> 
>       2. Mekanisme
penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang
> menampilkan
presentasi dan diskusi tentang berbagai konsep-pendapat,
> tetapi
lebih cenderung ke salah satu konsep, padahal para ahli
> berbagi
konsep lain juga hadir di acara tersebut - tetapi tidak
> diberi
kesempatan presentasi dan diskusi secara proporsional seperti
>
yang lainnya.
> 
>       3. Pemahaman yang parsial tentang
sub-sub-disiplin, kompetensi, dan
> profesi yang terkait dengan
geosains dalam industri migas, sehingga
> proses analisis-sintesis
permasalahan menjadi tidak optimal, seperti
> misalnya: tidak
didiskusikannya secara rinci (spt topik2
> sub-disiplin lainnya)
tentang masalah data teknis real-time-chart /
> geolograph selama
pemboran dan implikasinya pada kondisi geologi
> lubang bor dimana
masalah tersebut sebenarnya adalah kompetensi dari
> para ahli
wellsite-operation geology,... dan lebih parahnya, tidak
> seperti
data primer geologi bawah permukaan dan permukaan yang
> berlimpah
dan accessible bagi kebanyakan ahli (seismik, trace sesar
> di
permukaan, data satelit, data-sampel lumpur dsb), tipe data
>
pemboran yang tersedia (dan dipresentasikan) adalah data sekunder
> (bahkan tersier) berasal dari daily drilling report, final well
> report, dsb,.... genuine geolograph dan real-time-chart data
tidak
> pernah bisa diakses (dan diperiksa dan didiskusikan) oleh
para ahli.
> 
>       4. Dari 18 pembicara yang tampil,
hanya 4 pembicara yang dapat
> dianggap mempunyai kompetensi
tentang masalah pemboran migas; dari 4
> itupun hanya 2 yang
mempunyai latar belakang geosains yang
> diasumsikan dapat
mengekstrasi informasi geologi bawah permukaan
> dari data
pemboran. Empat belas (14) pembicara lainnya kebanyakan
>
mengandalkan data geologi-geofisika (yang punya dimensi lebih
>
besar/regional dibanding dengan data pemboran) untuk membuat
>
analisis dan sintesis tentang penyebab-pemicu semburan lumpur.
>
Dengan demikian trend "workshop" lebih berat pada pembahasan
geologi
> regional, tektonik, dimensi waktu yang besar, dan kurang
menyentuh
> analisis rinci dan dimensi waktu yang lebih
instant/pendek, termasuk
> kurang disentuhnya
kemungkinan-kemungkinan pemicuan semburan oleh
> kejadian-kejadian
selama pemboran.
> 
>        "Silaturahmi"
sebagai jawaban dari "perseteruan" - seperti
> diusulkan
oleh banyak email - mustinya dimaknai dan
> diimplementasikan
sebagai sesuatu yang lebih mendasar dan
> ber-dimensi organisasi.
Seperti kita lihat dalam dalam 15 bulan
> terakhir kepengurusan
baru PP-IAGI, organisasi kita ini hampir bisa
> dikatakan sebagai
tidak pernah bersilaturahmi dengan ribuan
> anggotanya melalui
"Berita IAGI" maupun "Majalah Geologi
>
Indonesia", karena memang tidak satupun media komunikasi tersebut
> terbit secara rutin (Berita IAGI hanya sekali terbit menjelang
PIT
> Nov 2006 dan MGI tidak terbit sama sekali). Harap diingat
bahwa
> hanya 500-600-an jumlah anggota milis IAGI-Net, yang
mungkin hanya
> separohnya merupakan anggota resmi IAGI, sehingga
kalau ada yang
> mengatakan bahwa PP-IAGI sudah berkomunikasi
dengan anggotanya
> lewat IAGI-net, itu adalah pernyataan yang
sangat tidak berdasar.
> Ribuan anggota IAGI yang tersebar di 12
PengDa dan di luar negeri,
> tentunya dengan berbagai macam
keahlian (termasuk ahli pemboran -
> ahli wellsite operation
geology yang mustinya mengambil peranan
> lebih dalam
"workshop" IAGI yang lalu), perlu untuk disapa,
>
disilaturahmi, dan dikunjungi.
> 
>       Selain itu,
"Silaturahmi" hendaknya dilakukan juga dengan membuat
>
sebanyak mungkin kegiatan berkumpul baik secara ilmiah maupun untuk
> tujuan kekerabatan-sosial, baik di Pusat, maupun di
PengDa-PengDa.
> Dengan makin banyak menyelenggarakan event-event
organisasi maka
> interaksi silaturahmi (ilmiah maupun sosial)
akan terus menerus
> terjalin, sehingga perbedaan-perbedaan
pendapat (ilmiah maupun
> sosial) punya kesempatan lebih luas,
mendalam, dan terfokus untuk
> dipecahkan..... bukan hanya dengan
event dadakan yang kesannya
> reaktif terhadap permasalahan sesaat
(walalupun actual) saja.
> 
>       Mudah-mudahan
sumbangan pemikiran ini dapat diambil manfaatnya oleh
> siapapun
yang ada di komunitas geosains di Indonesia, khususnya
> anggota
dan pengurus IAGI kita tercinta ini.
> 
>       Salam
>       Prihatin
> 
> 
>       Andang
Bachtiar
>       Mantan Ketua Umum IAGI 2000-2005

Kirim email ke