Mas Sunu,

Mungkin anda salah menafsirkan, dari awal-awal dahulu sudah pernah
ditekankan bahwa orang dilapangan tak pada tempatnya untuk disalahkan, tak
perlu ada ketakutan ke depannya bagi TDC (data engg.) dan companynya, WSG,
Co'man dll posisi di rig site untuk bekerja di operation site. karena sesuai
hirarki perubahan planning dari program awal ada di headquarter.
Menurut saya terlampau berlebihan juga akan ketakutan kaum geocientist di
kantor apa lagi WSG dengan kesalahannya diskripsinya akan masuk penjara.

cocern kebanyakan kawan-kawan yg saya tangkap adalah, terlampau cepat opini
mengajudge bahwa ini adalah natural dissaster, lantas kuat pula opini
penyebabnya adalah gempa (karena alasan ini mungkin bisa jadi justifikasi
untuk lepas tanggung jawab atas kerugian rakyat banyak dan negara). Kita
semuanya punya pendapat dan berbeda juga bisa dimaklumi, sebatas itu murni
pendapat pribadi akan muncul pula pendapat yg akan memperbaharui, menyangkal
dan mengkoreksi, namun yg sangat disesalkan adalah kalau ini akhirnya harus
menggiring IAGI untuk ikut bias mendukung opini tersebut, sepertinya
ditunggangi dan tak tahu siapa yang menunggangi.

Kekhawatiran saya sebenarnya adalah perdebatan ini jadi berlarut-larut dan
berkembang ketakmenentu arah, sebaiknya kita tak harus memberi waktu
terhadap kasus LUSI, silahkan investigasi secepatnya bahwa ini memang karena
gempa, silahkan colecting data karena kalau ada gempa lain yg datang mungkin
data akibat gempa sebelumnya jadi bias lagi?, sedangkan data opartion
drilling tetap ada dan tersimpan dengan baik. Akhirnya IAGI akan punya suatu
suara untuk Kasus LUSI ini dan rekomendasinya biar para Ahli lain yg
mempertimbangkan, win-win solution.



On 3/9/07, Sunu Hadi Praptono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

 Salam sejahtera,



Kita ngomong langsung ke eksplorasi minyak saja lah.



Sebagian (besar) dari kita (geologist) yang bekerja di pertambangan dan
migas banyak berurusan dengan prospect generation, bagaimana meng-assess
suatu prospek hingga dapat mengundang investor untuk ngebor, atau ditambang.
Banyak resiko-resiko yang harus diperhitungkan supaya kerugian bisa sekecil
mungkin, atau keuntungan bisa diraih semaksimal mungkin. Aktivitas prospek
generation adalah aktivitas sangat-sangat kreatif dan menuntut ketenangan
batin agar bisa sebaik mungkin produknya.



Juga para ahli lain, seperti ahli pemboran dan services yang terkait,
semua bersiap-siap dengan ilmu yang ada agar aktivitas eksplorasi dapt
mencapai targetnya dengan sukses besar.



Selain itu ada aktivitas lain, yaitu evaluasi hasil eksplorasi, contohnya
hasil pemboran, apakah itu dry holes atau discoveries. Apa yang serba indah
sebelum suatu prospect dibor menjadi kelihatan "belangnya" semua setelah
target-target itu ditembus. Dalam kasus dry holes semua orang merasa jagoan
dan mentertawakan para terdakwa yang mengusulkan prospek itu. Karena memang
semuanya jadi serba mudah karena data sudah ada tersedia semua, ketahuan
mana yang mustinya begini atau begitu, tetapi tidak dilakukan, sehingga
hasilnya meleset dari harapan. Dalam pekerjaan evaluasi semua orang nampak
pinter, dan ketahuan semua "kesalahan" yang mustinya tidak dilakukan. ("kalo
aku jadi dia aku akan lakukan begini, bukan begitu. Ah kok tolol sekali sih
dia", semacam itu lah komentarnya.



Cobalah tengok dampak accident BJP  dalam kegiatan MIGAS kita. Betapa
orang sekarang ngeri menandatangani drilling proposal, geofisisist dan
geologist jadi tidak nyaman bekerja (bikin peta dll.) karena dihantui
konsekuensi-konsekuensi hukum yang sama sekali tidak terbayangkan
sebelumnya. Salah bikin prediksi kedalaman bisa masuk penjara. Well site
geologist salah deskripsi, bisa masuk penjara. Padahal dia kuliah dan
ditambah pengalaman bertahun-tahun belajar mendeskripsi untuk keperluan
eksplorasi migas, bukan shale layer ini bakal jadi mud volcano atau tidak.
Belum lagi mud logging engineer, dan semua services yang lain.



Siapa yang sangka akan berakibat sedahsyat itu ? Padahal, sebelumnya
akibat yang terjadi paling banter drill pipe kejepit, kalaupun blow out juga
paling beberapa hari. Pertanyaan paling penting lagi, kalo menilik
dimensinya, apa iya sih itu semua keluar dari lubang sekian inches dan
berbulan-bulan pula, jauh lebih besar dari volume reservoir yang dipetakan,
dengan produktivitas yang fenomenal pula. Andang mengatakan ada hal-hal
dalam aktivitas drilling yang salah, saya mau tanya apakah Anda bermaksud
menuduh bahwa si orang itu sengaja bikin gunung lumpur dengan langkah yang
dia/mereka tempuh ? Saya yakin para profesional yang bekerja di rig
mengambil keputusan-2 berdasarkan ilmunya sebagai tindaknya terbaik agar
mencapai hasil pemboran yang baik. Nggak pasang casing juga ada
perhitungannya yang bisa dipertanggungjawabkan, plus
pertimbangan-pertimbangan teknis historis dari pemboran di sumur ybs. Tapi,
bahwa tidak pasang casing adalah melanggar hukum, hukum yang mana? Apa ada
SOP bahwa sekian feet harus pasang casing ? Berapa banyak sumur yang tidak
dipasang casing di Indonesia ini ?



Namun, terlepas dari semua kontroversi yang muncul, secara umum yang jelas
dalam hal melindungi profesi memang kita kalah langkah dengan mereka di
negara maju. Dalam setiap software, setiap perkerjaan services, log,
processing, interpretasi dan lain-lain mereka selalu mencantumkan
disclaimer, yang menyatakan lepas tanggung jawab dari akibat-akibat hasil
pekerjaannya. Tujuannya melindungi para professional yang terlibat dari
tuntutan hukum, atas dampak tak diinginkan yang tidak teramalkan sebelumnya.



Karena disclaimer ini tidak lazim dalam culture eksplorasi di Indonesia,
posisi kaum profesi geologi jadi terjepit, dihadapkan dengan resiko yang
sangat besar, yang sangat tidak sebanding dengan gaji yang diterima. Menurut
saya itulah yang sekarang dalam kasus semacam ini menjadi tugas pokok IAGI
sebagai organisasi profesi: melindungi keselamatan profesi anggotanya. Kalau
itu belum tercantum dalam AD ART ya harus segera dicantumkan.



Terima kasih atas perhatiannya.



SHP.






--
OK TAUFIK

Kirim email ke