Artificial recharge adalah ide briliant untuk memecahkan masalah banjir Jakarta.
Teknologi "Artificial recharge" ini sudah diterapkan di Indonesia, sangat umum 
di dunia perminyakan sebagai WATER FLOODING sebagai cara untuk "menyapu" - 
minyak - "oil sweeping" dari sumur injeksi ke sumur produksi. Sumur-sumur di 
Chevron Minas, Duri, Pertamina Lirik, dsb sudah menggunakan metode ini.
Di Jepang dan Canada, reservoir ini bahkan untuk menyimpan cadangan minyak yang 
diimpor dari Arab, daripada membangun tanki-tanki minyak lebih baik disimpan di 
reservoir.
Juga dipakai untuk waste disposal baik oil sludge maupun water waste disposal 
dengan cara injeksi 'below formation fracture" ataupun 'above formation 
fracture'.

Jadi, Ide waduk resapan untuk mengurangi banjir -- apa nunggu air dari banjir 
dulu baru di injeksikan ?? -- sangat mungkin dilakukan dengan mudah. Prinsipnya 
ada akuifer yang menerus, cukup tebal, sumur injeksi, peralatan pompa dan pipa 
penyalur air, monitoring system dan engineering&database yang merekam seluruh 
proses.
Bila formasi akuifer sangat tebal > 20 m dan menerus ( pelamparannya sangat 
luas seperti sungai purba itu ) maka proses jenuhnya akan memakan waktu cukup 
lama bisa lebih dari 3-4 tahun bila diinjeksikan setiap hari > 300 m3 air. Nah, 
banjir Jakarta kan hanya dikit..walau 70% area dibanjiri tapi dalam tempo 2 
hari sudah surut drastis. Jadi yakin nggak akan jenuh tuh akuifer...wong 
nantinya juga disedot sama gedung-gedung bertingkat dan hotel2 itu yang 
memiliki kedalam sumur bor sampai 200 m. Asalkan yang diinjeksikan adalah air 
banjir dari hujan itu...bukan air limbah pabrik.
Biaya untuk mengebor sumur injeksi di Jakarta paling-paling 3 - 5 milyar 
rupiah, mungkin perlu sekitar 5-10 sumur di beberapa titik yang berhubungan 
dengan sungai purba itu dan didaerah rawan banjir. Jadi sangat murah dan hemat 
dibandingkan dengan "Jalur Banjir Kanal" baik Timur dan Barat itu...yang harus 
membebaskan ribuan hektar tanah warga.

Tapi bagi saya yang paling penting dalam urusan banjir ini ya...tata kotanya 
yang perlu dibenahi. Tahun 70an di Jakarta banyak situ-situ ( danau kecil ) 
hingga lebih dari 700 situ kini cuma tinggal 40 - 50 an di seantero 
jabotabek......wong situnya ditablek gedung dan real estate dan semen 
cor...bukan batuan sedimen mas...gimana mau meresap tuh air banjir... 
??..Sayang belum pernah terdengar ahli geologi sebagai kepala dinas tata kota 
Jakarta...hehehe.
  ----- Original Message ----- 
  From: Fajar Lubis 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Tuesday, March 13, 2007 3:40 PM
  Subject: RE: [iagi-net-l] Re: Sungai purba di bawah Jakarta?


  Setuju dengan pak Harry dan pak Budi, akifer perdefinisinya adalah lapisan 
yang mampu menyimpan dan meloloskan batuan. Jadi di alam, akuifer ini bisa 
berbentuk sungai purba yang bermeander dan tidak, ataupun dalam bentuk struktur 
endapan lapisan batuan lainnya.

  Yang menarik ide `pelacakan` sungai air purba ini justru untuk tujuan yang 
sebaliknya. Penentuan sebaran sungai purba ini adalah untuk merencanakan tempat 
pembangunan waduk resapan. Waduk resapan ini rencananya akan digunakan sebagai 
salahsatu alternatif untuk mengurangi banjir. Jadi diasumsikan, sungai-sungai 
purba di Jakarta ini adalah lapisan akuifer yang tidak bisa teraliri air karena 
tertutup oleh lapisan batuan sedimen.

  Artificial recharge atau pengisian airtanah secara buatan memang sudah 
saatnya diaplikasikan di Indonesia ini. Hanya asumsi diatas sangat menarik 
untuk diikuti perkembangannya. Kalau ternyata lapisan sungai-sungai purba ini 
jenuh air. Maka akanlah sulit upaya untuk menginjeksikan air permukaan 
kedalamnya. Positifnya, hal ini akan menambah daftar kekayaan cadangan 
sumberdaya air Jakarta.

  Mohon berbagi info, jika ada rekan-rekan IAGI yang ikut serta dalam 
penelitian ini.


  Salam,
  Fajar (1141)


------------------------------------------------------------------------------
  Be a PS3 game guru.
  Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo! Games.

Kirim email ke