Pak Noor, kalau cuma untuk air bersih kok kenapa harus ngebor dg diameter
gede , apa nantinya dibuat seperti sumur gali ( ambil airnya ditimba dg
ember )
setahu saya pada waktu P2AT dulu ngebor air didaerah Gn Kidul ( juga
didaerah gamping ) ini diameternya biasa biasa saja kemudian dipasang
pompa
air yang digerakan dg listrik/diesel diatasnya
dari informasi di millis ini juga ( dari pak Agus h ) " secara teknis
aliran
sungai bawah tanah di bribin memang sudah dilubangi untuk menurunkan
generator yang akan dipakai untuk menggerakkan turbin yang akan dipasang
di
dalam gua."
Nah kalau ini benar , mungkin skenarionya untuk menaikan air dari dalam
tanah tersebut dipompa dan energi listrik untuk memompanya dibangkitkan
dari
Turbin yang dipasang di Gua tsb (semacam PLTM)
secara ekonomis , mungkinlistrik yang dihasilkan ( Rp/Kwh ) akan jadi
mahal
karena biaya investasinya mahal ( termmasuk ngebor yang berdiameter lebar
dan pembersihan serta bangunan struktur bawah permukaannya ) , inilah yg
saya bilang Tidak Cucuk.
Namun biasanya proyek proyek semacam ini dibiayai dari dana murah (
Grant )
merupakan semacam pilot proyek ( G to G ) Jadinya Yo Cucuk. Cuma
kelemahannya biasanya " Kesianmbungannya" untuk biaya O & M nya karena
kalau
Proyek ini dinyatakan selesai sudah tidak ada lagi biaya yg
dikucurkannya,
akibatnya bisa terbelengkai apabila tidak didesain dari awal siapa yang
akan
bertanggung jawab thd O & M nya.
Juga mungkin yg perlu diperhatikan , karena nantinya di sungai bawah
tanah
ini akan ditaruh mesin mesin/Turbin , ini tentunya ada kemungkinan
"tercemar' oleh minyak-minyak dan oli kalau ada kebocoran atau perawatan
yang tidak bagus. disisi lain sungai 2 bawah tanah ini kan saling
berhubungan , kalau terjadi pencemaran tentunya juga akan cepat menyebar
kemana mana , Bagaimanja nanti kalau sumberair minum satu satunya
penduduk
Gn Kidul ini bau Minyak.... kan barabe..
Salam juga Mas Noor
( maklum kenalnya hanya dari "Dunia Maya ")
ISM
----- Original Message -----
From: noor syarifuddin
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, March 27, 2007 4:19 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa
Bribin
Gn Kidul
Pak Ismail,
Setahu saya sih hanya untuk sumber air bersih. Prosesnya dengan cara
dibor
dengan diameter yang cukup besar, jadi tidak pakai ledak-ledakan..:-).
salam,
----- Original Message ----
From: Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, March 28, 2007 11:09:22 AM
Subject: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin
Gn
Kidul
Kalau tidak salah dulu proyek Gua Bribin ini untuk dibikin Pembangkit
Listrik Tenaga air ( ? )
Melihat untuk merelaisasikan proyek ini harus " merusak" Gua Gua ( dg
meledakan segala) , apa tidak sayang , disisi lain kita konsen terhadap
klestarian alam.
Kalau dilihat "hasil" ( dari listrik yang dihasilkan nantinya mungkin
hanya puluhan- ratusan KW ) mungkin juga tidak terlalu banyak , apalagi
untuk daerah ini masih banyak alternatif lain ( menggunakan sumber energi
lain ) tanpa harus "merusak" alamnya.
Ora cucuk , istilah Gunung Kidule...
ISM
====================================
Penelusuran Sumber Air
Luweng Ngejring Akses Masuk Lain ke Goa Bribin di Gunung Kidul
Upaya penghancuran bebatuan yang menutup penampang Goa Bribin di Semanu,
Gunung Kidul, beberapa waktu lalu, masih menyisakan sedikit pekerjaan.
Belum
semua pecahan batu hasil peledakan yang melibatkan dua penyelam sifon
(pipa
penuh air) dari Jerman, Marco Wendelberger dan Matias Leyk, November
tahun
lalu, itu tersingkir.
Artinya masih ada sisa bebatuan yang membendung aliran air di dalam goa
berkedalaman sekitar 100 meter di bawah permukaan tanah tersebut. Batuan
itu
jelas menjadi penghambat pembangunan dam utama karena keberadaannya
membuat
permukaan air menjadi naik.
Beberapa upaya pun kembali dicoba, salah satunya mencari jalan lain untuk
masuk ke dalam penampang goa guna menyingkirkan batu-batu sisa secara
manual. Setelah melalui sejumlah pemikiran, pilihan pun tertuju ke luweng
atau lubang vertikal.
Lubang ini diharapkan bisa menjadi jalan masuk dari sisi lain. Mengingat,
untuk masuk dari jalan utama, yakni terowongan vertikal, hasil pengeboran
masih cukup sulit, meski kini telah terpasang lift.
Salah satu luweng yang kemudian menjadi pilihan adalah luweng Ngejring.
"Akhir bulan ini kami berencana untuk mencoba masuk ke dalam luweng
Ngejring. Kami masih menunggu situasi kondusif," ujar Dicky J Mesah,
Ketua
Acintyacunyata Speleological Club (ASC), pekan lalu.
ASC ialah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang
penelusuran goa yang juga terlibat dalam pembangunan bendungan sungai
bawah
tanah Bribin.
Tak mudah
Masuk dalam goa bawah tanah, apalagi yang jalurnya vertikal dan terdapat
sungai di dalamnya, bukan persoalan mudah. Selain keterampilan dan
dukungan
peralatan yang memadai, kondisi cuaca menjadi bagian yang tidak bisa
dianggap remeh.
Debit air sungai bawah tanah biasanya bertambah, seiring datangnya musim
hujan baik itu yang turun di daerah tersebut maupun di daerah hulu.
Sementara itu, luweng Ngejring yang berada sekitar satu kilometer arah
barat
daya dari titik pengeboran sebenarnya telah dimatikan (ditimbun).
Sekitar 40 tahun terakhir, warga sengaja menimbunnya dengan tanah untuk
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
"Berhubung ada rencana menjadikannya jalan masuk, maka Februari kemarin
warga bersama pihak-pihak terkait berupaya membuka kembali timbunan. Kini
lubang luweng ditutup memakai papan agar Lumpur tidak ikut masuk bersama
air
hujan," kata Dicky.
Ngejring merupakan luweng keempat yang akan dicoba sebagai jalan masuk ke
Bribin. Sebelumnya, ada tiga luweng lain di Kecamatan Semanu yang telah
dicoba. Namun, luweng-luweng itu tidak berhasil dimanfaatkan lantaran
beberapa masalah. Salah satunya ada luweng yang ujungnya menyempit
sehingga
tidak bisa dimasuki. "Karena tidak berhasil itulah, akhirnya diledakkan,"
kata Dicky.
Menurut Solichin selaku penghubung antara Universitas Kalsruhe Jerman dan
Pemprov DI Yogyakarta
dalam pembangunan bendungan Bribin di Indonesia, luweng Ngejring
merupakan
pintu masuk terdekat dengan lokasi reruntuhan. Hal ini sesuai dengan
pengukuran Matias Leyk.
Kalau sampai tembus ke dalam goa, menurut Solichin, hal itu merupakan
suatu
keuntungan. Kalau upaya ini berhasil, maka upaya menyingkirkan penghalang
bisa dilakukan lebih mudah.
"Memang ada rencana peledakan kembali tanggal 16-21 April mendatang oleh
tim
yang sama. ASC diharapkan mencari akses masuk lebih dulu," tuturnya.
Meledakkan batuan di dalam goa penuh air memang tidak mudah. Pengalaman
peledakan pertama yang melibatkan Profesor Nestmanm selaku pimpinan
proyek
dari Universitas Kalsruhe dan harus diulang hingga tiga kali akan menjadi
referensi tersendiri bagi para ahli terkait. (WER)
________________________________
It's here! Your new message!
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.