Betul Om Vicky, seperti saya tulis itu bahwa proyek ini merupakan pilot Proyek ( Riset) jadi bukan B to B tapi G to G . Prinsip sama dg Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA ) tapi bendungannya dibawah tanah ( sungai bawah tanah ) ada beberapa jenis PLTA ( sesuai kapasitasnya ) ada Piko Hidro, ada Micro Hidro , ada Mini Hidro ada PLTA , prisipnya sama . Biasanya untuk perhitungan daya nya ada Rumus P = 7,5 QH ( Kw ) Q= Debit H = Ketinggian ( nek gak salah lho maklum wis ora sinau meneh ) dadi kapasitas di Bribin tsb tergantung dg Q dan H didalam gua tsb , karena H didalam tanah biasanya kecil makanya fungsi utamannya ada di Q nya. Yang harus menjadi perhatian adalah karakteristik sungai bawah tanah lain dg sungai di permukaan, apa sungai tsb langsung drojos lurus kelaut apa ndadak mampir mampir dulu ( saling berhubungan dg sungai bawah tanah lainnya) , Yang namanya "Pembangkit Listrik" pasti ada oli nya dan setiap waktu tertentu ada perawatan mesin "Turun Mesin" nah disinilah yang harus hati hati karena biasanya ada limbah yang terbuang, lha nek mlayune limbah di permukaan gampang ngilangine. ( kabarnya kalau di PLTA Saguling lagi "Turun Mesin' maka banyak ikan dikeramba keramba dibawahnya podo klepekan ).Lha nek mlayune limbah dibawah permukaan dan mampir kemana mana kan barabe tadi. Sebetulnya gimana sih pola sungai bawah permukaannya , apa lurus lurus langsung kelaut atau saling berhubungan menjadi satu sistem terus baru ke laut ( mungkin ada yang pernah melakukan pemetaan sungai bawah permukaannya ) Sebetulnya ini bagus untuk Pembelajaran dari Aspek Geologi , teknik sipil dan mechanikalnya , seberapa jauh ya dilibatkannya poro Geolog di Ngayogyaokarto Hadiningrat terhadap proyek ini......

ISM



----- Original Message ----- From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:56 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn Kidul


Mas Ma-il
Intinya kalau kita biarkan air bawah tanah sungai bribin ini akan
mengalir sendiri ke Laut Kidul. Nah dengan tenaganya sendiri
(gravitasi) diubah dulu menjadi energi listrik, kemudian listriknya
dipakai untuk menaikkan air serta kebutuhan lainnya.

Jadi daripada air ngglontor dewe ke laut ya dimangfaatkan energinya
dengan membuat "bendungan". Bendungan ini yang dibuat dengan cara
unik, yaitu membuat lubang berukuran besar dengan dibor, ukuran lubang
bor ini 2.5 METER, iya dua setengah meter diameternya. Kalau di minyak
ngebor cuman 20 inci, ini ngebor dengan diameter 2.5 meter.

Proyek ini memang sangat berbau "riset". Tentunya setiap riset bukan
untuk keuntungan semata. Pihak Jerman tentunya juga pinter
memanfaatkan kondisi karst yg sangat khusus ini. Proyek inipun sudah
sejak tahun 2004 looh ...

rdp
referensi  :
http://www.freelists.org/archives/geologiugm/07-2004/msg00091.html


On 3/29/07, Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Pak Noor, kalau cuma untuk air bersih kok kenapa harus ngebor dg diameter
gede , apa nantinya dibuat seperti sumur gali ( ambil airnya ditimba dg
ember )
setahu saya pada waktu P2AT dulu ngebor air didaerah Gn Kidul ( juga
didaerah gamping ) ini diameternya biasa biasa saja kemudian dipasang pompa
air yang digerakan dg listrik/diesel diatasnya
dari informasi di millis ini juga ( dari pak Agus h ) " secara teknis aliran
sungai bawah tanah di bribin memang sudah dilubangi untuk menurunkan
generator yang akan dipakai untuk menggerakkan turbin yang akan dipasang di
dalam gua."
Nah kalau ini benar , mungkin skenarionya untuk menaikan air dari dalam
tanah tersebut dipompa dan energi listrik untuk memompanya dibangkitkan dari
Turbin yang dipasang di Gua tsb (semacam PLTM)
secara ekonomis , mungkinlistrik yang dihasilkan ( Rp/Kwh ) akan jadi mahal
karena biaya investasinya mahal ( termmasuk ngebor yang berdiameter lebar
dan pembersihan serta bangunan struktur bawah permukaannya ) , inilah yg
saya bilang Tidak Cucuk.
Namun biasanya proyek proyek semacam ini dibiayai dari dana murah ( Grant )
merupakan semacam pilot proyek ( G to G ) Jadinya Yo Cucuk. Cuma
kelemahannya biasanya " Kesianmbungannya" untuk biaya O & M nya karena kalau Proyek ini dinyatakan selesai sudah tidak ada lagi biaya yg dikucurkannya, akibatnya bisa terbelengkai apabila tidak didesain dari awal siapa yang akan
bertanggung jawab thd O & M nya.
Juga mungkin yg perlu diperhatikan , karena nantinya di sungai bawah tanah
ini akan ditaruh mesin mesin/Turbin , ini tentunya ada kemungkinan
"tercemar' oleh minyak-minyak dan oli kalau ada kebocoran atau perawatan
yang tidak bagus. disisi lain sungai 2 bawah tanah ini kan saling
berhubungan , kalau terjadi pencemaran tentunya juga akan cepat menyebar
kemana mana , Bagaimanja nanti kalau sumberair minum satu satunya penduduk
Gn Kidul ini bau Minyak....  kan barabe..


Salam juga  Mas Noor
( maklum kenalnya hanya dari "Dunia Maya ")

ISM



----- Original Message -----
From: noor syarifuddin
To: iagi-net@iagi.or.id

Sent: Tuesday, March 27, 2007 4:19 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin
Gn Kidul



Pak Ismail,
Setahu saya sih hanya untuk sumber air bersih. Prosesnya dengan cara dibor
dengan diameter yang cukup besar, jadi tidak pakai ledak-ledakan..:-).

salam,


----- Original Message ----
From: Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, March 28, 2007 11:09:22 AM
Subject: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn
Kidul



Kalau tidak salah dulu proyek Gua Bribin ini untuk dibikin Pembangkit
Listrik Tenaga air ( ? )
Melihat untuk merelaisasikan proyek ini harus " merusak" Gua  Gua ( dg
meledakan  segala) , apa tidak sayang , disisi lain kita konsen terhadap
klestarian alam.
Kalau dilihat "hasil"  ( dari listrik yang dihasilkan nantinya  mungkin
hanya puluhan- ratusan KW ) mungkin juga tidak terlalu banyak , apalagi
untuk daerah ini masih banyak alternatif lain ( menggunakan sumber energi
lain ) tanpa harus "merusak" alamnya.
Ora cucuk , istilah Gunung Kidule...

ISM
====================================




Penelusuran Sumber Air
Luweng Ngejring Akses Masuk Lain ke Goa Bribin di Gunung Kidul

Upaya penghancuran bebatuan yang menutup penampang Goa Bribin di Semanu,
Gunung Kidul, beberapa waktu lalu, masih menyisakan sedikit pekerjaan. Belum semua pecahan batu hasil peledakan yang melibatkan dua penyelam sifon (pipa penuh air) dari Jerman, Marco Wendelberger dan Matias Leyk, November tahun
lalu, itu tersingkir.

Artinya masih ada sisa bebatuan yang membendung aliran air di dalam goa
berkedalaman sekitar 100 meter di bawah permukaan tanah tersebut. Batuan itu jelas menjadi penghambat pembangunan dam utama karena keberadaannya membuat
permukaan air menjadi naik.

Beberapa upaya pun kembali dicoba, salah satunya mencari jalan lain untuk
masuk ke dalam penampang goa guna menyingkirkan batu-batu sisa secara
manual. Setelah melalui sejumlah pemikiran, pilihan pun tertuju ke luweng
atau lubang vertikal.

Lubang ini diharapkan bisa menjadi jalan masuk dari sisi lain. Mengingat,
untuk masuk dari jalan utama, yakni terowongan vertikal, hasil pengeboran
masih cukup sulit, meski kini telah terpasang lift.

Salah satu luweng yang kemudian menjadi pilihan adalah luweng Ngejring.
"Akhir bulan ini kami berencana untuk mencoba masuk ke dalam luweng
Ngejring. Kami masih menunggu situasi kondusif," ujar Dicky J Mesah, Ketua
Acintyacunyata Speleological Club (ASC), pekan lalu.

ASC ialah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang
penelusuran goa yang juga terlibat dalam pembangunan bendungan sungai bawah
tanah Bribin.

Tak mudah

Masuk dalam goa bawah tanah, apalagi yang jalurnya vertikal dan terdapat
sungai di dalamnya, bukan persoalan mudah. Selain keterampilan dan dukungan
peralatan yang memadai, kondisi cuaca menjadi bagian yang tidak bisa
dianggap remeh.

Debit air sungai bawah tanah biasanya bertambah, seiring datangnya musim
hujan baik itu yang turun di daerah tersebut maupun di daerah hulu.

Sementara itu, luweng Ngejring yang berada sekitar satu kilometer arah barat
daya dari titik pengeboran sebenarnya telah dimatikan (ditimbun).

Sekitar 40 tahun terakhir, warga sengaja menimbunnya dengan tanah untuk
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.

"Berhubung ada rencana menjadikannya jalan masuk, maka Februari kemarin
warga bersama pihak-pihak terkait berupaya membuka kembali timbunan. Kini
lubang luweng ditutup memakai papan agar Lumpur tidak ikut masuk bersama air
hujan," kata Dicky.

Ngejring merupakan luweng keempat yang akan dicoba sebagai jalan masuk ke
Bribin. Sebelumnya, ada tiga luweng lain di Kecamatan Semanu yang telah
dicoba. Namun, luweng-luweng itu tidak berhasil dimanfaatkan lantaran
beberapa masalah. Salah satunya ada luweng yang ujungnya menyempit sehingga
tidak bisa dimasuki. "Karena tidak berhasil itulah, akhirnya diledakkan,"
kata Dicky.

Menurut Solichin selaku penghubung antara Universitas Kalsruhe Jerman dan
Pemprov DI Yogyakarta

dalam pembangunan bendungan Bribin di Indonesia, luweng Ngejring merupakan
pintu masuk terdekat dengan lokasi reruntuhan. Hal ini sesuai dengan
pengukuran Matias Leyk.

Kalau sampai tembus ke dalam goa, menurut Solichin, hal itu merupakan suatu
keuntungan. Kalau upaya ini berhasil, maka upaya menyingkirkan penghalang
bisa dilakukan lebih mudah.

"Memang ada rencana peledakan kembali tanggal 16-21 April mendatang oleh tim
yang sama. ASC diharapkan mencari akses masuk lebih dulu," tuturnya.

Meledakkan batuan di dalam goa penuh air memang tidak mudah. Pengalaman
peledakan pertama yang melibatkan Profesor Nestmanm selaku pimpinan proyek
dari Universitas Kalsruhe dan harus diulang hingga tiga kali akan menjadi
referensi tersendiri bagi para ahli terkait. (WER)










































































 ________________________________
 It's here! Your new message!
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.


--
http://rovicky.wordpress.com/

----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------






----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke