Masalah limbah dari PLTMH di sungai bawah tanah, utamanya oli tentu cukup mengkhawatirkan juga. Lha wong limbah itu kan bisa mengganggu kelestarian flora dan fauna endemik kars di sana, sayang kan. Saya kemarin juga agak kaget membaca berita tentang proyek peledakan goa Bribin. Di sana disitir keterangan seorang ahli peledakan dari Pemkab. Jember. Setahu saya, yang bersangkutan itu hanya seorang juru ledak bukan ahli peledakan dan sudah cukup lama tidak terlibat di dalam kegiatan peledakan. Setahu saya yang bersangkutan sekarang ditempatkan di kantor Kecamatan Puger. Kebetulan saya cukup lama menangani K-3 pertambangan di Jatim termasuk peledakan, jadi ya saya kenal semua juru ledak tambang di Jatim. Bahkan saya juga cukup lama manangani masalah perizinan handak termasuk KIM (Kartu Izin Meledakkan). Jangan-jangan saat ini dia juga tidak memiliki KIM.
Saya tidak bermaksud apa-apa terhadap sang juru ledak tersebut, namun yang perlu difikirkan adalah masalah kelestarian ekokars itu sendiri. Kalo batu-batu di dasar sungai itu diledakkan dengan asal-asalan, tentunya hal itu akan bertentangan dengan apa yang sudah dicanangkan oleh Presiden SBY bahwa Pegunungan Sewu dan Pacitan Timur telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekokars pada akhir tahun 2004. Lagian kars Pegunungan Sewu ini kan konon diusulkan sebagai *World Heritage*. Jadi sebenarnya dalam kegiatan tersebut diperlukan seorang ahli peledakan yang merancang teknik peledakan bersama-sama dengan ahli kars, tentunya jangan meninggalkan ahli geologi. Salam, Pardan, Jatim. On 3/28/07, Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Betul Om Vicky, seperti saya tulis itu bahwa proyek ini merupakan pilot Proyek ( Riset) jadi bukan B to B tapi G to G . Prinsip sama dg Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA ) tapi bendungannya dibawah tanah ( sungai bawah tanah ) ada beberapa jenis PLTA ( sesuai kapasitasnya ) ada Piko Hidro, ada Micro Hidro , ada Mini Hidro ada PLTA , prisipnya sama . Biasanya untuk perhitungan daya nya ada Rumus P = 7,5 QH ( Kw ) Q= Debit H = Ketinggian ( nek gak salah lho maklum wis ora sinau meneh ) dadi kapasitas di Bribin tsb tergantung dg Q dan H didalam gua tsb , karena H didalam tanah biasanya kecil makanya fungsi utamannya ada di Q nya. Yang harus menjadi perhatian adalah karakteristik sungai bawah tanah lain dg sungai di permukaan, apa sungai tsb langsung drojos lurus kelaut apa ndadak mampir mampir dulu ( saling berhubungan dg sungai bawah tanah lainnya) , Yang namanya "Pembangkit Listrik" pasti ada oli nya dan setiap waktu tertentu ada perawatan mesin "Turun Mesin" nah disinilah yang harus hati hati karena biasanya ada limbah yang terbuang, lha nek mlayune limbah di permukaan gampang ngilangine. ( kabarnya kalau di PLTA Saguling lagi "Turun Mesin' maka banyak ikan dikeramba keramba dibawahnya podo klepekan ).Lha nek mlayune limbah dibawah permukaan dan mampir kemana mana kan barabe tadi. Sebetulnya gimana sih pola sungai bawah permukaannya , apa lurus lurus langsung kelaut atau saling berhubungan menjadi satu sistem terus baru ke laut ( mungkin ada yang pernah melakukan pemetaan sungai bawah permukaannya ) Sebetulnya ini bagus untuk Pembelajaran dari Aspek Geologi , teknik sipil dan mechanikalnya , seberapa jauh ya dilibatkannya poro Geolog di Ngayogyaokarto Hadiningrat terhadap proyek ini...... ISM ----- Original Message ----- From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]> To: <iagi-net@iagi.or.id> Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:56 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn Kidul > Mas Ma-il > Intinya kalau kita biarkan air bawah tanah sungai bribin ini akan > mengalir sendiri ke Laut Kidul. Nah dengan tenaganya sendiri > (gravitasi) diubah dulu menjadi energi listrik, kemudian listriknya > dipakai untuk menaikkan air serta kebutuhan lainnya. > > Jadi daripada air ngglontor dewe ke laut ya dimangfaatkan energinya > dengan membuat "bendungan". Bendungan ini yang dibuat dengan cara > unik, yaitu membuat lubang berukuran besar dengan dibor, ukuran lubang > bor ini 2.5 METER, iya dua setengah meter diameternya. Kalau di minyak > ngebor cuman 20 inci, ini ngebor dengan diameter 2.5 meter. > > Proyek ini memang sangat berbau "riset". Tentunya setiap riset bukan > untuk keuntungan semata. Pihak Jerman tentunya juga pinter > memanfaatkan kondisi karst yg sangat khusus ini. Proyek inipun sudah > sejak tahun 2004 looh ... > > rdp > referensi : > http://www.freelists.org/archives/geologiugm/07-2004/msg00091.html > > > On 3/29/07, Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >> >> >> Pak Noor, kalau cuma untuk air bersih kok kenapa harus ngebor dg diameter >> gede , apa nantinya dibuat seperti sumur gali ( ambil airnya ditimba dg >> ember ) >> setahu saya pada waktu P2AT dulu ngebor air didaerah Gn Kidul ( juga >> didaerah gamping ) ini diameternya biasa biasa saja kemudian dipasang >> pompa >> air yang digerakan dg listrik/diesel diatasnya >> dari informasi di millis ini juga ( dari pak Agus h ) " secara teknis >> aliran >> sungai bawah tanah di bribin memang sudah dilubangi untuk menurunkan >> generator yang akan dipakai untuk menggerakkan turbin yang akan dipasang >> di >> dalam gua." >> Nah kalau ini benar , mungkin skenarionya untuk menaikan air dari dalam >> tanah tersebut dipompa dan energi listrik untuk memompanya dibangkitkan >> dari >> Turbin yang dipasang di Gua tsb (semacam PLTM) >> secara ekonomis , mungkinlistrik yang dihasilkan ( Rp/Kwh ) akan jadi >> mahal >> karena biaya investasinya mahal ( termmasuk ngebor yang berdiameter lebar >> dan pembersihan serta bangunan struktur bawah permukaannya ) , inilah yg >> saya bilang Tidak Cucuk. >> Namun biasanya proyek proyek semacam ini dibiayai dari dana murah ( >> Grant ) >> merupakan semacam pilot proyek ( G to G ) Jadinya Yo Cucuk. Cuma >> kelemahannya biasanya " Kesianmbungannya" untuk biaya O & M nya karena >> kalau >> Proyek ini dinyatakan selesai sudah tidak ada lagi biaya yg >> dikucurkannya, >> akibatnya bisa terbelengkai apabila tidak didesain dari awal siapa yang >> akan >> bertanggung jawab thd O & M nya. >> Juga mungkin yg perlu diperhatikan , karena nantinya di sungai bawah >> tanah >> ini akan ditaruh mesin mesin/Turbin , ini tentunya ada kemungkinan >> "tercemar' oleh minyak-minyak dan oli kalau ada kebocoran atau perawatan >> yang tidak bagus. disisi lain sungai 2 bawah tanah ini kan saling >> berhubungan , kalau terjadi pencemaran tentunya juga akan cepat menyebar >> kemana mana , Bagaimanja nanti kalau sumberair minum satu satunya >> penduduk >> Gn Kidul ini bau Minyak.... kan barabe.. >> >> >> Salam juga Mas Noor >> ( maklum kenalnya hanya dari "Dunia Maya ") >> >> ISM >> >> >> >> ----- Original Message ----- >> From: noor syarifuddin >> To: iagi-net@iagi.or.id >> >> Sent: Tuesday, March 27, 2007 4:19 PM >> Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa >> Bribin >> Gn Kidul >> >> >> >> Pak Ismail, >> Setahu saya sih hanya untuk sumber air bersih. Prosesnya dengan cara >> dibor >> dengan diameter yang cukup besar, jadi tidak pakai ledak-ledakan..:-). >> >> salam, >> >> >> ----- Original Message ---- >> From: Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> >> To: iagi-net@iagi.or.id >> Sent: Wednesday, March 28, 2007 11:09:22 AM >> Subject: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin >> Gn >> Kidul >> >> >> >> Kalau tidak salah dulu proyek Gua Bribin ini untuk dibikin Pembangkit >> Listrik Tenaga air ( ? ) >> Melihat untuk merelaisasikan proyek ini harus " merusak" Gua Gua ( dg >> meledakan segala) , apa tidak sayang , disisi lain kita konsen terhadap >> klestarian alam. >> Kalau dilihat "hasil" ( dari listrik yang dihasilkan nantinya mungkin >> hanya puluhan- ratusan KW ) mungkin juga tidak terlalu banyak , apalagi >> untuk daerah ini masih banyak alternatif lain ( menggunakan sumber energi >> lain ) tanpa harus "merusak" alamnya. >> Ora cucuk , istilah Gunung Kidule... >> >> ISM >> ==================================== >> >> >> >> >> Penelusuran Sumber Air >> Luweng Ngejring Akses Masuk Lain ke Goa Bribin di Gunung Kidul >> >> Upaya penghancuran bebatuan yang menutup penampang Goa Bribin di Semanu, >> Gunung Kidul, beberapa waktu lalu, masih menyisakan sedikit pekerjaan. >> Belum >> semua pecahan batu hasil peledakan yang melibatkan dua penyelam sifon >> (pipa >> penuh air) dari Jerman, Marco Wendelberger dan Matias Leyk, November >> tahun >> lalu, itu tersingkir. >> >> Artinya masih ada sisa bebatuan yang membendung aliran air di dalam goa >> berkedalaman sekitar 100 meter di bawah permukaan tanah tersebut. Batuan >> itu >> jelas menjadi penghambat pembangunan dam utama karena keberadaannya >> membuat >> permukaan air menjadi naik. >> >> Beberapa upaya pun kembali dicoba, salah satunya mencari jalan lain untuk >> masuk ke dalam penampang goa guna menyingkirkan batu-batu sisa secara >> manual. Setelah melalui sejumlah pemikiran, pilihan pun tertuju ke luweng >> atau lubang vertikal. >> >> Lubang ini diharapkan bisa menjadi jalan masuk dari sisi lain. Mengingat, >> untuk masuk dari jalan utama, yakni terowongan vertikal, hasil pengeboran >> masih cukup sulit, meski kini telah terpasang lift. >> >> Salah satu luweng yang kemudian menjadi pilihan adalah luweng Ngejring. >> "Akhir bulan ini kami berencana untuk mencoba masuk ke dalam luweng >> Ngejring. Kami masih menunggu situasi kondusif," ujar Dicky J Mesah, >> Ketua >> Acintyacunyata Speleological Club (ASC), pekan lalu. >> >> ASC ialah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang >> penelusuran goa yang juga terlibat dalam pembangunan bendungan sungai >> bawah >> tanah Bribin. >> >> Tak mudah >> >> Masuk dalam goa bawah tanah, apalagi yang jalurnya vertikal dan terdapat >> sungai di dalamnya, bukan persoalan mudah. Selain keterampilan dan >> dukungan >> peralatan yang memadai, kondisi cuaca menjadi bagian yang tidak bisa >> dianggap remeh. >> >> Debit air sungai bawah tanah biasanya bertambah, seiring datangnya musim >> hujan baik itu yang turun di daerah tersebut maupun di daerah hulu. >> >> Sementara itu, luweng Ngejring yang berada sekitar satu kilometer arah >> barat >> daya dari titik pengeboran sebenarnya telah dimatikan (ditimbun). >> >> Sekitar 40 tahun terakhir, warga sengaja menimbunnya dengan tanah untuk >> dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. >> >> "Berhubung ada rencana menjadikannya jalan masuk, maka Februari kemarin >> warga bersama pihak-pihak terkait berupaya membuka kembali timbunan. Kini >> lubang luweng ditutup memakai papan agar Lumpur tidak ikut masuk bersama >> air >> hujan," kata Dicky. >> >> Ngejring merupakan luweng keempat yang akan dicoba sebagai jalan masuk ke >> Bribin. Sebelumnya, ada tiga luweng lain di Kecamatan Semanu yang telah >> dicoba. Namun, luweng-luweng itu tidak berhasil dimanfaatkan lantaran >> beberapa masalah. Salah satunya ada luweng yang ujungnya menyempit >> sehingga >> tidak bisa dimasuki. "Karena tidak berhasil itulah, akhirnya diledakkan," >> kata Dicky. >> >> Menurut Solichin selaku penghubung antara Universitas Kalsruhe Jerman dan >> Pemprov DI Yogyakarta >> >> dalam pembangunan bendungan Bribin di Indonesia, luweng Ngejring >> merupakan >> pintu masuk terdekat dengan lokasi reruntuhan. Hal ini sesuai dengan >> pengukuran Matias Leyk. >> >> Kalau sampai tembus ke dalam goa, menurut Solichin, hal itu merupakan >> suatu >> keuntungan. Kalau upaya ini berhasil, maka upaya menyingkirkan penghalang >> bisa dilakukan lebih mudah. >> >> "Memang ada rencana peledakan kembali tanggal 16-21 April mendatang oleh >> tim >> yang sama. ASC diharapkan mencari akses masuk lebih dulu," tuturnya. >> >> Meledakkan batuan di dalam goa penuh air memang tidak mudah. Pengalaman >> peledakan pertama yang melibatkan Profesor Nestmanm selaku pimpinan >> proyek >> dari Universitas Kalsruhe dan harus diulang hingga tiga kali akan menjadi >> referensi tersendiri bagi para ahli terkait. (WER) >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> ________________________________ >> It's here! Your new message! >> Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar. > > > -- > http://rovicky.wordpress.com/ > > ---------------------------------------------------------------------------- > Hot News!!! > CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to > [EMAIL PROTECTED] > Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the > 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, > Bali Convention Center, 13-16 November 2007 > ---------------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > > > ---------------------------------------------------------------------------- Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 ---------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------