sebenarnya tak ada kiri tak ada kanan Paklik, mungkin lintas ideologi, kalau
kelakuan politik lebih-lebih dari komunis, kalau ekonominya lebih-lebih dari
Kapitalis.

On 7/19/07, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Dalam dunia politik mereka (yg disebut-sebut dalam uraian pak Awang)
kelompok lefties ... atau sering disebut golongan kiri.
Kepentingan sosial lebih utama ketimbang hak individu
Low profile not pride
Kekuasaan dikuasai pemerintahan bersama, sedang right lebih memberikan
kekuasaan ke rakyat individu
Lefties biasanya secular sedang right lebih religious ... namun ini tidak
selalu, karena pernah suatu saat

Kalau ada yang tertarik istilah "golongan kiri" dan "golongan kanan" dalam
ilmu perpolitikan tentunya perseteruan kiri dan kanan ini cukup mengasyikkan
diikuti. Bahkan nanti akan terasa apakah kita ini cenderung krii atau
cenderung kanan. Dulu kita takut sekali kalau dicap gol kiri ... wupst !!
Namun ada yang mengatakan anak muda cenderung kiri setelah dewasa akan ke
kanan ... wah !!

rdp

On 7/19/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> >Awang
>
> Benar , tetapi harus diingat bahwa pemikiran politik Maxim Gorky
> merupakan turunan kesekian dari Marxisme dari Karl Marx . Sebagaimana
> Marxisme - Komunisme RRC   berbeda dengan USSR.
> Demikian juga dengan Pram , dia mengatakan dirinya penganut Pramisme
> (bukan Premanisme lho).
>
> Si-Abah
>
> _____________________________________________________________
>
>
>
>   Abah,
> >
> >
> >
> > Menurut saya, Pram lebih banyak dipengaruhi Maxim Gorky daripada Karl
> > Marx. Apa yang diceritakan di buku-bukunya mirip realita sosial
> seperti
> > karya sastra Maxim Gorky, Leo Tolstoy, Anton Chekov, dan John
> Steinbeck.
> > Penulis-penulis ini menyoroti realisme sosial, suatu realisme yang
> > berhubungan dengan masalah tanggung jawab sosial. Bahkan kisah Maxim
> > Gorky, Bapak sastra Soviet dan pencetus doktrin socialist realism,
> > segetir Pram juga.
> >
> >
> >
> > Salam,
> >
> > awang
> >
> >
> >
> >
> From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Sent: Thursday, July 19, 2007 12:51 C++
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Subject: Re: [iagi-net-l] OOT "Saya Terbakar Amarah Sendirian" !
> >
> >
> >
> >
> > Awang
> >
> > Sedari saya kecil saya sudah mengagumi Amarhum , buku buku lama eperti
>
> > Ceritera dari Blora , Keluarga Gerilya dsb saya baca berkali-kali.
> > Buku yang baru sudah sedikit berubah , lebih romantis walaupun pesan
> > pesannya mengeai penderitaan rakyat tertindas masih
> > mengemuka dengan nyata .
> >
> > Apakah dia seorang marxist ?
> >
> > Menurut saya dia berfikiran atau menganut sikap / pemikiran seorang
> > marxist walaupun dia tidak mengakui-nya.Coba saja baca dengan teliti
> > pesan pesan dalam buku buku-nya.
> > Tapi dia adalah mrxist nasionalist.
> > Dia seorang nasionalist yang mendambakan bangsa Indonesia bisa makmur
> > dan adil sejahtera , sebagimana diamanatkan dalam mukdimah Konstitusi
> > kita.
> >
> > Apakah dia perlu penghargaan ?
> >
> > Saya kira orang seperti Pram tidak merasa perlu piagam penghargan ,
> akan
> > tetapi kita sebagai bangsa yang besar wajib memberikan pengargaan
> > kepadanya , bkan saja untuk karya sastranya , akan tetapi
> onsistensi-nya
> > dalam bersikap sebagi nasionalist yang konsisten.
> > Hanya sayang-nya bangsa kita ini punya penyakit "aneh" , yaitu takut
> > mengargai karya warga bangsa-nya sendiri .
> > Lihat saja IAGI , berkali kali saya menyatakan didalam iagi-net ,
> betapa
> > penting-nya memberikan penghargaan profesional kepada warag negara RI
> > atau fuhak lain yang memberikan kontribusi yang luar biasa kepada
> > kebumian Indonesia , Ndak ada tuh yang menanggapi . Apa ini bukan aneh
>
> > (kata saya dan Anda).
> > Sampai adik saya yang saya sangat sayangi dan hormati -pun , ADBt yang
>
> > katanya geologist Merdeka tidak berani untuk melakukan hal itu dimasa
> > kepengurusan-nya
> >
> > So ,jangan berkecil hati lah.
> >
> > Si-Abah
> >
> > ______________________________________________________________________
>
> >
> >
> > Judul subyek di atas adalah judul sebuah buku relatif baru (Desember
> >> 2006) tentang Pramoedya Ananta Toer, banyak dianggap sebagai
> sastrawan
> >
> >> terbesar Indonesia dan dunia luar mengakuinya sebagai sastrawan kelas
>
> >> dunia, terbitan Kepustakaan Populer Gramedia. Buku ini memuat
> >> serangkaian wawancara antara Andre Vltchek dan Rossie Indira dengan
> > Pram
> >> pada Desember 2003-Maret 2004, dua tahun lebih sebelum Pram meninggal
>
> >> dunia pada akhir April 2006. Andre adalah seorang penulis, wartawan,
> >> sineas, dan analis politik asal Eropa Tengah. Rossie adalah penulis,
> >> sineas dan arsitek Indonesia. Kedua orang ini mahir berbahasa Rusia
> > dan
> >> Ceko, bahasa yang dipakainya ketika ngobrol dengan adik Pram yang
> > pernah
> >> lama tinggal di Rusia. Wawancara dengan Pram sendiri diadakan dalam
> >> bahasa Indonesia sebab Pram menolak berbahasa Inggris, seperti juga
> ia
> >
> >> menolak menulis buku2-nya dalam bahasa Inggris, walaupun buku2nya
> > telah
> >> diterjemahkan kedalam banyak bahasa.
> >>
> >>
> >>
> >> Wawancara bersifat langsung, menukik ke semua pokok persoalan,
> > termasuk
> >> masalah2 kritis seperti komunisme, atheisme, pembantaian Cina di
> >> Indonesia, dan borok-borok rekayasa politik Indonesia. Tegang
> >> membacanya, bersiaplah dengan berbagai guncangan ! Tetapi, akan juga
> >> kita temukan di dalamnya sebuah nasionalisme ala Pram, yang
> disebutnya
> >
> >> Pramisme. Akan juga kita temukan sebuah keunggulan individualisme
> yang
> >
> >> memukau, semangat pantang menyerah yang patut diteladani, tak kenal
> >> kompromi, keras, dan penghargaan yang hebat terhadap bahasa
> Indonesia.
> >
> >>
> >>
> >>
> >> Berikut beberapa pendapat dari buku tersebut menurut analisis politik
>
> >> Andre Vltchek.
> >>
> >>
> >>
> >> Abad kedua puluh ditandai dengan hampir tiada hentinya pesta terror
> > dan
> >> kekerasan serta penipuan dan pangkhianatan. Setiap manusia di
> berbagai
> >
> >> belahan dunia menyadari bahwa kebohongan yang diulang seribu kali
> pada
> >
> >> akhirnya dapat menjadi kebenaran, bahwa pendudukan yang brutal dapat
> >> diartikan sebagai pembebasan, dan membunuh jutaan orang tak berdosa
> >> dapat dibenarkan oleh para pemimpin negara-negara adikuasa atau bukan
>
> >> adikuasa sebagai harga yang harus dibayar demi kemajuan kemanusiaan,
> >> peradaban, dan kepentingan nasional. Jutaan orang lenyap di
> >> krematorium-krematorium, di kamp-kamp konsentrasi, di medan perang,
> >> ataupun di puing-puing kota yang hancur oleh bom.
> >>
> >>
> >>
> >> Tetapi, di tengah-tengah penjarahan dan kesemrawutan, ada
> >> manusia-manusia luar biasa yang berpendirian teguh dan terus melawan
> >> arus demi membela mereka yang teraniaya, mereka yang tersudut, dan
> > para
> >> korban pemerintahan yang kejam dan sewenang-wenang. Ini adalah
> >> manusia-manusia yang menentang demagogi, militerisme, dan kekuatan
> >> ekonomi dengan dua alat perlawanan terkuat yang diciptakan dan
> dikenal
> >
> >> manusia : pengetahuan dan kebenaran.
> >>
> >>
> >>
> >> Orang-orang luar biasa ini melawan kebohongan dengan kata-kata
> > sederhana
> >> yang masuk akal, melawan mitos-mitos yang membahayakan dengan
> >> fakta-fakta, melawan fanatisme agama dengan kebenaran. Sebagian dari
> >> mereka menghadapi kegilaan ini dengan senyuman sarkastik di bibir,
> >> sebagian lagi dengan ekspresi keras dengan mulut terkatup.
> >>
> >>
> >>
> >> Indonesia adalah negeri kepulauan terluas di dunia dengan ragam
> > budaya,
> >> suku, dan bahasa yang menakjubkan. Keragaman ini dipersatukan setelah
>
> >> Perang Dunia II. Sebelumnya, Indonesia dijajah dan diperas oleh
> >> kekuatan-kekuatan penjajah selama ratusan tahun. Tahun 1945 Indonesia
>
> >> merdeka, sebuah awal yang membanggakan. Tetapi, 20 tahun kemudian,
> > 1965,
> >> mulailah terror kediktatoran militer !
> >>
> >>
> >>
> >> Guru-guru dibunuh, studio film dan teater ditutup, bahasa Mandarin
> dan
> >
> >> hampir semua simbol kebudayaan Cina dilarang. Ratusan ribu, bahkan
> >> mungkin jutaan orang kehilangan nyawa : orang-orang Cina, orang-orang
>
> >> komunis, orang-orang atheis, orang-orang berpikiran maju, dan kaum
> >> minoritas. Ketidaktoleransian politik, etnik, dan agama mencengkeram
> >> negeri ini sejak itu, dan semakin memburuk. Kemampuan orang
> >> berargumentasi, bertanya, dan membandingkan sudah hilang, kreativitas
>
> >> dihancurkan dan didiskreditkan, keanekaragaman tidak didukung.
> >>
> >>
> >>
> >> Lalu Indonesia pun mengalami kehancuran sosial. Mayoritas penduduk
> > hidup
> >> dalam kondisi mengenaskan : tidak punya air layak minum, tidak
> > menikmati
> >> aliran listrik, lebih daripada setengah penduduk hidup dengan
> >> penghasilan kurang daripada dua dollar AS per hari. Di Indonesia
> semua
> >
> >> penduduk diwajibkan menganut salah satu agama, tetapi di Indonesia
> > juga
> >> terjadi ketidakberperikemanusiaan dan kebrutalan. Kebenaran jarang
> >> sekali mengemuka, para seniman harus tunduk kepada aturan, media
> massa
> >
> >> melakukan sensornya sendiri.
> >>
> >>
> >>
> >> Tetapi, seorang lelaki asal Blora bernama Pramoedya Ananta Toer,
> > selama
> >> 40 tahun ini terus menulis, mencoba merumuskan inti dan sejarah
> >> bangsanya yang masih belia dan menderita. Pram menulis di penjara, di
>
> >> kamp militer, di rumahnya sebagai terpidana tahanan rumah. Pram
> > menulis
> >> dalam "pengasingan diri", menulis dalam keadaan marah dan ngeri
> > melihat
> >> situasi dan kondisi negerinya. Banyak bukunya dibakar, yang selamat
> > dari
> >> api kemudian dilarang beredar.
> >>
> >>
> >>
> >> Beberapa cuplikan wawancara :
> >>
> >>
> >>
> >> T : Apakah perbedaan antara penjajahan Belanda dan Jepang ?
> >>
> >> J : Belanda mementingkan hukum sedangkan Jepang tidak. Dalam waktu
> > tiga
> >> hari setelah mendarat di Jawa, hampir semua serdadu Jepang terlibat
> >> dalam pemerkosaan wanita-wanita lokal. Pada saat itu wanita2 banyak
> > yang
> >> mencoreng-moreng mukanya sendiri dengan arang agar tidak dikenali
> >> sebagai wanita. Nenek2 pun melakukannya. Sejak awal invasi banyak
> >> kejadian aneh. Serdadu Jepang membuka pintu2 toko orang Cina dan
> >> mempersilakan para gerombolan pribumi untuk mengambil barang2nya.
> > Lalu,
> >> tiga hari kemudian gerombolan2 itu ditembak mati. Yang baik dari
> >> penjajahan Jepang hanya satu : kewajiban berbahasa Indonesia. Bahasa
> >> Indonesia berkembang pesat sejak saat itu.
> >>
> >>
> >>
> >> T : Jika kita menganalisis kudeta 1965 setelah hampir 40 tahun, ada
> > dua
> >> teori dasar yang mengemuka tentang apa yang terjadi. Versi pertama,
> > yang
> >> resmi, bahwa PKI-lah dalang G30S, bahwa PKI-lah yang menculik dan
> >> membunuh para jenderal. Versi kedua adalah yang terwakili dalam
> > "Cornell
> >> Paper", bahwa peristiwa G30S pada pokoknya merupakan konflik intern
> di
> >
> >> tubuh Angkatan Darat. Namun demikian, ada pula versi lain yang
> > sekarang
> >> mulai diadopsi oleh berbagai pihak di dunia, termasuk oleh para
> >> sejarahwan terkemuka di Indonesia, yaitu bahwa kudeta tersebut
> > dilakukan
> >> oleh salah satu faksi di militer yang pro-Soeharto, dan didukung oleh
>
> >> Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Apa pendapat Bung
> >> mengenai hal ini ?
> >>
> >> J : Tentu saja tujuan utama negara-negara Barat adalah menggulingkan
> >> Soekarno karena tiga prinsipnya : anti-klonialisme,
> anti-imperialisme,
> >
> >> anti-kapitalisme. Dan mereka yang ingin menjatuhkan Soekarno dan yang
>
> >> mau berkuasa mengambil kesempatan dari adanya friksi di dalam
> militer,
> >
> >> yang terpecah antara pendukung Soekarno dan pendukung Soeharto. Pada
> >> saat kudeta, salah satu faksi merencanakan dan melaksanakan
> pembunuhan
> >
> >> jenderal-jenderal, dan hal inilah yang memicu pembunuhan missal dan
> >> pendekanan-penekanan yang yang dilakukan oleh pendukung Soeharto.
> >> Korban2 pada saat itu termasuk orang-orang komunis, cina, dan
> > pendukung
> >> Soekarno. Jadi, menurut saya, ini yang terjadi : Militer dan Soeharto
>
> >> melakukan kudeta, dan kemudian mereka membunuh dua juta orang, dan
> >> menimpakan kesalahannya kepada orang lain. Anda mengerti tidak ?
> > Mereka
> >> membunuh dua juta orang untuk balas dendam terhadap apa yang
> > sebenarnya
> >> mereka lakukan sendiri !
> >>
> >> Di zaman kerajaan dahulu, kita punya cerita yang sama, yaitu cerita
> >> tentang Kebo Ijo, Ken Arok, dan Tunggul Ametung. Setelah Ken Arok
> >> membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok cuci tangan, dan setelah mengambil
>
> >> alih kekuasaan, Ken arok memerintahkan untuk menghukum mati Kebo Ijo,
>
> >> temannya karena menuduh Kebo Ijolah pembunuh Tunggul Ametung. Ken
> Arok
> >
> >> sengaja meminjamkan keris Mpu Gandring yang haus darah itu kepada
> Kebo
> >
> >> ijo beberapa hari sebelum Ken Arok membunuh Tunggul Ametung. Sialnya
> >> Kebo ijo, dia suka pamer kepada siapa pun dan mengaku2 bahwa keris
> > bagus
> >> itu adalah kerisnya sendiri. Maka ketika di tubuh Tunggul Ametung
> >> tertancap keris Ken Arok, orang tahu itu adalah keris Kebo Ijo.
> >>
> >>
> >>
> >> T : Berapa orang yang dibunuh setelah kudeta itu ?
> >>
> >> J : Menurut Sudomo jumlahnya dua juta orang. Tapi pembunuhan tersebut
>
> >> terutama dilakukan di bawah perintah Sarwo Edhie Wibowo, yang pada
> > saat
> >> itu dengan bangga mengatakan pasukannya telah membunuh tiga juta
> > orang.
> >> Dan dia hanya mengatakan soal korban di Pulau Jawa saja.
> >>
> >>
> >>
> >> T : Ada beberapa dokumen yang menunjukkan dan beberapa ilmuwan yang
> >> berpendapat bahwa militer amerika dan Indonesia merencanakan bersama
> >> kudeta 1965...
> >>
> >> J : jangan lupa senjata Amerika yang paling ampuh adalah dollarnya.
> > Dan
> >> jangan lupa pula bahwa Eisenhower, Presiden AS pada saat itu,
> >> memerintahkan untuk menyingkirkan Soekarno. Dia mengatakan hal ini
> > dalam
> >> beberapa pidatonya. Dan CIA memperalat Soeharto untuk melaksanakan
> hal
> >
> >> ini. Amerika punya pengaruh yang sangat besar terhadap militer
> >> Indonesia, dan kemudian pada Golkar. Walaupun pada saat itu kami
> sudah
> >
> >> menjadi tahanan politik, kami selalu tahu bahwa Amerika pasti berada
> > di
> >> belakang hal ini.
> >>
> >>
> >>
> >> T : Apakah Bung seorang Marxis ?
> >>
> >> J : Bukan, saya bukan Marxis, tapi "Pramis". Saya tidak pernah
> > menganut
> >> suatu ajaran apa pun, saya hanya mengikuti ajaran saya sendiri.
> > Belajar
> >> dari pengalaman hidup sendiri. Tapi saya percaya pada keadilan dan
> >> kesetaraan sosial.
> >>
> >>
> >>
> >> T : Apakah bung setuju dengan pendapat bahwa hal paling luar biasa
> > yang
> >> bisa dilakukan oleh seorang penulis untuk bangsanya adalah ketika ia
> >> bisa mengungkapkan bagian paling kelam bangsanya itu ?
> >>
> >> J : Tidak, saya tidak setuju dengan pendapat itu. Saya selalu melihat
>
> >> dunia ini secara dialektik. Jadi saya tidak pernah menggambarkan
> >> kejelekannya saja, tapi juga kebaikannya. Kalau saya gambarkan
> >> keburukannya saja, mungkin saya bisa sakit.
> >>
> >>
> >>
> >> T : Baru2 ini Gus Dur mengatakan pada kami bahwa dia sangat
> > menghormati
> >> Bung dan merencanakan untuk membuat yayasan dengan nama Bung. Yayasan
>
> >> ini dimaksudkan untuk membantu para korban 1965 dan keluarganya.
> > Apakah
> >> Bung punya harapan bahwa hal ini dapat memmbawa perubahan ?
> >>
> >> J : Sebagai mantan Ketua NU, Gus Dur ikut merasa berdosa atas apa
> yang
> >
> >> terjadi di masa lalu (pembantaian orang-orang yang dianggap komunis
> >> pasca kudeta 1965). Dia merasa bersalah, walaupun secara pribadi dia
> >> tidak terlibat dalam pembunuhan2 itu. Itu sih bagus-bagus saja, Cuma
> >> masalahnya Gus Dur itu terlalu dekat dengan militer, karena dia masih
>
> >> membutuhkan dukungan politik dan perlindungan dari mereka sebelum
> >> pemilu. Paling tidak dia membutuhkan perlindungan. Semua politikus
> > kita,
> >> kan, sangat oportunis.
> >>
> >>
> >>
> >> Akhir wawancara.
> >>
> >>
> >>
> >> T : Jadi Bung hidup terasing di negeri Bung sendiri ?
> >>
> >> J : Ya, saya hidup di dunia saya sendiri. Di luar itu yang ada hanya
> >> korupsi. Satu-satunya pemimpin, Soekarno, sudah tidak ada lagi.
> Inilah
> >
> >> balasan Indonesia pada saya. Negara yang dulu saya perjuangkan
> > sekarang
> >> dalam proses pembusukan, jadi bagaimana saya tidak marah ? Sangat
> >> bertolak-belakang dengan negara yang kami cita-citakan dahulu.
> > Hari-hari
> >> ini semakin banyak memori yang kembali. Kebanyakan teman saya sudah
> >> tidak ada lagi. Saya teringat akan dua juta orang yang dibunuh dan
> >> sungai-sungai penuh dengan mayat sehingga airnya menjadi merah karena
>
> >> darah. Bagaimana orang bisa membunuh sesamanya seperti itu ? Saya
> > tidak
> >> bisa bicara lagi soal hal ini. Terlalu emosional bagi saya.
> >>
> >>
> >>
> >> Ada ratusan tanya-jawab yang sangat kritis dan menukik pada pokok
> >> persoalan dapat ditemukan di buku ini tentang sejarah, kolonialisme,
> >> Soekarno, kudeta 1965, Jawanisme, Soeharto, Timor, Aceh, dan masa
> > depan
> >> Indonesia. Walaupun Pram tidak percaya kepada agama, berpendapat
> bahwa
> >
> >> berdoa adalah seperti mengemis, hanya percaya kepada dirinya sendiri
> > dan
> >> hanya bisa bergantung kepada dirinya sendiri - membaca buku-buku
> > sastra
> >> dan roman sejarah yang ditulisnya kita akan menemukan nasionalisme
> dan
> >
> >> humanisme di dalamnya. Dan, kekuatan individual seorang Pram sangat
> >> mengagumkan !
> >>
> >>
> >>
> >> Sebuah proyek buku "Ensiklopedia Kepulauan Indonesia" akan
> >> dikerjakannya dengan berbekal kepada referensi sepanjang empat meter
> >> yang telah dikumpulkannya. Apa daya, maut menjemputnya lebih dahulu
> > saat
> >> usianya 81 tahun pada 30 April 2006. Konsisten, tidak kenal kompromi,
>
> >> kekuatan, dan semangat sampai akhir !
> >>
> >>
> >>
> >> Sayang, sering kita selalu terlambat menghargai jasa seseorang.
> >> Negara-negara lain lebih dahulu menghargai Pram. Inilah daftar
> >> penghargaan buat Pram :
> >>
> >>
> >>
> >> 1988 PEN/Barbara Goldsmith Freedom to Write Award.
> >>
> >> 1989 The Fund for Free Expression Award, New York, USA.
> >>
> >> 1992 English P.E.N Centre Award, Great Britain.
> >>
> >> 1992 Stichting Wertheim Award, Netherland.
> >>
> >> 1995 Ramon Magsaysay Award for Journalism, Literature, and Creative
> >> Communication Arts.
> >>
> >> 1999 Doctor Honoris Causa from the University of Michigan.
> >>
> >> 1999 Chancellor's Distinguished Honor Award from the University of
> >> California, Berkeley.
> >>
> >> 2000 Chevalier de l'Ordre des Arts et des Lettres Republic of France.
>
> >>
> >> 2000 11th Fukuoka Asian Culture Prize.
> >>
> >> 2004 Norwegian Authors' Union award for his contribution to world
> >> literature and his continuous struggle for the right to freedom of
> >> expression.
> >>
> >> 2005 Global Intellectuals Poll by the Prospect.
> >>
> >>
> >>
> >> Pram juga beberapa kali masuk nominator hadiah Nobel. Tetapi, seperti
>
> > di
> >> buku ini, mengenai penghargaan Pram hanya bilang : "tak pernah
> >> mengharapkannya". "Saya mencoba untuk tidak terlalu mengharapkan
> > apa-apa
> >> dari dunia luar. Saya belajar untuk mengandalkan diri saya sendiri.
> >> Bahkan saya tidak pernah minta apapun dari orang tua saya sendiri"
> >>
> >>
> >>
> >> Berikut adalah karya utama Pram, masih banyak karya2nya yang di luar
> >> ini.
> >>
> >>
> >>
> >> Kranji-Bekasi Jatuh (1947)
> >>
> >> Perburuan (The Fugitive) (1950)
> >>
> >> Keluarga Gerilya (1950)
> >>
> >> Bukan Pasarmalam (1951)
> >>
> >> Cerita dari Blora (1952)
> >>
> >> Gulat di Jakarta (1953)
> >>
> >> Korupsi (Corruption) (1954)
> >>
> >> Midah - Si Manis Bergigi Emas (1954)
> >>
> >> Cerita Calon Arang (The King, the Witch, and the Priest) (1957)
> >>
> >> Hoakiau di Indonesia (1960)
> >>
> >> Panggil Aku Kartini Saja I & II (1962)
> >>
> >> The Buru Quartet
> >>
> >> Bumi Manusia (This Earth of Mankind) (1980)
> >>
> >> Anak Semua Bangsa (Child of All Nations) (1980)
> >>
> >> Jejak Langkah (Footsteps) (1985)
> >>
> >> Rumah Kaca (House of Glass) (1988)
> >>
> >> Gadis Pantai (The Girl from the Coast) (1982)
> >>
> >> Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (A Mute's Soliloquy) (1995)
> >>
> >> Arus Balik (1995)
> >>
> >> Arok Dedes (1999)
> >>
> >> Mangir (1999)
> >>
> >> Larasati (2000)
> >>
> >>
> >>
> >> "Soliloquy" - Nyanyi Sunyi, novelnya tentang penderitaan yang tak
> bisa
> >
> >> terucapkan di kamp konsentrasi Buru, tak hendak selamanya akan sunyi.
>
> >> Karya2 Pram sekarang bisa ditemukan cukup mudah di mana saja, bahkan
> > ada
> >> penerbit yang khusus menerbitkan buku2nya, yang bertahun-tahun lalu
> >> dilarang.
> >>
> >>
> >>
> >> "Memukau...pilu tiada akhir" (Noam Chomsky)
> >>
> >>
> >>
> >> Salam,
> >>
> >> awang
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >
> >
>
>


--
http://rovicky.wordpress.com/




--
OK TAUFIK

Kirim email ke