Yang jadi masalah bukanlah soal Pram itu marxist, tetapi karena Pram waktu zaman berjayanya PKI adalah tokoh Lekra yang menghajar orang2 /mengkebiri hak2nya orang yang pro-Manikebu, yang berhaluan liberal, bahkan sampai harus meringkuk di penjara. Mochtar Lubis, JB Yassin dsb sangat menderita waktu itu. Mochtar Lubis tidak mau disamakan dengan orang yang memberangus hak azasi manusia.
RPK
----- Original Message ----- From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Thursday, July 19, 2007 3:25 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] OOT "Saya Terbakar Amarah Sendirian" !


Sayangnya, mengapa Mochtar Lubis mesti mengembalikan penghargaan Raymond
Magsaysay yang diterimanya saat Pram diganjar penghargaan tersebut tahun
1995 ? Protes karena seorang yang dicap marxist diganjar penghargaan ?
Ah, itu kan karena kisah lama perseteruan antara Mochtar Lubis dengan
Pram tahun 1960-an. Asyik juga mengikuti karya sastra Mochtar Lubis,
terutama "Harimau-Harimau !"

Mbak Yuriza, jalan-jalannya jangan hanya ke Gramedia, ke Jakarta saja
kalau sedang digelar pameran buku di Senayan, 3x setahun oleh IKAPI.
Banyak sekali buku bagus, dari penerbit bagus dan sangat beragam, dengan
harga discount yang besar lagi - one stop shopping ! Mei lalu saya dapat
dua buku klasik kumpulan prosa dan puisi "Gema Tanah Air" dari H.B.
Jassin - masih buku2 aslinya, sudah menguning, sisa di gudang Balai
Pustaka - yakin tak akan ada dim ana pun selain di Balai Pustaka.

Salam,
awang

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, July 19, 2007 2:22 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] OOT "Saya Terbakar Amarah Sendirian" !

Abah,

Saya rasa tulisan tulisannya Mochtar Lubis juga cantik dan berat seperti
Pram, dia pun juga seorang idealis yang mengusung pesan nasionalis.
Sayang semenjak tergusurnya Indonesia Raya namanya kok hilang ya .....
at
least dari perhatian orang umum seperti saya ...
Pram dikagumi oleh "pihak luar", tapi selain dia juga ada penulis
penulis
lain yang keren punya .... kenapa kita cuma menengok kearah Pram ?,
karena
"orang luar" menengok kedia?.
Sayangnya kalau kita jalan jalan ke Gramed saat ini, nggak ada buku buku
bernuansa seperti itu lagi, apakah jaman sudah berubah sehingga orang
lebih
global cara berpikirnya ?.

y





            [EMAIL PROTECTED]



            07/19/2007 01:51
To
            PM                        iagi-net@iagi.or.id


cc


            Please respond to
Subject
            <[EMAIL PROTECTED]         Re: [iagi-net-l] OOT "Saya
Terbakar
                  .id>                Amarah Sendirian" !


















  Awang

Sedari saya kecil  saya sudah mengagumi Amarhum , buku buku lama eperti
Ceritera dari Blora , Keluarga Gerilya dsb saya baca berkali-kali.
Buku yang baru sudah sedikit berubah , lebih romantis walaupun pesan
pesannya mengeai penderitaan rakyat tertindas masih
mengemuka dengan nyata .

Apakah dia seorang marxist ?

Menurut saya dia berfikiran atau menganut sikap / pemikiran seorang
marxist
walaupun dia tidak mengakui-nya.Coba saja baca dengan teliti pesan pesan
dalam buku buku-nya.
Tapi dia adalah mrxist nasionalist.
Dia seorang nasionalist yang mendambakan bangsa Indonesia bisa makmur
dan
adil sejahtera , sebagimana diamanatkan dalam mukdimah Konstitusi kita.

Apakah dia perlu penghargaan ?

Saya kira orang seperti Pram tidak merasa perlu piagam penghargan , akan
tetapi kita sebagai bangsa  yang besar wajib memberikan pengargaan
kepadanya , bkan saja untuk karya sastranya , akan tetapi onsistensi-nya
dalam bersikap sebagi nasionalist yang konsisten.
Hanya sayang-nya bangsa kita ini punya penyakit "aneh" , yaitu takut
mengargai karya warga bangsa-nya sendiri .
Lihat saja IAGI , berkali kali saya menyatakan didalam iagi-net , betapa
penting-nya memberikan penghargaan profesional kepada warag negara RI
atau
fuhak lain yang memberikan kontribusi yang luar biasa kepada kebumian
Indonesia , Ndak ada tuh yang menanggapi . Apa ini bukan aneh (kata saya
dan Anda).
Sampai adik saya yang saya sangat sayangi dan hormati -pun , ADBt yang
katanya geologist Merdeka tidak berani untuk melakukan hal itu dimasa
kepengurusan-nya

So ,jangan berkecil hati lah.

Si-Abah

______________________________________________________________________


Judul subyek di atas adalah judul sebuah buku relatif baru (Desember
2006) tentang Pramoedya Ananta Toer, banyak dianggap sebagai sastrawan
terbesar Indonesia dan dunia luar mengakuinya sebagai sastrawan kelas
dunia, terbitan Kepustakaan Populer Gramedia. Buku ini memuat
serangkaian wawancara antara Andre Vltchek dan Rossie Indira dengan
Pram
pada Desember 2003-Maret 2004, dua tahun lebih sebelum Pram meninggal
dunia pada akhir April 2006. Andre adalah seorang penulis, wartawan,
sineas, dan analis politik asal Eropa Tengah. Rossie adalah penulis,
sineas dan arsitek Indonesia. Kedua orang ini mahir berbahasa Rusia
dan
Ceko, bahasa yang dipakainya ketika ngobrol dengan adik Pram yang
pernah
lama tinggal di Rusia. Wawancara dengan Pram sendiri diadakan dalam
bahasa Indonesia sebab Pram menolak berbahasa Inggris, seperti juga ia
menolak menulis buku2-nya dalam bahasa Inggris, walaupun buku2nya
telah
diterjemahkan kedalam banyak bahasa.



Wawancara bersifat langsung, menukik ke semua pokok persoalan,
termasuk
masalah2 kritis seperti komunisme, atheisme, pembantaian Cina di
Indonesia, dan borok-borok rekayasa politik Indonesia. Tegang
membacanya, bersiaplah dengan berbagai guncangan ! Tetapi, akan juga
kita temukan di dalamnya sebuah nasionalisme ala Pram, yang disebutnya
Pramisme. Akan juga kita temukan sebuah keunggulan individualisme yang
memukau, semangat pantang menyerah yang patut diteladani, tak kenal
kompromi, keras, dan penghargaan yang hebat terhadap bahasa Indonesia.



Berikut beberapa pendapat dari buku tersebut menurut analisis politik
Andre Vltchek.



Abad kedua puluh ditandai dengan hampir tiada hentinya pesta terror
dan
kekerasan serta penipuan dan pangkhianatan. Setiap manusia di berbagai
belahan dunia menyadari bahwa kebohongan yang diulang seribu kali pada
akhirnya dapat menjadi kebenaran, bahwa pendudukan yang brutal dapat
diartikan sebagai pembebasan, dan membunuh jutaan orang tak berdosa
dapat dibenarkan oleh para pemimpin negara-negara adikuasa atau bukan
adikuasa sebagai harga yang harus dibayar demi kemajuan kemanusiaan,
peradaban, dan kepentingan nasional. Jutaan orang lenyap di
krematorium-krematorium, di kamp-kamp konsentrasi, di medan perang,
ataupun di puing-puing kota yang hancur oleh bom.



Tetapi, di tengah-tengah penjarahan dan kesemrawutan, ada
manusia-manusia luar biasa yang berpendirian teguh dan terus melawan
arus demi membela mereka yang teraniaya, mereka yang tersudut, dan
para
korban pemerintahan yang kejam dan sewenang-wenang. Ini adalah
manusia-manusia yang menentang demagogi, militerisme, dan kekuatan
ekonomi dengan dua alat perlawanan terkuat yang diciptakan dan dikenal
manusia : pengetahuan dan kebenaran.



Orang-orang luar biasa ini melawan kebohongan dengan kata-kata
sederhana
yang masuk akal, melawan mitos-mitos yang membahayakan dengan
fakta-fakta, melawan fanatisme agama dengan kebenaran. Sebagian dari
mereka menghadapi kegilaan ini dengan senyuman sarkastik di bibir,
sebagian lagi dengan ekspresi keras dengan mulut terkatup.



Indonesia adalah negeri kepulauan terluas di dunia dengan ragam
budaya,
suku, dan bahasa yang menakjubkan. Keragaman ini dipersatukan setelah
Perang Dunia II. Sebelumnya, Indonesia dijajah dan diperas oleh
kekuatan-kekuatan penjajah selama ratusan tahun. Tahun 1945 Indonesia
merdeka, sebuah awal yang membanggakan. Tetapi, 20 tahun kemudian,
1965,
mulailah terror kediktatoran militer !



Guru-guru dibunuh, studio film dan teater ditutup, bahasa Mandarin dan
hampir semua simbol kebudayaan Cina dilarang. Ratusan ribu, bahkan
mungkin jutaan orang kehilangan nyawa : orang-orang Cina, orang-orang
komunis, orang-orang atheis, orang-orang berpikiran maju, dan kaum
minoritas. Ketidaktoleransian politik, etnik, dan agama mencengkeram
negeri ini sejak itu, dan semakin memburuk. Kemampuan orang
berargumentasi, bertanya, dan membandingkan sudah hilang, kreativitas
dihancurkan dan didiskreditkan, keanekaragaman tidak didukung.



Lalu Indonesia pun mengalami kehancuran sosial. Mayoritas penduduk
hidup
dalam kondisi mengenaskan : tidak punya air layak minum, tidak
menikmati
aliran listrik, lebih daripada setengah penduduk hidup dengan
penghasilan kurang daripada dua dollar AS per hari. Di Indonesia semua
penduduk diwajibkan menganut salah satu agama, tetapi di Indonesia
juga
terjadi ketidakberperikemanusiaan dan kebrutalan. Kebenaran jarang
sekali mengemuka, para seniman harus tunduk kepada aturan, media massa
melakukan sensornya sendiri.



Tetapi, seorang lelaki asal Blora bernama Pramoedya Ananta Toer,
selama
40 tahun ini terus menulis, mencoba merumuskan inti dan sejarah
bangsanya yang masih belia dan menderita. Pram menulis di penjara, di
kamp militer, di rumahnya sebagai terpidana tahanan rumah. Pram
menulis
dalam "pengasingan diri", menulis dalam keadaan marah dan ngeri
melihat
situasi dan kondisi negerinya. Banyak bukunya dibakar, yang selamat
dari
api kemudian dilarang beredar.



Beberapa cuplikan wawancara :



T : Apakah perbedaan antara penjajahan Belanda dan Jepang ?

J : Belanda mementingkan hukum sedangkan Jepang tidak. Dalam waktu
tiga
hari setelah mendarat di Jawa, hampir semua serdadu Jepang terlibat
dalam pemerkosaan wanita-wanita lokal. Pada saat itu wanita2 banyak
yang
mencoreng-moreng mukanya sendiri dengan arang agar tidak dikenali
sebagai wanita. Nenek2 pun melakukannya. Sejak awal invasi banyak
kejadian aneh. Serdadu Jepang membuka pintu2 toko orang Cina dan
mempersilakan para gerombolan pribumi untuk mengambil barang2nya.
Lalu,
tiga hari kemudian gerombolan2 itu ditembak mati. Yang baik dari
penjajahan Jepang hanya satu : kewajiban berbahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia berkembang pesat sejak saat itu.



T : Jika kita menganalisis kudeta 1965 setelah hampir 40 tahun, ada
dua
teori dasar yang mengemuka tentang apa yang terjadi. Versi pertama,
yang
resmi, bahwa PKI-lah dalang G30S, bahwa PKI-lah yang menculik dan
membunuh para jenderal. Versi kedua adalah yang terwakili dalam
"Cornell
Paper", bahwa peristiwa G30S pada pokoknya merupakan konflik intern di
tubuh Angkatan Darat. Namun demikian, ada pula versi lain yang
sekarang
mulai diadopsi oleh berbagai pihak di dunia, termasuk oleh para
sejarahwan terkemuka di Indonesia, yaitu bahwa kudeta tersebut
dilakukan
oleh salah satu faksi di militer yang pro-Soeharto, dan didukung oleh
Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Apa pendapat Bung
mengenai hal ini ?

J : Tentu saja tujuan utama negara-negara Barat adalah menggulingkan
Soekarno karena tiga prinsipnya : anti-klonialisme, anti-imperialisme,
anti-kapitalisme. Dan mereka yang ingin menjatuhkan Soekarno dan yang
mau berkuasa mengambil kesempatan dari adanya friksi di dalam militer,
yang terpecah antara pendukung Soekarno dan pendukung Soeharto. Pada
saat kudeta, salah satu faksi merencanakan dan melaksanakan pembunuhan
jenderal-jenderal, dan hal inilah yang memicu pembunuhan missal dan
pendekanan-penekanan yang yang dilakukan oleh pendukung Soeharto.
Korban2 pada saat itu termasuk orang-orang komunis, cina, dan
pendukung
Soekarno. Jadi, menurut saya, ini yang terjadi : Militer dan Soeharto
melakukan kudeta, dan kemudian mereka membunuh dua juta orang, dan
menimpakan kesalahannya kepada orang lain. Anda mengerti tidak ?
Mereka
membunuh dua juta orang untuk balas dendam terhadap apa yang
sebenarnya
mereka lakukan sendiri !

Di zaman kerajaan dahulu, kita punya cerita yang sama, yaitu cerita
tentang Kebo Ijo, Ken Arok, dan Tunggul Ametung. Setelah Ken Arok
membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok cuci tangan, dan setelah mengambil
alih kekuasaan, Ken arok memerintahkan untuk menghukum mati Kebo Ijo,
temannya karena menuduh Kebo Ijolah pembunuh Tunggul Ametung. Ken Arok
sengaja meminjamkan keris Mpu Gandring yang haus darah itu kepada Kebo
ijo beberapa hari sebelum Ken Arok membunuh Tunggul Ametung. Sialnya
Kebo ijo, dia suka pamer kepada siapa pun dan mengaku2 bahwa keris
bagus
itu adalah kerisnya sendiri. Maka ketika di tubuh Tunggul Ametung
tertancap keris Ken Arok, orang tahu itu adalah keris Kebo Ijo.



T : Berapa orang yang dibunuh setelah kudeta itu ?

J : Menurut Sudomo jumlahnya dua juta orang. Tapi pembunuhan tersebut
terutama dilakukan di bawah perintah Sarwo Edhie Wibowo, yang pada
saat
itu dengan bangga mengatakan pasukannya telah membunuh tiga juta
orang.
Dan dia hanya mengatakan soal korban di Pulau Jawa saja.



T : Ada beberapa dokumen yang menunjukkan dan beberapa ilmuwan yang
berpendapat bahwa militer amerika dan Indonesia merencanakan bersama
kudeta 1965...

J : jangan lupa senjata Amerika yang paling ampuh adalah dollarnya.
Dan
jangan lupa pula bahwa Eisenhower, Presiden AS pada saat itu,
memerintahkan untuk menyingkirkan Soekarno. Dia mengatakan hal ini
dalam
beberapa pidatonya. Dan CIA memperalat Soeharto untuk melaksanakan hal
ini. Amerika punya pengaruh yang sangat besar terhadap militer
Indonesia, dan kemudian pada Golkar. Walaupun pada saat itu kami sudah
menjadi tahanan politik, kami selalu tahu bahwa Amerika pasti berada
di
belakang hal ini.



T : Apakah Bung seorang Marxis ?

J : Bukan, saya bukan Marxis, tapi "Pramis". Saya tidak pernah
menganut
suatu ajaran apa pun, saya hanya mengikuti ajaran saya sendiri.
Belajar
dari pengalaman hidup sendiri. Tapi saya percaya pada keadilan dan
kesetaraan sosial.



T : Apakah bung setuju dengan pendapat bahwa hal paling luar biasa
yang
bisa dilakukan oleh seorang penulis untuk bangsanya adalah ketika ia
bisa mengungkapkan bagian paling kelam bangsanya itu ?

J : Tidak, saya tidak setuju dengan pendapat itu. Saya selalu melihat
dunia ini secara dialektik. Jadi saya tidak pernah menggambarkan
kejelekannya saja, tapi juga kebaikannya. Kalau saya gambarkan
keburukannya saja, mungkin saya bisa sakit.



T : Baru2 ini Gus Dur mengatakan pada kami bahwa dia sangat
menghormati
Bung dan merencanakan untuk membuat yayasan dengan nama Bung. Yayasan
ini dimaksudkan untuk membantu para korban 1965 dan keluarganya.
Apakah
Bung punya harapan bahwa hal ini dapat memmbawa perubahan ?

J : Sebagai mantan Ketua NU, Gus Dur ikut merasa berdosa atas apa yang
terjadi di masa lalu (pembantaian orang-orang yang dianggap komunis
pasca kudeta 1965). Dia merasa bersalah, walaupun secara pribadi dia
tidak terlibat dalam pembunuhan2 itu. Itu sih bagus-bagus saja, Cuma
masalahnya Gus Dur itu terlalu dekat dengan militer, karena dia masih
membutuhkan dukungan politik dan perlindungan dari mereka sebelum
pemilu. Paling tidak dia membutuhkan perlindungan. Semua politikus
kita,
kan, sangat oportunis.



Akhir wawancara.



T : Jadi Bung hidup terasing di negeri Bung sendiri ?

J : Ya, saya hidup di dunia saya sendiri. Di luar itu yang ada hanya
korupsi. Satu-satunya pemimpin, Soekarno, sudah tidak ada lagi. Inilah
balasan Indonesia pada saya. Negara yang dulu saya perjuangkan
sekarang
dalam proses pembusukan, jadi bagaimana saya tidak marah ? Sangat
bertolak-belakang dengan negara yang kami cita-citakan dahulu.
Hari-hari
ini semakin banyak memori yang kembali. Kebanyakan teman saya sudah
tidak ada lagi. Saya teringat akan dua juta orang yang dibunuh dan
sungai-sungai penuh dengan mayat sehingga airnya menjadi merah karena
darah. Bagaimana orang bisa membunuh sesamanya seperti itu ? Saya
tidak
bisa bicara lagi soal hal ini. Terlalu emosional bagi saya.



Ada ratusan tanya-jawab yang sangat kritis dan menukik pada pokok
persoalan dapat ditemukan di buku ini tentang sejarah, kolonialisme,
Soekarno, kudeta 1965, Jawanisme, Soeharto, Timor, Aceh, dan masa
depan
Indonesia. Walaupun Pram tidak percaya kepada agama, berpendapat bahwa
berdoa adalah seperti mengemis, hanya percaya kepada dirinya sendiri
dan
hanya bisa bergantung kepada dirinya sendiri - membaca buku-buku
sastra
dan roman sejarah yang ditulisnya kita akan menemukan nasionalisme dan
humanisme di dalamnya. Dan, kekuatan individual seorang Pram sangat
mengagumkan !



Sebuah proyek buku "Ensiklopedia Kepulauan Indonesia" akan
dikerjakannya dengan berbekal kepada referensi sepanjang empat meter
yang telah dikumpulkannya. Apa daya, maut menjemputnya lebih dahulu
saat
usianya 81 tahun pada 30 April 2006. Konsisten, tidak kenal kompromi,
kekuatan, dan semangat sampai akhir !



Sayang, sering kita selalu terlambat menghargai jasa seseorang.
Negara-negara lain lebih dahulu menghargai Pram. Inilah daftar
penghargaan buat Pram :



1988 PEN/Barbara Goldsmith Freedom to Write Award.

1989 The Fund for Free Expression Award, New York, USA.

1992 English P.E.N Centre Award, Great Britain.

1992 Stichting Wertheim Award, Netherland.

1995 Ramon Magsaysay Award for Journalism, Literature, and Creative
Communication Arts.

1999 Doctor Honoris Causa from the University of Michigan.

1999 Chancellor's Distinguished Honor Award from the University of
California, Berkeley.

2000 Chevalier de l'Ordre des Arts et des Lettres Republic of France.

2000 11th Fukuoka Asian Culture Prize.

2004 Norwegian Authors' Union award for his contribution to world
literature and his continuous struggle for the right to freedom of
expression.

2005 Global Intellectuals Poll by the Prospect.



Pram juga beberapa kali masuk nominator hadiah Nobel. Tetapi, seperti
di
buku ini, mengenai penghargaan Pram hanya bilang : "tak pernah
mengharapkannya". "Saya mencoba untuk tidak terlalu mengharapkan
apa-apa
dari dunia luar. Saya belajar untuk mengandalkan diri saya sendiri.
Bahkan saya tidak pernah minta apapun dari orang tua saya sendiri"



Berikut adalah karya utama Pram, masih banyak karya2nya yang di luar
ini.



Kranji-Bekasi Jatuh (1947)

Perburuan (The Fugitive) (1950)

Keluarga Gerilya (1950)

Bukan Pasarmalam (1951)

Cerita dari Blora (1952)

Gulat di Jakarta (1953)

Korupsi (Corruption) (1954)

Midah - Si Manis Bergigi Emas (1954)

Cerita Calon Arang (The King, the Witch, and the Priest) (1957)

Hoakiau di Indonesia (1960)

Panggil Aku Kartini Saja I & II (1962)

The Buru Quartet

Bumi Manusia (This Earth of Mankind) (1980)

Anak Semua Bangsa (Child of All Nations) (1980)

Jejak Langkah (Footsteps) (1985)

Rumah Kaca (House of Glass) (1988)

Gadis Pantai (The Girl from the Coast) (1982)

Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (A Mute's Soliloquy) (1995)

Arus Balik (1995)

Arok Dedes (1999)

Mangir (1999)

Larasati (2000)



"Soliloquy" - Nyanyi Sunyi, novelnya tentang penderitaan yang tak bisa
terucapkan di kamp konsentrasi Buru, tak hendak selamanya akan sunyi.
Karya2 Pram sekarang bisa ditemukan cukup mudah di mana saja, bahkan
ada
penerbit yang khusus menerbitkan buku2nya, yang bertahun-tahun lalu
dilarang.



"Memukau...pilu tiada akhir" (Noam Chomsky)



Salam,

awang










This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain  confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any  other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.

------------------------------------------------------------------------
----
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
[EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
------------------------------------------------------------------------
----
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------


----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------




----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke