Akan lebih baik lagi bila tersedia digital microscope dan bisa dilakukan Whole 
thin section imaging, maka penghitungan porosity mungkin akan lebih mewakili.

Goodluck

AnssM
  ----- Original Message ----- 
  From: Shofiyuddin 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Monday, August 06, 2007 3:53 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] 2nd Porosity Petrophysic vs Petrography in Carbonate


  Saya lagi merencanakan untuk point count (250) untuk mendeskripsi tipe 
porosity dan jumlahnya (interparticle, intraparticle, separate vug dan 
connected vug). Semoga saja ini bisa untuk menjelaskan fenomena lognya. 



   
  On 8/6/07, Andri Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
    Mungkin ini bisa jadi jalan tengah, yaitu mengawinkan log petrology & 
petrophysic. Saya pernah melakukan quantitative petrological analyses dari 
cutting. Hasilnya berupa angka porositas dalam %. Pekerjaan ini memerlukan 
ketelitian dalam pengamatan porisitas dalam butiran cutting, oleh karena itu 
untuk satu sayatan dari range kedalaman tertentu bisa dipotret sampai 100 kali 
dan kemudian setiap temuan tekstur dan porositas dimasukan dalam tabel. Hasil 
penghitungan porositas tiap kedalaman lalu kita plot terhadap kedalaman, mirip 
grafik log. Grafik log petrologi lalu kita sandingkan dengan petrofisik. Pada 
waktu kami kerjakan analisis petrologi kuantitatif dan petrofisik ternyata bisa 
saling membantu. Selamat mencoba. 


    Salam 

    AnssM
      ----- Original Message ----- 
      From: Shofiyuddin 
      To: iagi-net@iagi.or.id 
      Sent: Monday, August 06, 2007 11:34 AM
      Subject: Re: [iagi-net-l] 2nd Porosity Petrophysic vs Petrography in 
Carbonate

       
      Mas Andri,
      Memang segala sesuatunya harus kembali kepada asal. Nah log pun sama, 
harus dikalibrasi lagi kepada batuannya, bentuknya bisa kepada deskripsi batuan 
inti (core), sayatan tipis, SEM dan XRD. Begitu juga dengan sifat fisik batuan 
laen seperti porosity dan permeability. Tanpa itu, log tidak punya referensi. 

      Kalo kita bicara batuan, kita bicara yang paling detil (dari micron same 
meter. Kalo kita bicara log, kita bicara dibilangan cm sampe meteran, 
tergantung jenis lognya apa. Bicara seismik bicara pada kisaran yang lebih 
besar lagi dari log. 

      Nah yang sedang saya share ini bagaimana usaha kita untuk mengenal adanya 
porositas sekunder dari log dimana dari pengamatan core ditemukan adanya vuggy 
porosity. Secara umum, sonic log sering disebut sebagai salah satu tool yang 
cukup efektif untuk mengenal porositas sekunder ini sehingga banyak persamaan 
muncul yang diertai dengan asumsi yang berbeda berbeda beda. Salah satu contoh 
adalah penggunaan rumus SPI (Secondary Poroitas Index) digunakan dengan aumsi 
bahwa sonic log tidak melihat sama sekali adanya vug, jadi selisih antara 
porositas total dengan sonic dilihat sebagai adanya porosoitas sekunder. Untuk 
rumus Nurmi sedikit laen lagi karena dianggap alat sonik mampu untuk melihat 
"sebagian vuggy porosity, sekitar 50% dari aktual" nya. Nah begitu juga yang 
rumus yang laen. 

      Yang menjadi masalah ditempat saya adalah kenapa justru porositas yang 
dihitung daro sonik kok lebih besar dari porositas totalnya (yang dihitung dari 
density dan neutron log)? nah itu yang saya lagi cari pak.

      Salam 

      Shofi




       
      On 8/6/07, Andri Subandrio <[EMAIL PROTECTED] > wrote: 
        Bung Shofiyuddin yng budiman, saya bukan ahli petrophysic, tapi saya 
mau sharing atas dasar pengalaman saya bekerja sebagai petrologis untuk 
reservoir karbonat. Sebelumnya saya mohon segera dikorensi apabila ada yang 
kurang tepat. Beberapa ayang perlu diperhatikan pada karbonat antara lain : 
        1. Geometri, dimensi dan skala: Karbonat terutama yang berasosiasi 
dengan reef dan paparan mempunya geometri yang berbeda dengan klastik biasa 
seperti batupasir. Misalnya pada reef, tekstur dan besar butirnya sangat 
beragam tergantung jenis  "organik" seperti coral and associate yang tumbuh 
berdasarkan kedalaman. Pada lingkungan ini kemunginan ada 'primary porosity" 
yaitu terdapat disela-sela kerangka. Geometri seperti ini akan sangat baik 
direkonstruksi dengan pemodelan yang dibangun dari pengamatan lapangan modern 
reef seperti pulau Seribu dan ancient reef seperti di Formasi Rajamandala 
Ciatatah - Padalarang dan tentunya data bawah pemukaan geologi reservoir yang 
menjadi target. 

        2. Secondary porosoity didalam karbonat masuk dalam wilayah 
"diagenesis" yang berkaitan dengan fasies, lingkungan pengendapan dan 
"exposure" phenomena pasca sedimentasi dan litifikasi. Di Indonesia, 2nd 
Porosity (2nd por) umumnya dikontrol oleh diagenesis, sedang di arid climate 
seperti di mediterania sebagian porosity dikontrol oleh facies, misalnya pada 
oolitic limestone positasnya mirip dengan batupasir yang well rounded. 2nd Por 
didaerah tropis umumnya disebabkan pelarutan "fresh water" setelah formasi 
batugamping ter "expose" diatas muka laut. Pelarutan ini biasanya didahului 
dengan berkembangnya  "fracture network", lalu air tawar yang umumnya air hujan 
mulai bekerja membentuk porositas atau ruang-ruang yang dapat menghasilkan 
pori-pori yang kecil hingga raksasa! Karena itu tida heran 2nd por di ls 
(limestone) bisa dimasuki orang bahkan di Perancis gua-guanya bisa dipakai 
berlayar dengan boat! Dengan demikian dimensi di golkar (golongan karbonat) 
bukanlah hal yang sederhana untuk dipahami. 

        3. Resolusi petrofisika vs petrography: petrofisika resolusinya mungkin 
dalam dimensi cm hingga dm (atau bahkan meter ?), karenanya segmen yang bisa di 
'trace" dalam log mungkin masih relatif kasar bila dibandingan dengan 
mikroskopis dari sayatan tipis. Dengan petrografi dapat diamati besaran dari 
mikron hingga mm, selain itu kita akan dapat melihat bagaimana  fasies dan 
sejarah diagenesisnya. Dengan penelitian diagenesis ls, dapat diperkirakan 
bagaimana distribusi 2nd por nya. Data seismik juga bisa kolaburasi dengan 
petrografi, terutama untuk memperkirakan geometri dan dimensi paparan 
karbonatnya. Mungkin perlu kerjasama yang baik antara divisi petrologi, 
petrofisik dan seismik untuk membangun model underground golkar. Cutting 
petrologic analyses bisa sangat membantu petrofisik untuk memahami development 
of 2nd porosity" Selamat Ber" golkar" ria. 

        Salam

        Andri Subandrio
        ----- Original Message ----- 
          From: 

Kirim email ke