Frank -

Kalau West Africa memang saya lebih setuju kalu pembentukan depocenter ini
dipengaruhi oleh strike slip fault pada transfer zone yang mengakomodasi
rifting di Atlantic sejak jaman Aptian. Transfer zone ini juga menjadi zona
lemah yang memungkinkan mengalirnya sungai-sungai besar yang membawa sedimen
dari Africa highland ke cekungan di Afrika Barat.

Kalau dilihat-lihat transfer zone ini long lasting dan beberapa peneliti
percaya bahwa zona lemah ini merupakan reaktivasi berulang-ulang sejak jaman
Pra-kambrium. Dan genesis reaktivasi itu bermacam-macam, ada yang sekedar
strike slip bahkan juga kadang menjadi rift basin, dan mungkin juga hanya
sekedar aulacogen (failed rift). Niger Delta juga kemungkinan dipengaruhi
salah satu transfer zone ini. Begitu juga dengan Lower Congo yang dialiri
oleh Congo River Canyon yang membelah West Africa highland sehingga
mengalirkan hampir seluruh sistem drainase Congo/Zaire.

Yang menarik, salah satu struktur transfer zone besar di West Southern
Africa, yaitu Damara-Lufilian Belt (DLB) ternyata tidak menghasilkan
cekungan sedimentasi besar di offshore Namibia. Mungkin seperti Sao-Tome-nya
Frank. DLB Belt ini, yang sekarang teraktivasi menjadi Walvis Ridge malah
menjadi pemisah antara Namib Basin dan Orange Basin di South Africa. DLB ini
menarik karena sudah aktif sejak jaman Neoproterozoikum memisahkan
Congo/Angola craton dengan Kaapval craton di South Africa. Dulunya
berkembang sebagai zona subduksi sehingga banyak terjadi mineralisasi di
interior Africa.

Meski pun di offshore tidak berkembang cekungan ang besar, DLB ini justru
menghasilkan cekungan sedimentasi aktif sejak jaman Pra-kambrium. Menurut
Miller (1983), DLB ini juga merupakan salah satu Neoproterozoic rift basin
yang mengendapkan stromatolitic carbonate dan dolomite yang berasosiasi
dengan glacial deposit (Sturtian dan Marinoan). Di jaman Mesozoic, struktur
ini juga terreaktivasi lagi menjadi endapan Karoo yang mulai diuber-uber
industri minyak sejak suksesnya Sudan dan Anza rift basin. Bahkan sampai
Tertiary pun, rift masih berkembang lagi - tereaktivasi menjadi rift basin
sempit yang salah satunya menjadi endapan Okavango Delta yang merupakan
interior delta terbesar di dunia. Eksplorasi di Tertiary rift basin di
Africa pun sudah menunjukan hasilnya, salah satunya di perbatasan Uganda dan
Kongo dengan beberapa oil discovery yang dibor oleh Tullow Oil.

Kembali ke Mahakam, secara regional, segmentasi cekungan Mahakam memang juga
dikontrol oleh beberapa NW-SE struktur yang besar kemungkinan merupakan
transfer zone. Salah satunya mungkin merupakan aulacogen rift yang disebut
pak Awang, tetapi ada beberapa struktur lagi yang dulu banyak dilihat-lihat
sama Pak Iwan Busono dan Pak Noor Syarifuddin.

Salam -

On 9/16/07, Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
> Terima kasihatas penjelasannya Pak Awang,
>
> saya coba paparkan sedikit ide kenapa saya sebutkan strike slip fault
> pegang
> peranan penting.
>
> saya kasih sedikit contoh Niger
> delta saja ya,  soalnya seismic nya Mahakam delta dan makassar strait
> hanya sedikit yang pernah saya lihat.
>
> Memang Niger
> delta yang disebutkan ada di passive margin, tetapi waktu awal terpisahnya
> Afrika dan Amerika, bukan hanya amerika latin yang aktif.  dan rifting
> yang terjadi (OOT:he.. he.. he.. jadi ingat DR Carey sama teory expanding
> the
> earth nya, lain kali aja kita tanya Pak Awang tentang ini). dan rifting
> yang
> terjadi ini berbeda-beda kecepatan dan magnitudenya,  sehingga timbul
> lateral  movement antara satu blok terhadap blok lainnya.  kalau
> lihat lautan atlantic di googelEarth, akan kelihatan sekali garis2 yang
> memotong lautan atlantic dengan arah NE-SW, belasan jumlahnya. Nah
> garis-garis
> ini adalah garis dimana terjadi perbedaan magnitude terbukanya lautan
> atlantic.
> dan ini bukan hanya unik di lautan Atlantic,  hampir semua rift basin
> mengalami hal ini.  (lain kali saya mau nanya daerahnya ONWJ  dan SES
> yang dibatasi oleh North Seribu fault dan
> Seribu fault, yang saya kira juga awalnya dari strike slip tetapi
> penampakan
> sekarang adalah growth fault, ada paper di IPA (1987?) oleh R Fainstein
> ttg
> ini).
>
> ok balik lagi ke atlantic,
>
> perbedaan  displacement ini menyebabkan terjadinya strike slip
> fault.  garis2 yang kelihatan di lautan atlantic ini bisa disambungkan
> dengan strike slip fault yang kelihatan di subsurface yang ada di benua
> afrika,
> bahkan ada yang kelihatan di surface.  Yang paling ekstrim adalah yang
> disebelah timur yang menyebabkan terjadinya barisan gunung api (banyak org
> menyebutnya hot plume) Kepulauan Sao-Tome Principe, terus ke utara.
> Seismic lines (EW) yang meliwati/memotong  "garis" yang dari
> SaoTome-Principe
> ke utara ini memperlihatkan/suggest  strike slip fault bukan  diapiric
> structure yang diharapkan akan kelihatan kalau di hot plume.
>
> sudah lupakan dulu hot plume nya, balik lagi ke strike slip
> faultnya.  Saya coba tarik semua garis yang kelihatan di
> lautan atlantic ke utara atau timur laut, semuanya ada hubungannya dengan
> strike slip fault yang ada di benua afrika.
>
>
>
>
>
> Salah satu garis yang sangat menarik adalah yang menuju ke Niger delta,
> "garis" ini memotong Charcoat Seamount. Umur Cahrcoat Seamount itu sangat
> tua
> (sorry tidak tahu pasti, soalnya tidak ada data paleo, tetapi seismic
> image
> memperlihatkan bahwa ini sudah menjadi tinggian yang cukup lama).  Nah
> kalau benar Charcoat Seamount ini
> berhubungan denganNiger delta, maka bisa saja  Niger delta nya yang
> releasing bend
> nya dan Charcoa seamount nya adalah restraining bend nya.
>
>
>
>
>
> Memang bentuk tepi benua afrika di sekitar niger delta
> berbentuk "arrow-head terbalik kearah basin" nya, sehingga menyebabkan
> preferred direction dari sediment dan air, tetapi kalau jalan dari barat
> ke
> timur ditepi  benua Afrika, akan ketemu
> banyak tepi afrika yang "arrow-head terbalik menuju basin" yang tidak
> menghasilkan delta.
>
>
> Demikian juga di sisi counterpartnya di Amerika latin, salah satu contoh:
> campos basin tidak ada delta nya, yang ada V-shape
> channel  di benua Amerika nya,  fan yang ada di deep waternya karena
> pengaruh relief dan
> densitas air (justru H Possementier lebih suka menyebut deposit seperti
> ini
> sebagai frontal splay).
>
>
> Sedangkan ada beberapa delta terbentuk di Amerika
> latin,  sorry hanya pernah "belajar' Campos basin.  Jadi tidak tahu basin
> lainnya.
>
>
>
>
>
> Jadi saya kira ada hal lain yang menyebabkan terjadinya di delta
> bukan hanya bentuk tepi dari daratannya.
>
>
>
>
>
> Kalau Toe-thrust fault yang Pak Awang sebutkan akan terjadi di endapan
> delta nya, maksudnya mungkin hanya sampai prodelta nya saja.  Sedangkan
> strike slip fault yang Nampak di
> seismic  dan satellite image bisa di
> "trace" dari mid-atlantic ridge sampai ke benua Afrika.
>
>
>
>
>
> Sebenarnya saya punya postulasi ttg adanya pull-apart basin
> di Nigeria
> ini yang terbentuk jaman awal tertiary, seismic nya sangat men support
> postulasi ini. Dan Strike slipfaultnya
> sangat jelas diseismic dan bisa "di-trace" sampai ke Mid-atlantic Ridge
> nya.  Cuma ini berarti melawan semua ide
> yang orang2 sudah terima (ide yang seperti pak Awang sebutkan).
>
>
> Saya disini jadi supir tembak untuk prospect generation,
> jadi sementara mesti melupakan  hal ini
> dulu dan cari minyak untuk juragan.
> Kebetulan kumpeni tempat saya kerja punya semua data seismic 3D yang
> meng-cover sub-basin kecil ini.
>
>
>
>
>
> Kalau mau lihat yang bisa kelihatan present day silahkan
> lihat image Lagos-Lekki lagoon di googleEarth.
> Akan kelihatan orientasi sanddune yang bisa diinterpretasikan sebagai
> restraining bend, dan lagoon nya adalah opening2 karena releasing
> bendnya.  Jumlah strike slipnya banyak sekali dan
> merupakan transform fault, jadi mirip san-Andreas fault di pasifik.
> Lagoon ini sangat dalam dibeberapa tempat,
> justru itu pemerintah Nigeria kesulitan membuat jembatan yang lain yang
> menghubungkan
> pulau Lagos dengan pulau Victoria.
>
>
> Jadi boleh dibilang lagoon ini adalah pull-apart basin.  Ini interpretasi
> saya loh.
>
>
> Waktu saya presentasi disini, semuanya protes karena ya   itu "passive
> margin",  tetapi saya tunjukin retakan2 yang selalu timbul
> ada di jalan disepanjang lagoon (walaupun selalu ditutup beton) dan
> arahnya
> sama semua.
>
>
>
>
>
> Kalau mengenai gravity high ini, di Nigeria ada juga yang
> disebut Oban Massive umurnya PreCambrian, dan tersingkap, dan kebetulan
> terletak disebelah timur beberapa series dari subbasin yang kecil2, yang
> belum
> ada yang berani kasih postulasi terbentuknya sub-basin2 ini. (paling nggak
> belum ada publikasi,
> atau tepatnya mungkin saya belum pernah lihat)
>
>
>
>
>
>
> Balik ke Mahakam delta (dan sekitarnya) serta selat Makassar.  Dari
> sejak awal "pelajari" Mahakam delta saya selalu bertanya-tanya, kenapa
> Mahakam
> delta tidak Swing ke utara atau selatan padahal "relief dari permukaan
> tidak
> terlalu besar.  Apa benar karena ada low
> (atau basin) persis dimuka mahakam delta ini. Selama ini kan di blame ke
> "tide"
> nya,padahal sediment yang dibawah oleh sungai Mahakam ini banyak sekali
> loh.  Ada yang mengontrol supaya sediment/air tidak
> swing ke utara atau keselatan.
>
>
>
>
>
> Sayangnya kita tidak punya data yang banyak tentang Mahakam
> delta dan basin sekitarnya serta Makassar strait
> yang tersedia untuk public  semuanya
> masih confidential.
>
>
> Bagaimana kalau kita bikin workshop tentang Mahakam delta
> dan sekitarnya  plus Makassar
> strait? IAGI bisa menfasilitasi nya.  Jangan lupa juga field work.  Sudah
> banyak yang dilakukan oleh VICO (Pak
> Adi Sucipto alm, Rennier Latief, Andang Bachtiar, dkk), sayang ide2 bagus
> dari
> beliau2 banyak yang terlupakan karena tidak "dibutuhkan" pada waktu itu.
> Mungkin data/report yang terlupakan masih ada yang simpan, gimana Andang,
> Artha, Hilman, Elim, Hendra dan yang lainnya?.
> Juga di Runtu block, Nixon, Yossi dkk juga banyak field mapping
> nya.  Saya rasa Mahakam delta adalah
> salah satu delta yang paling banyak "dieksplore", tapi paling jarang di
> publikasikan hasil regional study nya.
>
>
>
>
>
> Kalau ada workshopnya, saya akan atur jadwal off saya supaya
> bisa hadir dan belajar dari pakar2 daerah ini.
> Hm… sudah rindu juga dengan chili crab nya.
>
>
>
>
> Pak Awang, ada carbonate build up yang  tidak terlalu besar yang saya kira
> ada hubungannya dengan Adang fault.  dulu terletak di daerah eksplorasinya
> Total Indonesie, dan kelihatannya carbonate build up itu terletak diatas
> sediment yang  banyak  flower structure nya.  Atau mungkin bukan Adang
> fault tapi fault yang
> satunya.  Sorry saya tidak ingat nama2
> nya soalnya setiap lihat presentasi/data macam begini, saya konsetrasi
> dalam
> mengerti mekanisme nya.  Akhirnya nama2
> nya tidak teringat.
>
> Malahan kalau tidak salah ada dua carbonate build up?  satunya  dekat
> dengan pantai satunya lebih jauh sedikit.  dan disekitar nya tidak
> ada  carbonate build up lagi yang cukup besar.
>
>
>
>
>
>
>
> Salam,
>
>
> Frank
>
>
>
>
>
>
>
> ----- Original Message ----
> From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
> To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi
> BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Sunday, September 16, 2007 10:40:00 PM
> Subject: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was :  tsunami-genic
> normal faulting EQ ...)
>
> Pak Franc,
>
> Saya ganti lagi subyeknya karena diskusi sudah jauh dari subyek semula.
>
> Saya pikir strike-slip faulting bukan pengontrol utama delta2 di dunia.
> Delta2 besar dan prolific di dunia banyaknya berkembang di sistem aulacogen
> passive margin, bukan di releasing bend strike-slip faulting. Contoh
> langsungnya adalah Mahakam dan Niger delta.
>
> Delta Mahakam berkembang dalam sistem aulacogen Makassar Strait rifting.
> Satu arm yang masuk ke Kalimantan craton menjadi wilayah fluvial Mahakam,
> dua arm yang masing-masing ke utara dan selatan Makassar Strait menjadi
> wilayah pengendapan delta. Awal sedimentasi delta terjadi di triple junction
> antara arms aulacogen.
>
> Delta Niger pun berkembang di sistem aulacogen yang terbentuk di relic
> rifting dan spreading antara Afrika dan Amerika Selatan. Sistemnya sama,
> satu arm yang masuk ke craton Afrika (Benue trough) menjadi alur sungai
> feeder delta; deltanya sendiri berprogradasi ke barat baratdaya
> berseberangan dengan Campos Basin  di Brazil offshore, Amerika Selatan.
>
> Delta2 di Sarawak juga berhubungan dengan aulacogen South China Sea
> spreading.
>
> Strike-slip faulting yang kebetulan berkembang di wilayah delta,seperti di
> Kutei bisa juga memodifikasi, tetapi tak signifikan. Pengaruhnya ke
> pembentukan struktur pun tak terlalu besar. Kasus di Mahakam Delta,
> struktur2 di dekat pantai terbentuk oleh antiklinorium yang berhubungan
> dengan kompensasi tektonik akibat gliding/detachment yang diakibatkan
> naiknya Kuching High di pedalaman Kalimantan; sedangkan struktur2 jauh di
> wilayah offshore berhubungan dengan progradasi delta.
>
> Strike-slip faulting yang besar di Kalimantan ada dua : Lupar-Adang Fault
> dan Mangkalihat-Tinjar Fault, kedua sesar ini menerus ke wilayah Indocina.
> Sesar mendatar di area Kutei hanya sebagai transversal fault yang
> berhubungan dengan rifting Makassar Strait.
>
> Strike-slip faulting lebih banyak membentuk pull-apart basin, bukan delta
> di passive margin. Contoh yang bagus di Indonesia ada di Ombilin Basin,
> Melawi Basin, dan Ketungau Basin. Bentuk ketiga basin ini pun sangat khas
> pull-apart basin, yaitu sempit, panjang, dan dalam. Pull-apart basin ini
> terbentuk oleh bends, oversteps, dan fault junctions strike-slip faulting
> yang releasing atau divergent.
>
> Sementara itu, tiga danau di wilayah upper Mahakam river (Jempang,
> Melintang, Semayang) juga lebih terbentuk karena di wilayah itu terdapat
> tinggian basement (gravity high) yang mengurangi gradien sungai, melandai,
> sehingga secara geomorfologi membentuk danau. Yang lebih menarik adalah
> memikirkan asal Kutei gravity high ini. Tetapi, kalau sesar mendatar yang
> Pak Franc sebutkan itu memotong wilayah danau2 ini menarik juga apakah di
> wilayah ini ia ada dalam releasing bends. Tetapi, kalau melihat bahwa
> orientasi danau ini membentuk kelurusan BD-TL, kelihatannya ia lebih
> dikendalikan oleh gravity high yang sejajar dengan antiklinorium Samarinda
> atau Meratus, sebab strike-slip di sini umumnya berarah BL-Tenggara atau
> BBL-Timur Tenggara.
>
> Limestone build up di offshore Selat Makassar yang berhubungan dengan
> Adang Fault adalah Makassar Strait field yang ditemukan Ashland awal tahun
> 1970-an dan yang kini sedang dikembangkan oleh Pearl Sebuku. Ini bukan build
> up yang tumbuh di restraining Adang Fault, tetapi re-deposited Berai
> carbonates yang dierosi dari Paternoster platform kemudian membentuk
> submarine fan di suatu celah graben yang sejajar dengan orientasi graben2 di
> Barito Basin (Barat Baratlaut-Timur Tenggara).
>
> salam,
> awang
>
> Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Terima kasih penjelasannya Pak Awang,
>
> dan sebagai tambahan kita perlu ingat bahwa suatu strike slip bisa saja
> punya releasing bend disuatu tempat dan restraining bend di tempat yang
> lain, tergantung tergantung bend nya (-90 derajat < sdt < 0 derajat) atau (
> 0 < sdt < 90 derajat).
> Dan kalau yang releasing bend besar sudut nya lebih besar 45 derajat(?)
> maka bisa jadi pull apart basin.
>
> contoh di Kalimantan:
> 1.Adang fault: Wain Basin (releasing bend) sedangkan restraining bend nya:
> limestone build up di offshore selat makassar (sorry lupa apa nama fieldnya)
> (ini terjadi restarining bend sehingga ada tinggian di laut sehingga cocok
> untuk terumbu untuk hidup mungkin karena cukup)2, sinar matahari, dan tidak
> terganggu sama sediment yang datang dari P Kalimantan)
>
> 2. Mahakam Delta: releasing bend di depan mulut delta, sehingga terjadi
> delta, lalu restraining bed di laut dan juga di sebelah dalam pedalaman P
> Kalimantan. Saya tidak tahu nama dari strike slip fault nya. seingat saya
> waktu kerja di Vico belum dinamai. Fault ini yang memisahkan Badak+Nilam
> dengan lapangan2 di selatannya.
> Apakah ketiga danau yang ada pesutnya merupakan pull apart basin dari
> strike slip system ini ?
>
>
> contoh di Niger delta:
>
> 1.Niger delta releasing bend nya dan Charcoat seamount restraining bend
> nya.
>
> 2. ada lagi beberapa, tapi belum seratus persen disetujui ide nya sama
> team disini.
>
> he.. he..he... dari gempa dibalikin lagi ke HC exploration.
>
>
> contoh di Bengal Delta:
> mari kita tunggu ulasan Pak Awang. (sekalian delta yang di utara dan
> selatan Mahakam delta, banyak yang menamakan paleo Mahakam, saya rasa tidak
> cocok karena delta ini berbeda dengan mahakam delta. dan pada suatu saat
> pernah ketiga delta ini ada secara bersamaan.)
>
>
> happy hunting HC
>
> fbs
>
>
>
>
>
>
> ----- Original Message ----
> From: Awang Satyana
> To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad ; Eksplorasi BPMIGAS
> Sent: Saturday, September 15, 2007 3:47:10 PM
> Subject: [iagi-net-l] tsunami-genic normal faulting EQ vs. tsunami-genic
> thrust/reverse faulting EQ (was : Gempa Lagi 7.7 SR ...)
>
> Pak Franc,
>
> Tsunami terjadi kalau ada kolom air laut yang terganggu oleh pematahan
> vertikal dasar laut. Kita mengartikan pematahan vertikal adalah dip-slip
> fault, yang menembus dasar laut dari rupture zone hiposentrum/pusat/fokus
> gempa dangkal. Semakin dangkal pusat gempa, semakin mungkin pematahannya
> sampai ke dasar laut. Semakin dalam pusat gempa semakin mungkin pematahannya
> hanya sebagai blind fault, atau sesar yang tak sampai ke permukaan.
> Berdasarkan statistik, gempa dangkal yang menyebabkan tsunami adalah gempa
> dengan pusat lebih dangkal dari 45 km dan pematahannya vertikal.
>
> Kita tahu pematahan vertikal (dip-slip) terdiri atas normal fault, reverse
> fault, dan thrust fault. Kalau dihubungkan dengan strike-slip fault seperti
> yang ditulis pak Franc, normal fault berkembang di lingkungan transtension
> atau releasing bend; sedangkan reverse dan thrust fault terjadi di
> tranpression atau restraining bend.
>
> Berdasarkan kejadian2 tsunami, baik pematahan vertikal blok dasar laut
> oleh normal fault dan reverse/thrust fault menyebabkan tsunami. Saya
> sependapat dengan pak Franc bahwa normal faulting akan menyebabkan tsunami
> yang lebih besar dibandingkan reverse/thrust fault. Alasan ini didasarkan
> kepada wilayah "vakum" (meminjam istilah pak Franc) yang lebih besar yang
> dihasilkan oleh sesar normal dibandingkan reverse/thrust fault.
> Reverse/thrust fault juga akan membentuk wilayah vakum, tetapi tak akan
> sebesar normal faulting. Wilayah vakum reverse/thrust fault akan terjadi di
> sayap hanging wall block akibat lapisan ini miring oleh penyesaran naik atau
> anjak. Sedangkan pada normal fault, wilayah vakumnya terbentuk lebih besar
> karena lapisan2 tiba-tiba runtuh atau seluruh hanging wall bocknya turun -
> jelas ini akan menciptakan wilayah vakum yang besar.
>
> Tsunami terjadi hanya sebagai usaha kolom air menuju keseimbangannya
> kembali. Dalam normal faulting earthquake (EQ), airlaut tiba2 akan bergerak
> mengisi wilayah vakum normal fault di dasar laut, maka massa air di pantai2
> terdekat akan surut tiba2 sebab massa air tetap sebegitu volumenya. Lalu,
> sesaat setelah itu, karena efek "bounce back" (meminjam lagi istilah pak
> Franc), atau saya sebut ayunan osilasi gelombang laut, air laut yang
> tersedot dari pantai itu melalui proses mekanika fluida akan kembali ke
> pantai dengan kecepatan ratusan km/jam, dengan massa yang sama tetapi dengan
> efek kejut dan membawa energi yang luar biasa besarnya (megajoules). Karena
> menuju pantai semakin mendangkal sementara massa air laut adalah tetap,
> akibatnya terjadi gelombang tsunami (run up) yang bisa beberapa meter lebih
> tinggi daripada biasanya. Ketinggian gelombang tsunami juga akan ditentukan
> oleh morfologi pantai, puluhan sentimeter sampai puluhan meter pernah
> tercatat
> sebagai run up
> tsunami.
>
> Pada thrusting fault EQ, airlaut di pantai bisa surut bisa tidak,
> bergantung kepada posisi vakum area limb thrust (sayap thrust) itu relatif
> terhadap pantai. Dalam kasus air menyurut, berarti vakum area dan vergency
> (arah) dari thrust/reverse frontal terhadap pantai. Hanya, seperti ditulis
> di atas, vakum area thrusting EQ lebih kecil dibandingkan vakum area normal
> faulting EQ, sehingga massa air yang dipindahkan pun lebih kecil; tetapi
> hunjaman thrusting perlu diperhitungkan juga sebagai efek pemindah massa
> air. Dan bila vergency hunjaman thrusting menuju pantai, maka ke situ pula
> kolom air akan dipindahkan, setelah sedikit melalui bounce back atau ayunan
> osilasi gelombang laut yang dipindahkan ke vakum area thrusting EQ (bila
> ada).
>
> Maka pak Franc, kedua dip-slip fault itu bisa menyebabkan tsunami; hanya
> yang normal fault EQ bisa lebih besar daripada yang thrusting EQ. Gempa2 di
> sepanjang palung Sumatra dan Jawa umumnya thrusting EQ karena batas
> lempengnya konvergen.
>
> Kasus "ledakan" pra-tsunami di Pangandaran, menurut pak Franc akibat efek
> airgun (seperti saat marine seismicsurvey) kolom air laut yang berlomba2
> masuk ke wilayah vakum normal faulting EQ Pangandaran 17 Juli 2006. Saya
> kiranya kurang sependapat dengan pemikiran pak Franc sehingga suara ledakan
> itu tetap misteri yang harus dicari pemecahannya. Masalahnya, pematahan
> gempa Pangandaran bukan normal faulting, tetapi thrust faulting berdasarkan
> focal mechanism solution dan finite fault model-nya dengan strike N40 W dip
> 11 deg. Tsunami menyerbu pantai Pangandaran dengan ketinggian run up 2
> meter, menyapu pantai Pangandaran, membunuh sekitar 350 orang. Thrust
> faulting EQ rata-rata memang menyebabkan run up tsunami 0-5 meter; tetapi
> dalam beberapa kasus run up-nya bisa sangat tinggi, seperti thrust faulting
> gempa Banyuwangi 2 Juni 1994, bermagnitude 7.8 yang membuat tsunami
> menyerbu pantai2 Banyuwangi dan Blambangan dengan run up setinggi 13 meter
> dan
> menewaskan 200 orang.
>
> Bandingkan dengan tsunami-genic normal faulting EQ yang biasanya membuat
> run up tsunami tinggi. Suatu normal faulting EQ pernah terjadi di perairan
> Australia pada 20 Agustus 1977 bermagnitude 8.3. Dan gempa ini telah
> membuat tsunami dengan run up 15 meter ketika memasuki pantai terdekat dan
> menewaskan 200 orang (data dari USGS, 2006).
>
> Run up tsunami akibat hantaman meteorit besar ke laut dan akibat material
> volkanik yang jatuh kembali ke laut dalam suatu letusan volkanik gunungapi
> bawahlaut akan lebih dahsyat lagi. Run-up tsunami letusan Krakatau 1883 di
> Selat Sunda telah menyebabkan tsunami setinggi 30 meter di pantai-pantai
> Lampung dan Banten (menurut Vrbeek, 1898; Willumsen, 2000, dan Winchester,
> 2002). Berapa besar run up tsunami akibat sebuah komet menghantam Bumi di
> Teluk Meksiko dan membuat kawah Chixculub serta memunahkan raksasa reptil
> pada K-T boundary 65 Ma ? Tak bisa dibayangkan akan setinggi apa.
>
> Sekali lagi, run up tsunami juga akan dipengaruhi morfologi pantai
> setempat dan jelas oleg magnitude gempanya sendiri, tetapi saya sependapat
> dengan pak Franc bahwa normal faulting EQ akan lebih berbahaya menimbulkan
> tsunami besar dibandingkan thrust faulting EQ.
>
> salam,
> awang
>
> Franciscus B Sinartio wrote:
> Pak Awang,
> Mau nanya,
> yang lebih berpotensi membuat tsunami apakah di restraining bend
> (transpressional bend) atau releasing bend (transtensional bend) dari strike
> slip?
>
> kalau restraining bend kan terjadi thrust fault, air nya didorong ke atas
> oleh batuan, jadi air yang terdorong hanya sebesar volume batuan yang ter
> "displace".
>
> Sedangkan kalau releasing bend, timbul vacuum yang disebabkan oleh normal
> ault yang terjadi. sehingga air akan mengalir ke vacuum tersebut, sehingga
> sering terjadi letusan (mirip prinsip airgun), air yang masuk ke daerah
> vacuum secara tiba2 itu tidak akan diam saja tetapi akan "bounce back"
> sehingga timbul ombak/gelombang. mungkin efek dari ini lebih besar dalam
> membentuk tsunami dari pada ombak/gelombang yang timbul karena displacement
> dari air pada waktu terjadi thrust fault.
>
> apa terbalik ya?
>
> kan waktu gempa di selatan Pangandaran terdengar letusan yang cukup keras,
> dan kita tahu ada tsunami sesduah itu.
> kalau ini benar, apakah adanya letusan bisa dijadikan salah satu kriteria
> akan adanya potensi tsunami? kecepatan suara lebih besar dari pada kecepatan
> air tsunami, jadi penduduk dekat pantai bisa mendengarkannya sebelum dapat
> peringatan hasil dari early warning system yang sudah ada.
>
> Akan tetapi kalau tidak ada suara letusannya tidak berarti tidak ada
> potensi terjadi tsunami.
>
> terima kasih sebelumnya atas penjelasan Pak Awang
>
>
> fbs
>
>
> ----- Original Message ----
> From: Awang Harun Satyana
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Thursday, September 13, 2007 12:36:18 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Gempa Lagi 7.7 SR 140 km BD Sungai Penuh, Jambi
> (was [iagi-net-l] Gempa di Bengkulu)
>
> Pukul 10:35:26 WIB sejam yang lalu terjadi lagi gempa kuat 7.1 Mw di lepas
> pantai baratdaya Pulau Sipora, dalam gugusan Kepulauan Mentawai.
> Kelihatannya yang ini merupakan aftershock gempa tadi pagi di 140 km BD
> Sungaipenuh.
>
> Melihat sebaran gempa utama dan gempa susulan, kelihatannya ada dua gempa
> utama, yaitu : (1) gempa utama Bengkulu 12 September 2007 (8.4 Mw) pukul
> 18.10 WIB dengan aftershocks sedang bergerak ke utara lalu ke utara
> baratlaut, kekuatan 5-6 Mw/SR, dan (2) gempa Sungaipenuh 13 September 2007 (
> 7.8 Mw) pukul 06.49 WIB dengan aftershock menjauhi lagi Pulau Sumatra
> bergerak ke BL.
>
> Semua gempa ini dangkal, di laut, dan bermagnitude rata2 di atas 6.0 SR,
> dan berdasarkan historic moment tensor solution-nya didominasi thrust. Maka,
> semuanya berpotensi tsunami. Penduduk sepanjang pantai barat Sumatra dari
> Bengkulu sampai Sibolga sebaiknya dihimbau untuk waspada sejak hari ini
> sampai beberapa hari ke depan.
>
> Berikut gempa terbaru di lepas pantai Sipora.
>
> Earthquake Details
> Magnitude 7.1
> Date-Time Thursday, September 13, 2007 at 03:35:26 UTC
> Thursday, September 13, 2007 at 10:35:26 AM at epicenter
> Time of Earthquake in other Time Zones
> Location 2.223°S, 99.564°E
> Depth 10 km (6.2 miles) set by location program
> Region KEPULAUAN MENTAWAI REGION, INDONESIA
> Distances 165 km (105 miles) SSW of Padang, Sumatra, Indonesia
> 345 km (215 miles) WNW of Bengkulu, Sumatra, Indonesia
> 635 km (395 miles) SSW of KUALA LUMPUR, Malaysia
> 900 km (560 miles) WNW of JAKARTA, Java, Indonesia
>
> Location Uncertainty horizontal +/- 8.3 km (5.2 miles); depth fixed by
> location program
> Parameters Nst=198, Nph=198, Dmin=>999 km, Rmss=1.28 sec, Gp= 25°,
> M-type=moment magnitude (Mw), Version=7
> Source USGS NEIC (WDCS-D)
>
> Event ID us2007hfax
>
> Salam,
> awang
>
> -
>
>
>
>
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> JOINT CONVENTION BALI 2007
> The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and
> Exhibition,
> Bali Convention Center, 13-16 November 2007
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
> shall IAGI be liable for any, including but not limited to direct or
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of
> use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Luggage? GPS? Comic books?
> Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search.
>
>
>
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> JOINT CONVENTION BALI 2007
> The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and
> Exhibition,
> Bali Convention Center, 13-16 November 2007
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
> shall IAGI be liable for any, including but not limited to direct or
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of
> use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo!
> FareChase.
>
>
>
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> JOINT CONVENTION BALI 2007
> The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and
> Exhibition,
> Bali Convention Center, 13-16 November 2007
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
> shall IAGI be liable for any, including but not limited to direct or
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of
> use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>


-- 
===========================
Se queremos progredir, não devemos repetir a história, mas fazer uma
história nova.
If we want to progress, we do not have to repeat history, but to make a new
history.

Kirim email ke