Jawaban atas pertanyaan Andi ada di ujung tulisan ini, sebelumnya saya tuliskan 
dulu sedikit latar belakangnya mencoba menjelaskan sedikit tentang budaya 
bahari Nusantara.
   
  Dalam sejarah terdapat tesis bahwa kerajaan yang berhasil adalah kerajaan 
yang menguasai seluruh aliran sungai dari hulu sampai hilir sebab ini 
mengkombinasi pedalaman yang agraris dan muara sungai sampai laut yang maritim. 
Sejarah Indonesia telah membuktikan kerajaan-kerajaan yang berhasil semacam 
itu, yaitu Kahuripan Erlangga, Singhasari Kertanegara, dan Majapahit Raden 
Wijaya-Hayam Wuruk. 
   
  Indonesia masa kini : sektor agraris terbengkalai sehingga kedelai dan beras 
harus diimpor, laut yang luas banyak didatangi kapal2 asing pencuri ikan dan 
tepi wilayah lautnya dirongrong terus banyak negara tetangga mengganggu 
kedaulatan wawasan Nusantara. Seharusnya kita menggali kembali kejayaan masa 
lalu. Masa lalu adalah benar bahwa “jalesveva jayamahe” – justru di laut kita 
jaya !
   
  Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, laut menghubungkan 
sekitar 17.000 pulau-pulaunya. Maka, seharusnya budaya bahari mengakar kuat di 
setiap manusia Indonesia. 
   
  Kejayaan bahari pertama dalam skala besar ditunjukkan oleh Kerajaan 
Sriwijaya. Bagaimana konstruksi kapal mereka saat itu (abad ke-7) bisa dilihat 
di sebuah relief di dinding Candi Borobudur yang terkenal itu. Van Erp, seorang 
ahli arkeologi zaman Belanda di Indonesia, pernah khusus mempelajari sebelas 
relief kapal laut di candi Budha terbesar di dunia ini. Ia berkesimpulan bahwa 
kapal2 itu dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok : perahu lesung sederhana, 
perahu lesung yang dipertinggi dengan cadik, dan perahu tanpa cadik.
   
  Bagaimana Sriwijaya bisa menguasai lautan Nusantara di wilayah seluruh 
Sumatra sampai Malaya sekarang adalah karena kebijaksanaannya dalam 
memperkerjakan suku Orang Laut yang piawai dalam teknologi pembuatan kapal dan 
strategi perang laut. Suku Orang Laut mendiami daerah muara sunga-sungai dan 
hutan bakau di pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau, dan pantai barat 
Semenanjung Malaya. Waktu itu, Sriwijaya telah berhasil menjadi kekuatan 
perdana dalam sejarah Nusantara yang mendominasi wilayah sekitar  perairan 
timur Pulau Sumatera, yang merupakan jalur kunci perdagangan dan pelayaran 
internasional (sampai saat ini). Ia bergerak ke perairan Laut Jawa untuk 
menguasai jalur pelayaran rempah-rempah dan bahan pangan hasil pertanian.
   
  Sayang, Sriwijaya hanya negara maritim dan bukan agraris juga, maka ia tak 
bertahan lama. Seperti saya sebutkan di awal, pengalaman sejarah menunjukkan 
bahwa kota pelabuhan harus ditopang oleh hasil pertanian yang menjadi komoditas 
unggulan dari wilayah pedalaman. Ketangguhan agraria dan maritim adalah 
pilar-pilar utama untuk kejayaan Nusantara.
   
  Ketangguhan agraris dan maritim pertama kali ditunjukkan oleh Singhasari di 
bawah pemerintahan Kertanegara pada abad ke-13. Cikal bakal kerajaan ini sejak 
abad ke-10 oleh Medang, Kahuripan, lalu Kediri telah punya basis yang kuat 
menguasai seluruh aliran sungai Brantas dari hulu sampai hilirnya, meramu 
kekuatan agraria dan maritim. Maka saat Kertanegara tampil, politik ekspansinya 
menguasai lautan Nusantara menjadi mulus. 
   
  Dalam Kakawin (babad, cerita, kitab) Negarakertagama Kertanegara telah 
mendengungkan perluasan cakrawala mandala ke luar Pulau Jawa, yang meliputi 
daerah seluruh dwipantara. Dengan kekuatan armada laut yang tidak ada 
tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara mengirimkan ekspedisi bahari ke 
Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin persahabatan agar bersama2 dapat 
menghambat gerak maju Kerajaan Mongol ke Asia Tenggara. Tahun 1284, ia 
menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut ke timur. Dua pilar utama kekuatan 
agraris dan maritim telah membawa Kertanegara menaklukan : Pahang, Melayu, 
Gurun (Indonesia Timur), Bakulapura (Kalimantan BD), Sunda, Madura, dan seluruh 
Jawa. Sekalipun lautan  menjadi perhatian utamanya, Kertanegara tidak pernah 
“luput ing madal” (lupa daratan), ia memperkuat sektor agrarianya. 
   
  Puncak kejayaan bahari tercapai pada abad ke-14 ketika Majapahit menguasai 
seluruh Nusantara bahkan pengaruhnya meluas sampai ke negara-negara asing 
tetangganya. Kerajaan Majapahit di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk, dan Gajah 
Mada telah berkembang pesat menjadi kerajaan besar yang mampu memberikan 
jaminan bagi keamanan perdagangan di wilayah Nusantara. 
   
  Visi dan keinginan kuat  untuk membangun kerajaan yang mengedepankan kekuatan 
maritim dan agrarian telah menjadi tekad Raden Wijaya, anak menantu 
Kertanegara. Visi itu diwujudkan dengan memilih lokasi ibukota Kerajaan 
Majapahit di daerah Tarik di hilir sungai Brantas dengan maksud memudahkan 
pengawasan perdagangan pesisir dan sekaligus dapat mengendalikan produksi 
pertanian di pedalaman. 
   
  Penyatuan Nusantara oleh Majapahit melalui ekspedisi2 bahari dimulai tak lama 
setelah Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa yang terkenal itu pada 
tahun 1334 : tan amukti palapa, “Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun 
amukita palapa. Sira Gajah Mada lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti 
palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Doran, Tanjungpura, ring Haru, 
ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang,Tumasik, samana ingsun amukti 
Palapa”
   
  Ekspansi bahari ini tercatat dalam Negara Kertagama anggitan Mpu Prapanca 
pada tahun 1365. Buku ini membagi wilayah kekuasaan Majapahit dalam empat 
kelompok wilayah : (1) wilayah2 Melayu dan Sumatera : Jambi, Palembang, Samudra 
dan Lamori (Aceh), (2) wilayah2 di Tanjung Negara (Kalimantan) dan Tringgano 
(Trengganu), (3) wilayah2 di sekitar Tumasik (Singapura), (4) wilayah2 di 
sebelah timur Pulau Jawa (Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku sampai Irian). 
Daftar lengkap nama2 wilayah taklukan Majapahit tersebut ada di buku Fruin-Mess 
(1919) “Geschiedenis van Java” halaman 82-84 (Fruin-Mess mengumpulkannya 
berdasarkan Pararaton, Negara Kertagama, dan Hikayat Raja-Raja Pasai). 
Fruin-Mess (1919) menulis di halaman 84 (diterjemahkan dari bahasa Belanda), 
“Dengan demikian, orang akan melihat bahwa luas wilayah Majapahit kurang lebih 
sama dengan wilayah Hindia Belanda dikurangi dengan Jawa Barat karena dalam 
daftar tak disebutkan nama Pasundan” 
   
  Bahkan juga terungkap dalam catatan sejarah bahwa pengaruh Kerajaan Majapahit 
telah sampai kepada beberapa wilayah negara asing : Siam, Ayuthia, Lagor, Campa 
(Kamboja), Anam, India, Filipina, China.
   
  Sekarang menjawab pertanyaan Andi : 
   
  Keberhasilan Kerajaan Majapahit mewujudkan visi Sumpah Palapa, selain dibakar 
semangat kebangsaan patriotik di bawah komando Mahapatih Gajah Mada, juga 
banyak disumbang oleh keberhasilan Majapahit dalam mengembangkan teknologi 
bahari berupa kapal bercadik yang menjadi tumpuan utama kekuatan armada 
lautnya. Gambaran model konstruksi kapal bercadik sejak zaman Sriwijaya, 
Singhasari, dan Majapahit telah terpahat rapih pada relief Candi Borobudur 
seperti diterangkan di atas. Armada laut Majapahit ini didukung oleh 
persenjataan andalan berupa meriam hasil rampasan dari bala tentara Kubilai 
Khan ketika menyerang Kediri (atas tipudaya Raden Wijaya) dan roket (sekarang 
peluru kendali) yang ditiru Majapahit dari peralatan perang Kubilai Khan itu. 
Peralatan militer Majapahit ini dapat dibaca lebih lanjut di buku Jawaharlal 
Nehru (1964) : A Glimpses of World History – Oxford University Press, New York, 
atau Pramudya Toer (1998) : Hoakiau di Indonesia – Garba Budaya, Jakarta.
 Sementara kapal2 armada zaman Sriwijaya-Singhasari bisa dilihat di buku 
Anthony Reid (1996) : Indonesian Heritage : Early Modern History – Archipelago 
Press, Jakarta, atau Djoko Pramono (2005) : Budaya Bahari – Gramedia Pustaka 
Utama, Jakarta.
   
  Tradisi Kerajaan Majapahit tidak banyak mendirikan candi, di pusat 
kerajaannya pun dan di seluruh Jawa Timur tak banyak candi yang 
ditinggalkannya, tak sampai lima candi telah ditemukan (misalnya candi Tikus di 
utara Tulung Agung dan Bajang Ratu di Trowulan), itu pun sangat sederhana, 
terbuat dari bata merah, tanah lempung yang dibakar; berbeda dengan candi-candi 
Mataram Budha, Hindu atau Syiwa di Jawa Tengah yang raja-rajanya gemar 
mendirikan candi yang massif dan besar terbuat dari batuan andesit. Maka, di 
wilayah pusat Kerajaan Majapahit pun langka ditemukan candi2 atau bentuk 
bangunan peninggalan lain, apalagi di daerah taklukannya. Kalaupun ada, 
seberapa besar daya tahan bangunan terbuat dari bata merah dibandingkan andesit 
? Bukti2 wilayah penaklukan Majapahit tercatat dalam babad-babad sejarah yang 
sezaman atau hampir sezaman dengan periode penaklukannya.
   
  Demikian, semoga kejayaan bahari masa lalu membuat kita menghargai lautan dan 
sekitar 17.000 pulau yang menyusun Nusantara.
   
  Salam,
  awang


"Salahuddin, Andi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  
Mas Vick dan IAGI netters ysh:

Saya beberapa kali mendengar/membaca sejarah yang menyatakan bahwa
kerajaan Majapahit pernah menyatukan wilayah yang kita sebut sekarang
sbg Indonesia plus wilayah2 lainnya misalnya sebagian malaysia, sebagian
filipina (cmiiw). Hal ini sangat membanggakan dan bisa jadi cambuk bagi
kita untuk kembali berjaya.

Saya jadi penasaran:
-Apakah ada buku yg menyebutkan/menunjukkan bukti bahwa pada saat itu
majapahit sudah mampu membuat/memiliki kapal laut dan armada laut?
Karena menurut saya minimal kedua faktor ini harus dimiliki untuk
menguasai (baik secara damai maupun perang) wilayah nusantara yang
notabene adalah kepulauan.
-Saya tidak melihat banyak peninggalan majapahit (misal candi dls) di
wilayah yg pernah disatukannya tersebut. Apa kira-kira alasannya ya?
Apakah karena periode waktu yang sangat singkat sehingga tidak sempat
membuat sisa peninggalan, atau mungkin sempat ada bukti peninggalan tapi
kemudian dihancurkan oleh local people setelah majapahit tidak berkuasa
lagi di daerah tsb? Atau mungkin ada alasan lain?

Terimakasih sebelumnya buat sharing...

Salam
Andi


-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 05, 2008 1:36 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: paduka-3p2; [EMAIL PROTECTED]; mediacare yahoogroups;
teladan-3p3-81; FPK
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Jakarta hanya cukup satu juta jiwa !
Blaik . !

Banyak yang lupa akan sejarah Indonesia, kali.
Bahwa Indonesia ini menyatu salah satunya dengan membanggakan masa
lalu yaitu Majapahit. Yang kebetulan berpusat di JAWA. Memindahkan
pusat pemerintahan keluar Jawa akan menanggung biaya yang berat secara
politis, historis, serta psikologis ...
Malaysiapun mendekati Melaka sebagai pusat pemerintahan karena Melaka
merupakan kerajaan kebanggaan Malesa.


----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

---------------------------------------------------------------------



       
---------------------------------
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

Kirim email ke