Andi,

Perbedaan nyata terdapat pada candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Umumnya candi langgam Jawa Tengah berbentuk tambun, atapnya berundak-undak, 
menghadap ke Timur, dan berbahan batu andesit. Sementara itu, candi langgam 
Jawa Timur berbentuk ramping, atapnya merupakan perpaduan tingkatan menghadap 
ke barat dan berbahan batu bata.

Alasannya saya pikir bukan karena ketidakmampuan kerajaan2 jawa Timur ini 
membuat candi2 seperti di Jawa Tengah sebab Mpu sindok, raja awal kerajaan2 di 
jawa Timur, adalah seorang raja yang berasal dari Mataram Jawa Tengah juga yang 
pindah ke Delta Brantas pada abad ke-10. Jelas, Mpu Sindok dan para pengikutnya 
pasti menguasai seni membuat candi langgam Jawa Tengah.

Ketiadaan bahan baku andesit tidak juga sebab gunungapi2 di Jawa Timur pun 
banyak, sehingga muntahan andesit ada di mana2 di sekitar gunung.

Saya pikir alasan utamanya adalah bahwa kerajaan2 di Jawa Tengah sekitar 
Mataram begitu dekatnya dengan Gunung Merapi, sehingga andesit begitu dekat 
dengan pusat2 kerajaan, dan di wilayah ini tidak ada sungai sebesar Brantas. 
Ada Bengawan Solo, tetapi masih aliran hulunya. Akibatnya, mereka menggunakan 
andesit membangun candi.

Sementara itu, kerajaan2 di Jawa Timur hampir seluruhnya berkembang di wilayah 
delta Brantas yang cukup jauh dari gunung2 di sebelah selatannya seperti 
Arjuno, Welirang, dan Argopuro. Kerajaan2 besar seperti Kahuripan, Kediri, dan 
Majapahit berkembang di wilayah yang relatif jauh dari gunung2, tetapi di 
wilayah aliran hilir Brantas. Di wilayah ini, maka tanah lempung tentu lebih 
banyak daripada andesit, maka tanah lempung menjadi bahan dasar candi2 mereka 
setelah dibakar menjadi bata merah, daripada susah2 mengangkut andesit dari 
jauh. Singhasari yang diapit oleh gunung2 Arjuno di utara dan kompleks Semeru 
di sebelah selatan punya candi2 yang terbuat dari andesit, tetapi tidak banyak.

Peninggalan2 Majapahit di wilayah taklukannya adalah berupa sistem pemerintahan 
setempat, mata uang, dan orang2 Jawa yang ditempatkan di wilayah2 taklukan 
("Bre" pangkatnya dalam sistem ketatanegaraan Majapahit). Inilah awal orang2 
Jawa terdapat di seluruh pulau Nusantara.

Ke wilayah yang dipengaruhinya seperti Cina dan Campa (Kamboja) peninggalan2 
Majapahit berupa barang2 hadiah (pertukaran cendera mata persahabatan) yang 
kini bisa ditemukan di museum2 kerajaan. Saya pernah mengunjungi museum 
kerajaan sebuah dinasti Cina di Xian sebelah baratdaya Beijing. Di dalamnya ada 
cendera mata2 asal Majapahit.

Salam,
awang

-----Original Message-----
From: Salahuddin, Andi [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, February 06, 2008 3:06 C++
To: Awang Satyana; iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi 
BPMIGAS
Subject: [iagi-net-l] RE: OOT : Kejayaan Bahari Majapahit

Pak Awang ysh:



Sebelumnya terimakasih atas penjelasan lengkapnya, yang saya yakin bisa
menambah wawasan saya dan rekan-rekan yang tertarik dengan sejarah,
utamanya bahari-maritim masa lampau Indonesia. Saya salut, ini bisa jadi
bahan tulisan pak Awang di jurnal kearkeologian.



Merupakan hal yang baru saya sadari kalau peralatan militer Majapahit
saat itu sudah sekelas roket dan meriam. Karena film/sinetron kolosal
lokal yang selama ini saya nonton biasanya hanya dibumbui oleh ke-sakti
mandraguna-an individual dan dengan persenjatan minim seperti pedang,
keris, atau sejenisnya tanpa menunjukkan peralatan tempur sehebat ini.



Mengenai tradisi kerajaan Majapahit yg membuat candi hanya dengan tanah
liat (bukan dengan bahan andesit seperti yg dilakukan oleh tetangganya
di Jawa Tengah). Apakah kebiasaan ini tidak terlepas dari keterbatasan
raw material (yi: andesit dan sejenisnya) di daerah kekuasaanya atau apa
mungkin karena keterbatasan pengetahuan mereka mengenai
keberadaan/distribusi material tsb? Atau karena hal lain?



Bagaimana dengan bentuk lain peninggalan Majapahit misalnya tradisi,
bahasa, agama? Apakah ada bentuk-bentuk peninggalan tsb yg ditemukan di
wilayah kekuasaannya di luar Jawa terutama yg di luar Indonesia
sekarang? Sebagai contoh: bangsa-bangsa Arab, India, Eropa pernah
berkunjung ke nusantara ini baik secara damai maupun perang dan dengan
misi dagang dan/atau penyebaran agama. Kita bisa lihat bentuk
peninggalan mereka saat ini seperti pada contoh di atas. Contoh lain
yang bisa saya kemukakan adalah ulama Syekh Yusuf yang sempat dibuang ke
Madagaskar. Meskipun diasingkan (bukan dengan niat sengaja memperluas
kekuasaan) tapi hingga saat ini, pengaruh beliau sangat terasa di
Madagaskar terutama dari sisi agama. Bahkan makam beliau diyakini ada di
2 tempat di Madagaskar dan di Gowa, Makassar. Saya yakin Bapak/Ibu di
sini masih punya contoh-contoh lainnya yang serupa.



Mungkin ini bisa menjadi studi bagi ahli arkeologi kita (kalau memang
belum pernah dilakukan sebelumnya). Very interesting...!





Salam Nusantara...,

Andi


________________________________

From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 05, 2008 11:13 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS;
Salahuddin, Andi
Subject: OOT : Kejayaan Bahari Majapahit (was : Jakarta hanya cukup satu
juta jiwa ! Blaik . !)


Jawaban atas pertanyaan Andi ada di ujung tulisan ini, sebelumnya saya
tuliskan dulu sedikit latar belakangnya mencoba menjelaskan sedikit
tentang budaya bahari Nusantara.

Dalam sejarah terdapat tesis bahwa kerajaan yang berhasil adalah
kerajaan yang menguasai seluruh aliran sungai dari hulu sampai hilir
sebab ini mengkombinasi pedalaman yang agraris dan muara sungai sampai
laut yang maritim. Sejarah Indonesia telah membuktikan kerajaan-kerajaan
yang berhasil semacam itu, yaitu Kahuripan Erlangga, Singhasari
Kertanegara, dan Majapahit Raden Wijaya-Hayam Wuruk.

Indonesia masa kini : sektor agraris terbengkalai sehingga kedelai dan
beras harus diimpor, laut yang luas banyak didatangi kapal2 asing
pencuri ikan dan tepi wilayah lautnya dirongrong terus banyak negara
tetangga mengganggu kedaulatan wawasan Nusantara. Seharusnya kita
menggali kembali kejayaan masa lalu. Masa lalu adalah benar bahwa
"jalesveva jayamahe" - justru di laut kita jaya !

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, laut menghubungkan
sekitar 17.000 pulau-pulaunya. Maka, seharusnya budaya bahari mengakar
kuat di setiap manusia Indonesia.

Kejayaan bahari pertama dalam skala besar ditunjukkan oleh Kerajaan
Sriwijaya. Bagaimana konstruksi kapal mereka saat itu (abad ke-7) bisa
dilihat di sebuah relief di dinding Candi Borobudur yang terkenal itu.
Van Erp, seorang ahli arkeologi zaman Belanda di Indonesia, pernah
khusus mempelajari sebelas relief kapal laut di candi Budha terbesar di
dunia ini. Ia berkesimpulan bahwa kapal2 itu dapat digolongkan ke dalam
tiga kelompok : perahu lesung sederhana, perahu lesung yang dipertinggi
dengan cadik, dan perahu tanpa cadik.

Bagaimana Sriwijaya bisa menguasai lautan Nusantara di wilayah seluruh
Sumatra sampai Malaya sekarang adalah karena kebijaksanaannya dalam
memperkerjakan suku Orang Laut yang piawai dalam teknologi pembuatan
kapal dan strategi perang laut. Suku Orang Laut mendiami daerah muara
sunga-sungai dan hutan bakau di pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau,
dan pantai barat Semenanjung Malaya. Waktu itu, Sriwijaya telah berhasil
menjadi kekuatan perdana dalam sejarah Nusantara yang mendominasi
wilayah sekitar  perairan timur Pulau Sumatera, yang merupakan jalur
kunci perdagangan dan pelayaran internasional (sampai saat ini). Ia
bergerak ke perairan Laut Jawa untuk menguasai jalur pelayaran
rempah-rempah dan bahan pangan hasil pertanian.

Sayang, Sriwijaya hanya negara maritim dan bukan agraris juga, maka ia
tak bertahan lama. Seperti saya sebutkan di awal, pengalaman sejarah
menunjukkan bahwa kota pelabuhan harus ditopang oleh hasil pertanian
yang menjadi komoditas unggulan dari wilayah pedalaman. Ketangguhan
agraria dan maritim adalah pilar-pilar utama untuk kejayaan Nusantara.

Ketangguhan agraris dan maritim pertama kali ditunjukkan oleh Singhasari
di bawah pemerintahan Kertanegara pada abad ke-13. Cikal bakal kerajaan
ini sejak abad ke-10 oleh Medang, Kahuripan, lalu Kediri telah punya
basis yang kuat menguasai seluruh aliran sungai Brantas dari hulu sampai
hilirnya, meramu kekuatan agraria dan maritim. Maka saat Kertanegara
tampil, politik ekspansinya menguasai lautan Nusantara menjadi mulus.

Dalam Kakawin (babad, cerita, kitab) Negarakertagama Kertanegara telah
mendengungkan perluasan cakrawala mandala ke luar Pulau Jawa, yang
meliputi daerah seluruh dwipantara. Dengan kekuatan armada laut yang
tidak ada tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara mengirimkan
ekspedisi bahari ke Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin
persahabatan agar bersama2 dapat menghambat gerak maju Kerajaan Mongol
ke Asia Tenggara. Tahun 1284, ia menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut
ke timur. Dua pilar utama kekuatan agraris dan maritim telah membawa
Kertanegara menaklukan : Pahang, Melayu, Gurun (Indonesia Timur),
Bakulapura (Kalimantan BD), Sunda, Madura, dan seluruh Jawa. Sekalipun
lautan  menjadi perhatian utamanya, Kertanegara tidak pernah "luput ing
madal" (lupa daratan), ia memperkuat sektor agrarianya.

Puncak kejayaan bahari tercapai pada abad ke-14 ketika Majapahit
menguasai seluruh Nusantara bahkan pengaruhnya meluas sampai ke
negara-negara asing tetangganya. Kerajaan Majapahit di bawah Raden
Wijaya, Hayam Wuruk, dan Gajah Mada telah berkembang pesat menjadi
kerajaan besar yang mampu memberikan jaminan bagi keamanan perdagangan
di wilayah Nusantara.

Visi dan keinginan kuat  untuk membangun kerajaan yang mengedepankan
kekuatan maritim dan agrarian telah menjadi tekad Raden Wijaya, anak
menantu Kertanegara. Visi itu diwujudkan dengan memilih lokasi ibukota
Kerajaan Majapahit di daerah Tarik di hilir sungai Brantas dengan maksud
memudahkan pengawasan perdagangan pesisir dan sekaligus dapat
mengendalikan produksi pertanian di pedalaman.

Penyatuan Nusantara oleh Majapahit melalui ekspedisi2 bahari dimulai tak
lama setelah Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa yang
terkenal itu pada tahun 1334 : tan amukti palapa, "Sira Gajah Mada
pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa. Sira Gajah Mada lamun huwus
kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring
Seram, ring Doran, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring
Bali, Sunda, Palembang,Tumasik, samana ingsun amukti Palapa"

Ekspansi bahari ini tercatat dalam Negara Kertagama anggitan Mpu
Prapanca pada tahun 1365. Buku ini membagi wilayah kekuasaan Majapahit
dalam empat kelompok wilayah : (1) wilayah2 Melayu dan Sumatera : Jambi,
Palembang, Samudra dan Lamori (Aceh), (2) wilayah2 di Tanjung Negara
(Kalimantan) dan Tringgano (Trengganu), (3) wilayah2 di sekitar Tumasik
(Singapura), (4) wilayah2 di sebelah timur Pulau Jawa (Bali, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Maluku sampai Irian). Daftar lengkap nama2 wilayah
taklukan Majapahit tersebut ada di buku Fruin-Mess (1919) "Geschiedenis
van Java" halaman 82-84 (Fruin-Mess mengumpulkannya berdasarkan
Pararaton, Negara Kertagama, dan Hikayat Raja-Raja Pasai). Fruin-Mess
(1919) menulis di halaman 84 (diterjemahkan dari bahasa Belanda),
"Dengan demikian, orang akan melihat bahwa luas wilayah Majapahit kurang
lebih sama dengan wilayah Hindia Belanda dikurangi dengan Jawa Barat
karena dalam daftar tak disebutkan nama Pasundan"

Bahkan juga terungkap dalam catatan sejarah bahwa pengaruh Kerajaan
Majapahit telah sampai kepada beberapa wilayah negara asing : Siam,
Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, China.

Sekarang menjawab pertanyaan Andi :

Keberhasilan Kerajaan Majapahit mewujudkan visi Sumpah Palapa, selain
dibakar semangat kebangsaan patriotik di bawah komando Mahapatih Gajah
Mada, juga banyak disumbang oleh keberhasilan Majapahit dalam
mengembangkan teknologi bahari berupa kapal bercadik yang menjadi
tumpuan utama kekuatan armada lautnya. Gambaran model konstruksi kapal
bercadik sejak zaman Sriwijaya, Singhasari, dan Majapahit telah terpahat
rapih pada relief Candi Borobudur seperti diterangkan di atas. Armada
laut Majapahit ini didukung oleh persenjataan andalan berupa meriam
hasil rampasan dari bala tentara Kubilai Khan ketika menyerang Kediri
(atas tipudaya Raden Wijaya) dan roket (sekarang peluru kendali) yang
ditiru Majapahit dari peralatan perang Kubilai Khan itu. Peralatan
militer Majapahit ini dapat dibaca lebih lanjut di buku Jawaharlal Nehru
(1964) : A Glimpses of World History - Oxford University Press, New
York, atau Pramudya Toer (1998) : Hoakiau di Indonesia - Garba Budaya,
Jakarta. Sementara kapal2 armada zaman Sriwijaya-Singhasari bisa dilihat
di buku Anthony Reid (1996) : Indonesian Heritage : Early Modern History
- Archipelago Press, Jakarta, atau Djoko Pramono (2005) : Budaya Bahari
- Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tradisi Kerajaan Majapahit tidak banyak mendirikan candi, di pusat
kerajaannya pun dan di seluruh Jawa Timur tak banyak candi yang
ditinggalkannya, tak sampai lima candi telah ditemukan (misalnya candi
Tikus di utara Tulung Agung dan Bajang Ratu di Trowulan), itu pun sangat
sederhana, terbuat dari bata merah, tanah lempung yang dibakar; berbeda
dengan candi-candi Mataram Budha, Hindu atau Syiwa di Jawa Tengah yang
raja-rajanya gemar mendirikan candi yang massif dan besar terbuat dari
batuan andesit. Maka, di wilayah pusat Kerajaan Majapahit pun langka
ditemukan candi2 atau bentuk bangunan peninggalan lain, apalagi di
daerah taklukannya. Kalaupun ada, seberapa besar daya tahan bangunan
terbuat dari bata merah dibandingkan andesit ? Bukti2 wilayah penaklukan
Majapahit tercatat dalam babad-babad sejarah yang sezaman atau hampir
sezaman dengan periode penaklukannya.

Demikian, semoga kejayaan bahari masa lalu membuat kita menghargai
lautan dan sekitar 17.000 pulau yang menyusun Nusantara.

Salam,
awang


"Salahuddin, Andi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


        Mas Vick dan IAGI netters ysh:

        Saya beberapa kali mendengar/membaca sejarah yang menyatakan
bahwa  kerajaan Majapahit pernah menyatukan wilayah yang kita sebut
sekarang  sbg Indonesia plus wilayah2 lainnya misalnya sebagian
malaysia, sebagian  filipina (cmiiw). Hal ini sangat membanggakan dan
bisa jadi cambuk bagi  kita untuk kembali berjaya.

        Saya jadi penasaran:
        -Apakah ada buku yg menyebutkan/menunjukkan bukti bahwa pada
saat itu  majapahit sudah mampu membuat/memiliki kapal laut dan armada
laut?  Karena menurut saya minimal kedua faktor ini harus dimiliki untuk
menguasai (baik secara damai maupun perang) wilayah nusantara yang
notabene adalah kepulauan.
        -Saya tidak melihat banyak peninggalan majapahit (misal candi
dls) di  wilayah yg pernah disatukannya tersebut. Apa kira-kira
alasannya ya?  Apakah karena periode waktu yang sangat singkat sehingga
tidak sempat  membuat sisa peninggalan, atau mungkin sempat ada bukti
peninggalan tapi  kemudian dihancurkan oleh local people setelah
majapahit tidak berkuasa  lagi di daerah tsb? Atau mungkin ada alasan
lain?

        Terimakasih sebelumnya buat sharing...

        Salam
        Andi


        -----Original Message-----
        From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
        Sent: Tuesday, February 05, 2008 1:36 PM
        To: iagi-net@iagi.or.id
        Cc: paduka-3p2; [EMAIL PROTECTED]; mediacare
yahoogroups;
        teladan-3p3-81; FPK
        Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Jakarta hanya cukup satu juta
jiwa !  Blaik . !

        Banyak yang lupa akan sejarah Indonesia, kali.  Bahwa Indonesia
ini menyatu salah satunya dengan membanggakan masa   lalu yaitu
Majapahit. Yang kebetulan berpusat di JAWA. Memindahkan pusat
pemerintahan keluar Jawa akan menanggung biaya yang berat secara
politis, historis, serta psikologis ...  Malaysiapun mendekati Melaka
sebagai pusat pemerintahan karena Melaka merupakan kerajaan kebanggaan
Malesa.

------------------------------------------------------------------------
----


This email was Anti Virus checked by Administrator.
http://www.bpmigas.com



----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke