Witan
Seperti sudah saya sampaikan dalam komentar saya ,memang
bisa demikian , akan tetapi istilah resources , reserves
dan
macam macam reserves sudah enjadi defenisi yang sudah
kita kenal.
Bisa saja memang akan terjadi , WHO LKNOWS.
Akan tetapi saya
sangat menganjurkan BPPT untuk memberikan tanggapan yang
jujur , APABILA
memang pendapat atau temuan mereka seperti tertulisdi
media Atau
bahkan memberikan koreksi kalau memang merasa perlu
dikoreksi.
Pak Sekjen IAGI kan berkiprah di BPPT , daripada menjadi
polemik
yang lebih melebar sampai tidak tahu ujung-nya atau
bahkan membuat
Pemerintah melakukan kebijakan yang salah kaprah.
Tidak - lah
sesuatu hal yang merendahkan suatu institusi untuk
memberikan klarifikasi
ataupun koreksi.
Salah satu ciri dari ilmuwan adalah jujur
kepada diri sediri sebelum jujur kepada orang lain.
Si Abah
_____________________________________________________________________
Teman2
Please calm down...
Kalau anda
sendiri menghadiri pemaparannya pasti reaksinya tidak
sekeras
ini. Pengertian tentang reserves dan resources sudah
disampaikan oleh
para panelis tapi mungkin ditangkap lain oleh wartawan.
Menurut saya ini kan masih play concept jadi memang
masih bisa
diperdebatkan dengan kepala dingin.
Mungkin di Indonesia fore-arc basin belum terbukti ada
hidrokarbonnya,
tapi setahu saya di Talara Basin (Peru) dan Progresso
Basin
(Ecuador)
ada lapangan minyak dan gas.
Nah ini ada beberapa kalimat bijak yg saya kutip dari
website aapg:
"Everything in geology is more complicated than what you
see
in a
luncheon talk" (Jim Letourneau, CSPG, EPRD
Presentatiion, May 11 2004)
"Prospecting for oil is a
dynamic art... The greatest single element in
all prospecting,
past, present and future, is the man willing to take a
chance" Everett DeGolyer
-----Original Message-----
From: noor syarifuddin
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, February
13, 2008 7:41 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject:
[iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2
Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)
wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis
dengan bahasa
yang agak "keras"....:-)
Tapi saya
setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat
awal
untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa
membingungkan
banyak orang (atau bahkan orang dibuat bingung
oleh para politisi
nantinya).
Seperti pak Awang
tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja
masih
susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini
seperti
kasus di Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan
adalah aparat
pemda jadi ya kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini
keluar
dari
lembaga yang bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri
ya.....
salam,
----- Original Message ----
From: Awang Satyana
<[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED];
Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi
BPMIGAS
<[EMAIL PROTECTED]>; IAGI
<iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Tuesday, February 12, 2008
4:50:52 PM
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan
"Lapangan2
Super-Raksasa" di Aceh West Offshore
(BPPT-BGR)
Harus hati-hati dan kritis menyikapi
berita ini.
BPMIGAS tak punya urusan dengan berita
ini. Wilayah ini kosong dari
blok perminyakan yang menjadi
pengawasan BPMIGAS.
Beberapa hal dari berita itu
yang perlu dikritisi.
Yang baru teridentifikasi
hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya,
katakanlah terumbu
ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada
terumbu
yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah
selatan, di
dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah
dieksplorasi
Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir
1980/awal 1990
dan
telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas
biogenik
non-komersil.
Terumbu2 ini hanya
didapat dari survey geomarin yang punya jarak
lintasan 60 km.
Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space
seismik
60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh
jarak
lintasan seismik <5 km.
Mengapa menganggap
terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan
terumbu tak
mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan
bright
spot
pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column.
Banyak
brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi
saja, dan telah
banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam
dan terjauh
di
Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini,
ternyata hanya
kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di
tengah lempung.
Cara perhitungan sumberdaya/cadangan
sangat kasar, hanya mengalikan
BRV (bulk rock volume) dengan
porositas; padahal kita tahu bahwa untuk
sampai ke angka
sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to
gross),
dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw
(saturasi
air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF
(formation volume
factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus
banyak
dipotong
lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung
sumberdaya dengan
mengalikan BRV dengan porositas, maka yang
dihitung hanyalah ruang pori,
bukan hidrokarbon.
Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan
muka busur
di
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU
<1.5; GG < 2 C/100
feet), kecuali Bengkulu Basin yang
sedikit lebih panas; maka wajar saja
kalau Union Oil dan Caltex
menemukan gas biogenik saja di terumbu besar
Singkel, Suma, Ibu
Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya
Miosen Awal.
Minyak butuh termal yang lumayan panas.
Tak cocok
menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2
migas
di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka
bukan pada
posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin
dengan
delta
Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan
Andaman
Sea Floor
Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas
komersil di forearc
basin.
Gempa Aceh
Desember 2004 menggeser source rocks sehingga
mengeluarkan
panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang
menggelikan. Apakah
kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah
ia
tergeser
gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang
mengeluarkan panas
adalah heat flow dari mantel dan panas
konduktif dari tumpukan sedimen.
Taruhlah gempa membuat sesar
yang menghubungkan mantel dengan source
rocks; tetapi harus
diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di
wilayah barat
Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang
membawa
subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel
yang
dingin percuma saja.
Membandingkannya dengan
sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak
sepadan,
membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2
raksasa
di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan
sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan
membandingkannya
dengan
lapangan Bayu Urip pun tak sepadan.
Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti
temuan ini.
Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan
sebaiknya
berhati-hatilah mengeluarkan pendapat yang bombastis ini
ke publik,
dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan status
evaluasinya
masih
teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke publik,
lalu bagaimana
?
Mimpi boleh, tetapi tak
perlu ribut-ribut dulu ke mana2.
Salam,
awang
Guruh Didi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Selasa, 12 Feb 2008,
Ditemukan, Lapangan Migas Raksasa di Aceh
BPPT: Lebih Besar dari Milik Arab Saudi
JAKARTA - Bencana dahsyat tsunami di Aceh 26 Desember
2004 memunculkan
berkah tak terduga empat tahun kemudian. Berawal dari
studi
pascagempa
tsunami di perairan barat Sumatera, Badan Pengkajian
dan Penerapan
Teknologi
(BPPT) kemarin (11/2)
memublikasikan temuan blok dengan potensi
kandungan
migas raksasa.
Direktur Pusat Teknologi
Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf
Surahman
mengatakan, Survei BPPT bersama Bundesanspalp fur
Geowissnschaften und
Rohftoffe (BGR Jerman) itu menemukan kawasan perairan
yang di dalam
buminya
diperkirakan terkandung migas 107,5 hingga
320,79 miliar barel. Lapangan
migas tersebut terletak di daerah
cekungan busur muka atau fore arc
basin
perairan
timur laut Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD).
"Kandungan migas itu luar biasa besar," ujar Yusuf di
Kantor
BPPT
Jakarta
kemarin (11/2).
Sebagai perbandingan untuk menunjukkan besarnya kandungan
migas di Aceh
tersebut, Yusuf menyebutkan, saat ini cadangan terbukti
di Arab
Saudi
mencapai 264,21 miliar barel atau hanya 80 persen dari
kandungan migas
di
Aceh. Sementara itu, cadangan
Lapangan Banyu Urip di Cepu diperkirakan
hanya
450
juta barel. Lapangan migas dapat dikategorikan raksasa
atau giant
field
jika cadangan terhitungnya lebih dari 500 juta
barel.
Menurut Yusuf, angka potensi tersebut didapat
dari hitungan porositas 30
persen. Artinya, diasumsikan hanya
30 persen dari volume cekungan batuan
itu
yang
mengandung migas. Meski demikian, lanjut dia, belum tentu
seluruh
cekungan tersebut diisi hidrokarbon yang merupakan unsur
pembentuk
minyak.
"Karena itu, penemuan ini perlu kajian
lebih lanjut," katanya.
Dia menyatakan, meski
belum diketahui secara pasti, salah satu indikasi
awal
keberadaan migas di cekungan tersebut dapat dilihat dari
adanya
carbonate
build ups sebagai reservoir atau penampung
minyak serta bright spot yang
merupakan indikasi adanya gas.
Sejauh ini, lanjut Yusuf, Tim BPPT optimistis
perairan timur laut Pulau
Simeuleu mengandung migas skala
raksasa. Sebab, beberapa daerah yang
memiliki karakteristik
sama sudah terbukti mengandung migas. Di
antaranya,
di wilayah Myanmar, Andaman, serta California, AS.
Meski demikian, BPPT akan tetap membuat perhitungan
realistis. Menurut
Yusuf, jika porositas diperkecil menjadi 15 persen,
artinya
diasumsikan
hanya 15 persen dari volume cekungan yang
mengandung migas, angka
minimal
cadangannya masih
53,7 miliar barel. "Tetap saja angka itu masih sangat
besar," terangnya.
Penemuan BPPT tersebut
mendapat tanggapan positif dari ahli geologi
perminyakan Andang
Bachtiar yang kemarin juga hadir di Kantor BPPT.
Chairman
PT Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) itu
mengatakan, wilayah
perairan
Indonesia memang memiliki banyak cekungan
atau basin yang berpotensi
mengandung migas. "Banyak di
antaranya yang belum teridentifikasi, "
ujarnya.
Hingga saat ini, kata dia, sudah ada 66 cekungan plus 6
cekungan fore
arc
basin yang teridentifikasi berisi
minyak. Pada 2003, lanjut dia, Ikatan
Ahli
Geologi
Indonesia (IAGI) berhasil mengidentifikasi hipotesis
cadangan
gas
sebesar 26,7 triliun kaki kubik (TCF) yang tersebar di
beberapa wilayah.
"Kebanyakan memang berada di sebelah
barat Sumatera," terangnya.
Terkait dengan
penemuan BPPT itu, Andang menyatakan masih perlu kajian
lebih
lanjut untuk bisa mendekati hitungan berapa besar
cadangan
terbuktinya.
Menurut dia, lokasi studi seismik 2D yang
dilakukan BPPT dengan interval
jarak 60 km masih terlalu
longgar. "Harus lebih rapat lagi, paling tidak
intervalnya
20 km," katanya.
Karena itu, lanjut dia, BPPT
harus segera berkoordinasi dengan
pemerintah
untuk
segera menindaklanjuti temuan tersebut. Sebab, untuk
mengkaji
lebih
teliti, dibutuhkan dana cukup besar.Dia menyebut, untuk
proses studi
seismik 2D yang lebih rapat, dibutuhkan
dana sekitar USD 7 juta.
Kemudian, untuk mengetahui
angka cadangan migas,
perlu dilakukan minimal 14 pengeboran
sumur di 14 titik cekungan. Biaya
pengeboran satu sumur, lanjut
alumnus Colorado School of Mines, AS, itu,
sekitar USD 30 juta.
Dengan demikian, minimal dibutuhkan dana USD 427
juta.
"Itu baru untuk studi eksplorasi. Untuk pengembangan
lapangan,
jumlahnya
jauh lebih besar," jelasnya.
Andang menambahkan, yang saat ini harus segera dilakukan
BPPT dan
pemerintah
adalah koordinasi. Menurut dia, meskipun
lapangan migas tersebut paling
cepat baru dapat dikembangkan
dalam waktu tujuh tahun ke depan,
pemerintah
harus
bergerak cepat. "Jangan sampai potensi ini salah urus,"
tegasnya.
Dia mengatakan, karakter lapangan yang
berada di laut dalam (kedalaman
lebih
dari 200
meter) jelas membutuhkan dana besar dan teknologi tinggi
yang
belum
tentu dimiliki Pertamina selaku perusahaan nasional.
Meski demikian,
lanjut
dia, jangan sampai
tersebarnya informasi potensi tersebut justru
dimanfaatkan
pihak-pihak yang punya modal besar dan teknologi, yakni
perusahaan asing. "Intinya, pemerintah harus berusaha
agar potensi
ini
bisa
dimanfaatkan secara maksimal untuk
kepentingan bangsa," jelasnya.
Terkait dengan
hal itu, Kepala BPPT Said Jenie menyatakan sudah
melaporkan
penemuan tersebut ke Departemen ESDM. Selain itu,
pihaknya sudah
memberikan
tembusan yang ditindaklanjuti Pertamina
dengan mengirimkan letter of
intent
kerja sama untuk
menindaklanjuti temuan tersebut. "Kami harap semua
pihak
terkait bisa cepat merespons temuan ini. Sehingga bisa
segera
ditindaklanjuti, " ujarnya.
BPPT
juga telah menyiapkan satu kapal riset yang dilengkapi
alat khusus
seismik untuk meneliti lebih lanjut dan telah meminta
kepada
pemerintah
untuk mengamankan daerah perairan barat Aceh
tersebut. (owi/kim)
__________________________________________________________
Be a
better friend, newshound, and
know-it-all with Yahoo! Mobile.
Try it now.
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ
[Non-text portions of this message have been removed]
__._,_.___ Messages in this topic (1)
Reply (via web post) | Start a
new topic
Messages |
Files | Photos | Links | Database | Polls | Members |
Calendar
Moderators:
Budhi Setiawan '91
<[EMAIL PROTECTED]>
Edi Suwandi Utoro '92
<[EMAIL PROTECTED]>
Sandiaji '94
<[EMAIL PROTECTED]>
Wanasherpa '97
<[EMAIL PROTECTED]>
Satya '2000
<[EMAIL PROTECTED]>
Andri'2004
<[EMAIL PROTECTED]>
Change settings via
the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch
delivery to Daily Digest | Switch
format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use |
Unsubscribe
Recent Activity
2
New
Members
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart
Sign up today!
Find great recruits
for
your company.
Y! Messenger
Group
get-together
Host a free online
conference on IM.
Y! Groups blog
the best source
for the latest
scoop on Groups.
.
__,_._,___
---------------------------------
Never
miss a thing. Make Yahoo your homepage.
________________________________________________________________________
____________
Never miss a thing. Make Yahoo your
home page.
http://www.yahoo.com/r/hs
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website:
http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123
0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net
Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI
or others. In no event
shall IAGI and its members be liable for
any, including but not limited to
direct or indirect damages,
or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use,
data or profits, arising out of or in connection with
the use
of any information posted on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------