Abah, dan rekan-rekan IAGI,

Setahu saya, informasi yang disampaikan oleh Yusuf Surachman merupakan informasi ilmiah yang sudah dilakukan melalui olah pikir dengan metoda yang memadai. Kalau masih ada pertanyaan dan klarifikasi, makanya kita adakan luncheon talk Kamis, 21 Februari di Sahid.

Sebelumnya info ini mau disampaikan secara langsung dalam forum terbatas kepada ESDM, tapi belum sempat kejadian, keburu meledak sebagai petasan Imlek...

Kalau soal jujur, saya yakin info ini jujur. Dalam dunia ilmiah ini, prinsip yang harus dipegang adalah: Kita boleh salah, tapi tak boleh bohong...

Salam,
R i d w a n

On Wed, 13 Feb 2008 19:19:59 +0700 (WIT)
 [EMAIL PROTECTED] wrote:


Witan

Seperti sudah saya sampaikan dalam komentar saya ,memang
bisa demikian , akan  tetapi istilah resources , reserves dan macam macam reserves sudah enjadi defenisi yang sudah kita kenal.

Bisa saja memang akan terjadi , WHO LKNOWS.

Akan tetapi saya
sangat menganjurkan BPPT untuk memberikan tanggapan yang jujur , APABILA memang pendapat atau temuan  mereka seperti tertulisdi media Atau bahkan memberikan koreksi kalau memang merasa perlu dikoreksi.

Pak Sekjen IAGI kan berkiprah di BPPT , daripada menjadi polemik  yang lebih melebar sampai tidak tahu ujung-nya atau bahkan membuat
Pemerintah melakukan kebijakan yang salah kaprah.

Tidak - lah
sesuatu hal yang merendahkan suatu institusi untuk memberikan klarifikasi
ataupun koreksi.

Salah satu ciri dari ilmuwan adalah jujur
kepada diri sediri sebelum jujur kepada orang lain.

Si Abah

_____________________________________________________________________
   Teman2
Please calm down... Kalau anda
sendiri menghadiri pemaparannya pasti reaksinya tidak sekeras

ini. Pengertian tentang reserves dan resources sudah disampaikan oleh
para panelis tapi mungkin ditangkap lain oleh wartawan.

Menurut saya ini kan masih play concept jadi memang masih bisa

diperdebatkan dengan kepala dingin.

Mungkin di Indonesia fore-arc basin belum terbukti ada hidrokarbonnya,
tapi setahu saya di Talara Basin (Peru) dan Progresso Basin
(Ecuador)
ada lapangan minyak dan gas.

Nah ini ada beberapa kalimat bijak yg saya kutip dari website aapg:
"Everything in geology is more complicated than what you see
in a
luncheon talk" (Jim Letourneau, CSPG, EPRD
Presentatiion, May 11 2004)
"Prospecting for oil is a
dynamic art... The greatest single element in
all prospecting,
past, present and future, is the man willing to take a

chance" Everett DeGolyer



-----Original Message-----

From: noor syarifuddin
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, February
13, 2008 7:41 AM
To: iagi-net@iagi.or.id Subject:
[iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2

Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)


wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa
yang agak "keras"....:-)
Tapi saya
setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal

untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa
membingungkan
banyak orang (atau bahkan orang dibuat bingung
oleh para politisi
nantinya). Seperti pak Awang
tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja
masih
susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti

kasus di Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat
pemda jadi ya kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar
dari
lembaga yang bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri
ya.....


salam,

----- Original Message ----
From: Awang Satyana
<[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED];
Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi
BPMIGAS
<[EMAIL PROTECTED]>; IAGI
<iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Tuesday, February 12, 2008
4:50:52 PM
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan
"Lapangan2
Super-Raksasa" di Aceh West Offshore
(BPPT-BGR)

Harus hati-hati dan kritis menyikapi
berita ini.

BPMIGAS tak punya urusan dengan berita
ini. Wilayah ini kosong dari
blok perminyakan yang menjadi
pengawasan BPMIGAS.

Beberapa hal dari berita itu
yang perlu dikritisi.

Yang baru teridentifikasi
hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya,
katakanlah terumbu
ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada
terumbu
yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di

dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi
Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990
dan
telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas
biogenik
non-komersil.
Terumbu2 ini hanya
didapat dari survey geomarin yang punya jarak
lintasan 60 km.
Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space
seismik
60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak

lintasan seismik <5 km.

Mengapa menganggap
terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan
terumbu tak
mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright
spot
pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak

brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah
banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh
di
Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini,
ternyata hanya
kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di
tengah lempung.

Cara perhitungan sumberdaya/cadangan
sangat kasar, hanya mengalikan
BRV (bulk rock volume) dengan
porositas; padahal kita tahu bahwa untuk
sampai ke angka
sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to
gross),
dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi

air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume
factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak
dipotong
lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung
sumberdaya dengan
mengalikan BRV dengan porositas, maka yang
dihitung hanyalah ruang pori,
bukan hidrokarbon. Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur
di
Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU
<1.5; GG < 2 C/100
feet), kecuali Bengkulu Basin yang
sedikit lebih panas; maka wajar saja
kalau Union Oil dan Caltex
menemukan gas biogenik saja di terumbu besar
Singkel, Suma, Ibu
Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya
Miosen Awal.
Minyak butuh termal yang lumayan panas.

Tak cocok
menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2
migas
di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada
posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan
delta
Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman
Sea Floor
Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas
komersil di forearc
basin.
Gempa Aceh
Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan

panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah

kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia
tergeser
gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang
mengeluarkan panas
adalah heat flow dari mantel dan panas
konduktif dari tumpukan sedimen.
Taruhlah gempa membuat sesar
yang menghubungkan mantel dengan source
rocks; tetapi harus
diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di
wilayah barat
Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang
membawa
subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang

dingin percuma saja.

Membandingkannya dengan
sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak
sepadan,
membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa

di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya
dengan
lapangan Bayu Urip pun tak sepadan. Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini.

Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik,

dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan status evaluasinya
masih
teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke publik,
lalu bagaimana
?
Mimpi boleh, tetapi tak
perlu ribut-ribut dulu ke mana2.

Salam,
awang

Guruh Didi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Selasa, 12 Feb 2008,
Ditemukan, Lapangan Migas Raksasa di Aceh


BPPT: Lebih Besar dari Milik Arab Saudi
JAKARTA - Bencana dahsyat tsunami di Aceh 26 Desember 2004 memunculkan
berkah tak terduga empat tahun kemudian. Berawal dari studi
pascagempa
tsunami di perairan barat Sumatera, Badan Pengkajian
dan Penerapan
Teknologi (BPPT) kemarin (11/2)
memublikasikan temuan blok dengan potensi
kandungan
migas raksasa.

Direktur Pusat Teknologi
Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf
Surahman
mengatakan, Survei BPPT bersama Bundesanspalp fur Geowissnschaften und
Rohftoffe (BGR Jerman) itu menemukan kawasan perairan yang di dalam

buminya diperkirakan terkandung migas 107,5 hingga
320,79 miliar barel. Lapangan
migas tersebut terletak di daerah
cekungan busur muka atau fore arc
basin perairan
timur laut Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

"Kandungan migas itu luar biasa besar," ujar Yusuf di Kantor BPPT
Jakarta kemarin (11/2).

Sebagai perbandingan untuk menunjukkan besarnya kandungan migas di Aceh

tersebut, Yusuf menyebutkan, saat ini cadangan terbukti di Arab
Saudi
mencapai 264,21 miliar barel atau hanya 80 persen dari
kandungan migas
di Aceh. Sementara itu, cadangan
Lapangan Banyu Urip di Cepu diperkirakan
hanya 450
juta barel. Lapangan migas dapat dikategorikan raksasa atau giant
field jika cadangan terhitungnya lebih dari 500 juta
barel.

Menurut Yusuf, angka potensi tersebut didapat
dari hitungan porositas 30
persen. Artinya, diasumsikan hanya
30 persen dari volume cekungan batuan
itu yang
mengandung migas. Meski demikian, lanjut dia, belum tentu seluruh
cekungan tersebut diisi hidrokarbon yang merupakan unsur pembentuk

minyak. "Karena itu, penemuan ini perlu kajian
lebih lanjut," katanya.

Dia menyatakan, meski
belum diketahui secara pasti, salah satu indikasi
awal keberadaan migas di cekungan tersebut dapat dilihat dari adanya carbonate build ups sebagai reservoir atau penampung
minyak serta bright spot yang
merupakan indikasi adanya gas.


Sejauh ini, lanjut Yusuf, Tim BPPT optimistis
perairan timur laut Pulau
Simeuleu mengandung migas skala
raksasa. Sebab, beberapa daerah yang
memiliki karakteristik
sama sudah terbukti mengandung migas. Di
antaranya,
di wilayah Myanmar, Andaman, serta California, AS.


Meski demikian, BPPT akan tetap membuat perhitungan realistis. Menurut
Yusuf, jika porositas diperkecil menjadi 15 persen, artinya
diasumsikan
hanya 15 persen dari volume cekungan yang
mengandung migas, angka
minimal cadangannya masih
53,7 miliar barel. "Tetap saja angka itu masih sangat

besar," terangnya.

Penemuan BPPT tersebut
mendapat tanggapan positif dari ahli geologi
perminyakan Andang
Bachtiar yang kemarin juga hadir di Kantor BPPT.
Chairman PT Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) itu mengatakan, wilayah

perairan Indonesia memang memiliki banyak cekungan
atau basin yang berpotensi
mengandung migas. "Banyak di
antaranya yang belum teridentifikasi, "
ujarnya.
Hingga saat ini, kata dia, sudah ada 66 cekungan plus 6
cekungan fore
arc basin yang teridentifikasi berisi
minyak. Pada 2003, lanjut dia, Ikatan
Ahli Geologi
Indonesia (IAGI) berhasil mengidentifikasi hipotesis cadangan

gas
sebesar 26,7 triliun kaki kubik (TCF) yang tersebar di
beberapa wilayah.
"Kebanyakan memang berada di sebelah
barat Sumatera," terangnya.

Terkait dengan
penemuan BPPT itu, Andang menyatakan masih perlu kajian
lebih

lanjut untuk bisa mendekati hitungan berapa besar cadangan
terbuktinya.
Menurut dia, lokasi studi seismik 2D yang
dilakukan BPPT dengan interval
jarak 60 km masih terlalu
longgar. "Harus lebih rapat lagi, paling tidak
intervalnya
20 km," katanya.

Karena itu, lanjut dia, BPPT
harus segera berkoordinasi dengan
pemerintah untuk
segera menindaklanjuti temuan tersebut. Sebab, untuk mengkaji

lebih
teliti, dibutuhkan dana cukup besar.Dia menyebut, untuk
proses studi
seismik 2D yang lebih rapat, dibutuhkan
dana sekitar USD 7 juta.

Kemudian, untuk mengetahui
angka cadangan migas,
perlu dilakukan minimal 14 pengeboran
sumur di 14 titik cekungan. Biaya
pengeboran satu sumur, lanjut
alumnus Colorado School of Mines, AS, itu,
sekitar USD 30 juta.
Dengan demikian, minimal dibutuhkan dana USD 427
juta. "Itu baru untuk studi eksplorasi. Untuk pengembangan lapangan,
jumlahnya
jauh lebih besar," jelasnya. Andang menambahkan, yang saat ini harus segera dilakukan BPPT dan

pemerintah adalah koordinasi. Menurut dia, meskipun
lapangan migas tersebut paling
cepat baru dapat dikembangkan
dalam waktu tujuh tahun ke depan,
pemerintah harus
bergerak cepat. "Jangan sampai potensi ini salah urus,"
tegasnya.

Dia mengatakan, karakter lapangan yang
berada di laut dalam (kedalaman
lebih dari 200
meter) jelas membutuhkan dana besar dan teknologi tinggi yang

belum
tentu dimiliki Pertamina selaku perusahaan nasional.
Meski demikian,
lanjut dia, jangan sampai
tersebarnya informasi potensi tersebut justru
dimanfaatkan
pihak-pihak yang punya modal besar dan teknologi, yakni

perusahaan asing. "Intinya, pemerintah harus berusaha agar potensi ini
bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk
kepentingan bangsa," jelasnya.

Terkait dengan
hal itu, Kepala BPPT Said Jenie menyatakan sudah
melaporkan penemuan tersebut ke Departemen ESDM. Selain itu, pihaknya sudah

memberikan tembusan yang ditindaklanjuti Pertamina
dengan mengirimkan letter of
intent kerja sama untuk
menindaklanjuti temuan tersebut. "Kami harap semua
pihak

terkait bisa cepat merespons temuan ini. Sehingga bisa segera

ditindaklanjuti, " ujarnya.
BPPT
juga telah menyiapkan satu kapal riset yang dilengkapi alat khusus
seismik untuk meneliti lebih lanjut dan telah meminta kepada
pemerintah
untuk mengamankan daerah perairan barat Aceh
tersebut. (owi/kim)


__________________________________________________________
Be a
better friend, newshound, and
know-it-all with Yahoo! Mobile.
Try it now.

http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ

[Non-text portions of this message have been removed]



__._,_.___ Messages in this topic (1)
Reply (via web post) | Start a
new topic Messages |
Files | Photos | Links | Database | Polls | Members |
Calendar

Moderators: Budhi Setiawan '91
<[EMAIL PROTECTED]>
Edi Suwandi Utoro '92
<[EMAIL PROTECTED]>
Sandiaji '94
<[EMAIL PROTECTED]>
Wanasherpa '97
<[EMAIL PROTECTED]>
Satya '2000
<[EMAIL PROTECTED]>
Andri'2004
<[EMAIL PROTECTED]>

Change settings via
the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch
delivery to Daily Digest | Switch
format to Traditional Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity 2 New
Members

Visit Your Group Yahoo! Kickstart

Sign up today! Find great recruits for
your company.

Y! Messenger Group
get-together
Host a free online conference on IM.


Y! Groups blog the best source
for the latest
scoop on Groups.


.

__,_._,___


--------------------------------- Never
miss a thing. Make Yahoo your homepage.





________________________________________________________________________

____________ Never miss a thing. Make Yahoo your
home page.
http://www.yahoo.com/r/hs



----------------------------------------------------------------------------

To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website:
http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123
0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net
Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

---------------------------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI
or others. In no event
shall IAGI and its members be liable for
any, including but not limited to
direct or indirect damages,
or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use,
data or profits, arising out of or in connection with
the use
of any information posted on IAGI mailing list.


---------------------------------------------------------------------





----------------------------------------------------------------------------

CALONKAN DIRI ANDA SEBAGAI KETUA UMUM IAGI 2008-2011  !!!!!
PENDAFTARAN CALON KETUA 13 FEB S/D 6 JUNI 2008
PENGHITUNGAN SUARA: PIT IAGI 37 DI BANDUNG

-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Reply via email to