Rekan-rekan IAGI yang budiman, Dialog tentang galena menggelitik mang Okim untuk ikut nimbrung mengingat begitu banyaknya calon penjual dan calon pembeli yang datang ke Serambi Batumulia di Bandung yang minta mang Okim untuk jadi makelar . Selain galena, yang mereka sodorkan adalah besi, mangan, nikel, dan banyak lagi komoditas tambang lainnya. Hal ini mengingatkan mang Okim akan peristiwa beberapa tahun yang lalu dimana masyarakat ribut menernakkan cacing karena ada permintaan besar dari Cina. Ujung-ujungnya bisnis cacing tak pernah lagi terdengar beritanya.
Untuk komoditas tambang, permasalahannya tentu berbeda dengan komoditas cacing. Disini kelihatan betapa Otonomi Daerah telah menjerumuskan kita kepada perusakan lingkungan yang sangat luar biasa. Para pejabat daerah yang tidak paham tentang masalah pertambangan, langsung saja memberikan izin penambangan tanpa sebelumnya mempelajari studi kelayakannya ( kalau ada ). Contohnya tidak usah jauh-jauh, lihatlah penambangan galian C di sekitar Bandung, entah pasir, andesit, ataupun batugamping. Quarrynya sembarangan, stripping ratio tak lagi dipermasalahkan. Keberadaan situs pra-sejarah tak jadi soal, dinamit terus saja diledakkan. Bukit-bukit kapur di Citatah yang merupakan landmark kawasan Bandung, satu demi satu diratakan dengan tanah - - - - dan masyarakat di sekitarnya tetap saja hidup di bawah garis kemiskinan . Kecelakaan kalau hanya merenggut 1-2 jiwa tak jadi masalah - - - subhanallah. Galena Gunung Kidul Dari sekian banyak contoh galena yang mang Okim lihat, entah dari Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat atau Jawa Timur, galena yang katanya dari Gunung Kidul merupakan contoh yang paling atraktif. Kristalnya yang besar-besar dan bersih berkilauan sangat bagus untuk dimanfaatkan sebagai mineral koleksi. Kenalan mang Okim yang membawa contoh galena Gunung Kidul tersebut bercerita bahwa dia sudah mengumpulkan puluhan ribu ton bahan galena siap jual dan minta mang Okim untuk memeriksa kandungannya. Pemeriksaan laboratorium mengungkap bahwa selain timah hitam / Pb yang kandungannya mencapai 55 %, ternyata ada juga unsur tembaga / Cu lebih dari 1000 ppm, seng / Zn lebih dari 10.000 ppm dan perak / Ag lebih dari 400 ppm. Hal ini memberikan gambaran bahwa dalam 1 Ton bahan galena Gunung Kidul yang siap dikirim ke Cina, terdapat kandungan lebih dari 550 kg Pb, lebih dari 1 kg Cu, lebih dari 10 kg Zn, dan lebih dari 400 gram Ag. Kalau kita hargai peraknya saja yang Rp 6.000 / gram, maka dalam 1 Ton bahan galena tersebut sudah tersimpan Rp 2,4 juta dari perak saja. Bagaimana dengan Pb nya sendiri dan juga Cu dan Zn nya ? Harganya tentu akan mencapai puluhan juta rupiah per Ton bahan. Dari hasil hitungan sederhana ini, apakah kita masih tega menjual galena dan bahan tambang lainnya ke para investor Cina, Taiwan, Malaysia, dan lain-lainnya untuk kemudian langsung diekspor mentah-mentah ke negara mereka masing-masing? Semoga kita masih diberikan sedikit saja kearifan dan rasa malu kepada anak-cucu kita sehingga kebodohan yang sedang diperbuat oleh kita-kita ini dapat segera dihentikan. Dan kepada para cendekiawan dan ahli pertambangan, marilah kita berikan bimbingan kepada siapa saja di negeri tercinta ini , agar sesuai dengan isi UUD 1945, sektor pertambangan dapat dimanfaatkan untuk sebanyak-banyaknya kepentingan rakyat. Amiin Salam prihatin, Mang Okim ----- Original Message ----- From: "yanto R.Sumantri" <[EMAIL PROTECTED]> To: <iagi-net@iagi.or.id> Sent: Monday, May 26, 2008 2:17 PM Subject: Re: [iagi-net-l] GALENA > Terima kasih Mas Adi > > Si Abah > > In > 26/05/2008, Adi Maryono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >