Pak Awang YTH.,
Terimakasih sekali atas pencerahan nya pak, sangat-sangat bermanfaat...
Best Regards
Sigit Ari Prabowo



----- Original Message ----
From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad <[EMAIL PROTECTED]>; Forum HAGI <[EMAIL 
PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, July 2, 2008 11:25:14 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Bertanya tentang konsep migrasi HC dalam Petroleum 
System

Sigit dan rekan netters lainnya,
 
Yang dimaksud Allen dan Allen (1990) atau Allen dan Allen (2005, edisi 
ke-2-nya) adalah "elongated kitchen" bukan "elongated basin". Harus dibedakan 
antara elongated kitchen dengan elongated basin. Elongated basin adalah pure 
basin seperti yang dimaksudkan oleh Selley (1985). Dalam konteks pertanyaan2 
Sigit tentang migrasi yang dimaksud adalah elongated kitchen, yaitu kitchen 
petroleum yang punya sumbu panjang dan sumbu pendek berbeda. 
 
Allen dan Allen (1990, 2005) menulis bahwa poor charge akan terjadi sejajar 
dengan sumbu panjang elongated kitchen, sementara good charge akan terjadi 
sejajar dengan sumbu pendek (atau tegak lurus terhadap sumbu panjang elongated 
kitchen). Apakah ini benar terjadi ? Jawaban saya adalah : benar terjadi. 
Paling tidak itu berdasarkan studi2 migrasi yang pernah saya lakukan di Barito 
Basin, Salawati Basin, Arabian-Zagros area, Central Deep di East Java Basin, 
Sunda dan Asri Basin. Studi terkait dengan migrasi di Barito Basin pernah saya 
publikasi di pertemuan IAGI 1993 (Satyana and Silitonga, 1993), IPA 1994 
(Satyana and Silitonga, 1994) dan 1995 (Satyana, 1995), di Salawati Basin 
pernah saya publikasi di IPA 2000 (Satyana et al.., 2000), yang di East Java 
Basin di IAGI 2002 (Satyana and Purwaningsih, 2002), IPA 2003 (Satyana and 
Purwaningsih, 2003).
 
Mengapa good charging terjadi ke arah tegak lurus terhadap sumbu panjang 
elongated kitchen ? Karena, pada arah ini terdapat carrier bed dan sealing beds 
terbaik, di samping itu secara regional dip ia lebih landai dan jarang 
terganggu oleh struktur yang kompleks yang akan memperumit alur-alur migrasi. 
Saya tak yakin bahwa reservoir di ujung sumbu sejajar elongated kitchen 
kualitasnya masih baik. Itu banyak dibuktikan baik untuk batuan silisiklastik 
maupun karbonat di Barito, Sunda-Asri dan Salawati. 
 
Plunging nose dari wilayah updip yang menunjam downdip masuk ke kitchen adalah 
nose yang sangat baik untuk konsentrasi migrasi. Kita harus mencari noses 
semacam ini. Kalau ada prospek berkembang di updip nose tersebut, akan sangat 
berposisi baik untuk menerima HC charge. Publikasi saya di IPA 2000 itu, 
mengidentifikasi sekitar tujuh regional nose di Salawati Basin. Dan, di 
Salawati Basin bisa dibilang bahwa 90 % migrasi terjadi di sepanjang regional 
noses-nya. Struktur2 yang ada di sinklinorium di antara regional noses hampir 
seluruhnya kering. Sumur2 itu dibor sebelum ada konsep regional nose. Bagaimana 
bila ada regional nose sejajar sumbu panjang apakah akan berpeluang baik untuk 
menerima migrasi. Akan lebih baik daripada tidak ada nose, tetapi harus 
diperiksa dulu kualitas carrier bed dan sealing beds di wilayah ini, juga 
regional dip-nya. 
 
Apapun jenis basin-nya, misalnya seperti yang dipublikasi oleh Allen dan Allen 
(1990, 2005) yang Sigit kutip, maupun dari penulis lain (Kingston, 1983; 
Selley, 1985; Bally and Snelson, 1979; dll.) prinsip-prinsip migrasi tak 
berubah :  migrasi terjadi ke wilayah lower pressure di subsurface. Lower 
pressure di subsurface akan berlokasi di wilayah punggungan-punggungan struktur 
dan lereng-lerengnya yang menuju punggungan struktur. Migrasi tidak akan 
terjadi di wilayah sinklin atau lembah-lembah di subsurface (bandingkan, ia 
terbalik dengan pola keberadaan sungai di permukaan yang menghindari punggungan 
tetapi berkumpul di lembah).
 
Dalam konsep "bed parallel focused migration" Pratsch (1983) disebutkan 
hubungan antara kemiringan regional carrier bed dengan laju migrasi atau lebih 
tepat wilayah yang lebih disukai untuk migrasi. Dari konsep itu : semakin curam 
kemiringan carrier bed semakin cepat atau semakin sering terjadi migrasi. 
Secara mekanika fluida, konsep ini bisa dipahami bila kita mengacu kepada 
publikasi mekanika migrasi dari Schowalter (1976). Semakin curam kemiringan itu 
semakin besar gradien differential pore pressure antara titik awal migrasi 
dengan titik ujung migrasi. Hanya, konsep Pratsch (1983) ini dalam pengalaman 
saya tak bisa langsung diaplikasi begitu saja, terutama kalau kita berhubungan 
dengan migrasi di suatu half graben atau asymmetric basin (contoh klasiknya : 
Central Deep, Sunda, Asri, Barito, Salawati). Di cekungan2 ini bisa dibilang 
bahwa 80 % migrasi justru ke arah lereng updip yang lebih landai. Mengapa 
menyalahi kaidah Pratsch (1983). Sebab, di
lereng curam terjadi struktur yang sangat kompleks dengan berbagai sesar dan 
mollasic sediments yang bukan merupakan carrier beds yang baik, dan di wilayah 
curam karena strukturnya kompleks maka banyak sealing beds yang rusak. Harus 
diingat bahwa sealing beds adalah "roof of migration". Dalam kasus2 di atas 
justru di lereng curam akan banyak terjadi migration loss, bukan di lereng yang 
landai. Konsep Pratsch (1983) harus diterapkan hati-hati di wilayah carrier 
beds yang kontinyu tanpa disrupsi struktur.
 
Semakin besar perbedaan buoyancy antara fluida migrasi (antara air dan minyak, 
antara air dan gas, antara minyak dan gas) akan semakin cepat laju migrasi. 
Semakin besar perbedaan pore pressure lereng migrasi (awal dan ujung) semakin 
cepat laju migrasi. Semakin besar capillary pressure (semakin kecil pore throat 
sealing beds) maka semakin baik sealing beds berperan sebagai roof of 
migration. Capillary pressure akan mencegah migrasi bocor melalui sealing beds. 
Dalam hal ini, capillary pressure harus > buoyancy pressure. Dalam kasus 
tersebut, migrasi lateral akan lebih sering terjadi dibandingkan migrasi 
vertikal.
 
Menghitung volume hidrokarbon yang digenerasi di suatu kitchen kemudian berapa 
yang akhirnya terperangkap banyak metodenya. Saya suka menggunakan metode 
Moshier dan Waples (1985) karena cukup simpel dan logis serta beberapa 
exercises yang saya aplikasikan di beberapa cekungan mendekati kebenaran. 
Tetapi harus diwaspadai bahwa yang namanya volumetrik selalu ada nilai-nilai 
asumsi yang dimasukkan ke dalam itu, maka jangan terlalu percaya hasil 
perhitungan, tetapi juga jangan mengabaikannya.
 
Source rock yield yang Sigit maksudkan adalah total volume HC per satuan volume 
(biasanya cubic mile) yang bisa dihasilkan  (satuannya : MMBO/cu mi source rock 
atau BCFG/ cu mi source rock). Dalam metode Mohhier dan Waples, formula SR 
yield ini adalah : volume of HC = (k) (TOC) (HI) (f). TOC dalam persen berat, 
HI (hydrogen index) dalam mg HC/g TOC, f adalah index kematangan antara 0 
(immature) dan 1 (fully mature), k adalah konstanta konversi. Bila kita 
menginginkan satuan SR yield adalah MMBO/cu mi (misalnya bila SR kita shales 
dengan densitas 2.3 g/cc, maka k = 0.7). Silakan baca Moshier dan Waples (1985, 
AAPG Bull v. 69, p. 161-172) untuk konstanta f dan k secara lebih detail.
 
Setelah SR yield diketahui, maka tinggal dikalikan dengan volume total SR 
(dalam cubic mile) di wilayah yang telah diteliti (gunakan konsep fetch area 
dalam hal ini, jangan menghitung kitchen secara total area tetapi bagi-bagi 
menjadi wilayah drainage/fetch area, ini akan lebih tepat). Inilah yang kita 
sebut sebgai petroleum generated (total HC volume).
 
Tahap selanjutnya adalah mengalikan total HC volume dengan berbagai efisiensi : 
ekspulsi, migrasi, trapping, dan prerservation. Waples (1985) menggabungkan 
efisiensi ekspulsi dan migrasi menjadi satu (sebab ekspulsi = primary 
migration) yaitu 5-10 % untuk rich source rocks (kalau sendiri2 : ekspulsi = 50 
%.. migrasi 5-30 %). Efisiensi migration dan trapping (accumulation) juga sudah 
disatukan oleh Waples (1985) menjadi 10-20 %. Faktor preservation bisa di 
antara 0 - 1 (0 = total destruction, 1 = no destruction at all). Dalam 
pengalaman saya, praktisnya : hitung total HC volume kemudian kalikan dengan 15 
%, itu adalah jumlah total volume HC yang siap terperangkap (setelah melalui 
discounts oleh : ekspulsi, migrasi dan pemerangkapan).  Kemudian, gunakan 
metode perhitungan probabilistik, jangan deterministik.
 
Riset geokimia belakangan ini banyak dilakukan untuk mendekatkan efisiensi2 di 
atas dengan kenyataannya, salah satunya adalah dengan cross check total HC 
volume, oil in place di semua struktur di wilayah itu, dan cummulative 
productions dari lapangan-lapangan yang ada. 
 
Demikian, semoga cukup mudah dipahami dan berguna, terima kasih atas 
pertanyaannya.
 
salam,
awang

--- On Tue, 7/1/08, sigit prabowo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: sigit prabowo <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [iagi-net-l] Bertanya tentang konsep migrasi HC dalam Petroleum System
To: iagi-net@iagi.or.id, "awang satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Tuesday, July 1, 2008, 3:16 PM

Pak Awang dan para IAGI Netters YTH.,
Saya pernah membaca dalam suatu literature, bila dalam migrasi HC, dari suatu
cekungan ke arah reservoir, dalam hal ini bentuk cekungan nya adalah
'elongated', ....area di ujung sepanjang sumbu dari 'kitchen',
akan relative tidak terlalu bagus untuk HC charging nya...
Apakah hal ini selalu hampir terjadi di tiap cekungan yang 'elongated'
pak...
...ataukah reservoir di ujung sumbu basin nya tersebut masih bagus
'charging' nya bila ada structure seperti 'plunging nose' dari
basin ke arah reservoir nya...
Kemudian juga, bila melihat Allen & Allen, 1990; bahwa pembagian basin
berdasarkan :
1. Divergent setting, terdiri dari terestrial rift valley, proto-oceanic rift
trough
2. Intraplate setting, terdiri dari continental rises and terraces, continental
embayment, intracratonic basin, active ocean basin, dormant ocean basin, trench
slope basin, fore-arc basin, intra-arc basin, back-arc basin, retro-arc basin,
remnant basin, peripheral foreland basin, piggy-back basin, foreland
intermontane basin.
3. Transform setting, terdiri dari transtensional basin, transpressional basin,
dan transrotational basin
4. Hybrid setting, terdiri dari intracontinental wrench basin, impactogens, dan
successor basin.
...tentu sangat dimungkinkan, dari sekian banyak tipe basin tersebut yang tidak
selalu berbentuk 'elongated', nah bila ada, bagaimanakah konsep migrasi
HC nya pak...
Dalam kenampakan 'seismic section', sering kita lihat adanya bentuk
kemiringan relief yang mempunyai sudut tertentu dari pusat basin nya ke arah
reservoir di atas nya, bila ada perubahan besaran sudut, misal dari sudut
tinggi (curam), ke arah sudut yang lebih kecil (topografi landai), bisakah si
HC yang sedang bermigrasi ini mengalami 'loss energy', mengingat faktor
pendorong HC bermigrasi adalah buoyancy (disebabkan perbedaan oil atau gas
dengan 'pore waters' di 'carrier bed' nya, dan pore pressure
gradien), sehingga HC volume yang akan ter 'trap' menjadi lebih sedikit
dari seharus nya...
Apakah ada semacam korelasi antara besaran sudut, buoyancy, pore pressure
gradien, perbandingan cappilary pressure dengan driving force, dsb; dengan
jumlah HC yang akan ter 'trap' di reservoir nya...
Saya pernah membaca juga untuk menghitung HC (dalam hal ini oil) volume dari
suatu cekungan dengan memakai rumus :
Oil volume=area*thickness*source rock yield*expulsion effisiensi*migration and
trap effisiensi
...hanya saja, saya masih belum begitu jelas, bagaimana kah cara mendapatkan
angka untuk parameter source rock yield, expulsion efisiensi, dan migration and
trap effisiensi..., apakah dari pemodelan basin yang di cross check dengan total
reserve dari si 'HC' yang dipercaya dari cekungan tersebut atau
bagaimana...
Atau malah mungkin ada rumus lain nya ya...
Mohon pencerahan nya pak...
Terimakasih
Best Regards
Sigit Ari Prabowo


      

Reply via email to