Pak Rovicky,
 
Semalam saya cek sekilas beberapa naskah yang saya punyai terkait Kerajaan 
Pajajaran pada abad ke-16 (tahun 1500-an), terutama Carita Parahyangan, Babad 
Pajajaran, Pustaka Caruban Negri, dan Wangsakerta; spesifik terkait dengan 
bencana awal abad ke-16 tak saya temukan.
 
Analisis Pak Koesoema saya pikir benar walaupun tak langsung bisa menyimpulkan 
bahwa gempa 500 tahun yang lalu akibat gerakan Sesar Lembang tak terjadi. Bisa 
saja gempa itu terjadi hanya tak tercatat dalam naskah sejarah. Ini berbeda 
dengan naskah Pararaton yang sekitar dua tahun lalu pernah saya ulas karena 
memuat beberapa kejadian bencana yang berhubungan dengan dinamika Delta Brantas 
di wilayah Majapahit (bencana "banyu pindah" dan "pagunung anyar").
 
Semua naskah kuno itu dicatat oleh pujangga istana, sehingga hanya mengabadikan 
kejadian-kejadian sekitar istana saja (istana-sentris) dan kegiatan-kegiatan 
kenegaraan yang dilakukan rajanya. Carita Parahyangan dan Babad Pajajaran 
ditulis untuk Kerajaan Pajajaran yang ibu kotanya di Pakuan (sekitar Bogor 
sekarang), sedangkan Pustaka Caruban Negri dan Wangsakerta ditulis untuk 
mengabadikan Kerajaan/Kesultanan Cirebon. Kedua pusat kekuasaan ini jauh dari 
Bandung, jauh dari Sesar Lembang; sehingga bencana yang terjadi di luar wilayah 
kekuasaan ini wajar tak tercatat.
 
Jawa Barat pada awal abad ke-16 atau awal tahun 1500-an dikuasai oleh sebuah 
kerajaan Hindu bernama Syiwa Pajajaran beribu kota Pakuan di dekat Bogor 
sekarang. Negeri ini mempunyai enam pelabuhan di pantai barat, utara dan timur 
laut : Banten, Sunda-Kalapa, Pontang, Cikande, Tangerang, dan Cimanuk. Saat itu 
semuanya pelabuhan kecil karena belum termasuk wilayah perdagangan. Yang 
tercatat dalam babad-babad sejarah dan prasasti adalah kegiatan raja-raja 
Pajajaran dengan kaum pedagang Portugis dan bagaimana mereka bekerja sama untuk 
menahan serangan pedagang dan penyiar agama Islam. Pedagang Portugis bersaing 
dengan pedagang Islam di Malaka, Pajajaran yang Hindu tak mau berubah menjadi 
agama baru itu (Islam).
 
Apa daya, pelabuhan-pelabuhan Pajajaran berangsur-angsur menjadi pusat Islam 
berkat usaha Faletehan dan pasukannya. Tetapi Pajajaran di Pakuan tetap Hindu. 
Dan, Pakuan tak pernah menyerah memeluk Islam. Tahun 1579, Pakuan runtuh 
diserang pasukan Panembahan Yusuf dari Banten. Keruntuhan Pajajaran bukan 
semata-mata karena serangan kerajaan-kerajaan Islam di dekatnya, tetapi karena 
pengkhianatan beberapa pembesar Pakuan yang sudah memeluk Islam dan bekerja 
sama dengan musuh. Riwayat runtuhnya Majapahit oleh Demak sekitar 100 tahun 
sebelumnya terulang lagi di Jawa Barat -dikeroposi dari dalam kemudian 
diserang. Beberapa pembesar Pakuan yang masih beragama Hindu dipaksa menjadi 
Islam dan diperkenankan terus memegang jabatannya. Sementara beberapa penduduk 
Pajajaran melarikan diri ke selatan dan baratdaya ke arah Banten Selatan. 
Keturunan mereka adalah orang Baduy di Gunung Kancana. mereka masih menganggap 
dirinya orang Pajajaran. Demikian sekilas cerita
 dalam Babad Pajajaran.
 
Sesar Lembang sepanjang 22 km dengan thow yang makin mengecil dari 450 meter di 
Maribaya ke 40 meter di Cisarua dan menghilang di utara Padalarang tak akan 
punya efek apa-apa atau minimal ke ibukota Pakuan di sekitar Bogor sekarang 
bila gempa menggerakkannya 500 tahun yang lalu. Ibu kota Pajajaran ini sekitar 
100 km ke arah barat baratlaut dari jalur sesar. Maka wajar bila gempa 500 
tahun lalu hanya menggoyang lembah sisa danau Bandung yang rentan goyangan dari 
Majalaya sampai Padalarang, dan tak terasa atau minimal efeknya di Pakuan 
Pajajaran, sehingga kejadian itu tak tercatat di babad2 sezaman dengan 
Pajajaran sebab babad selalu istana-sentris.
 
Maka, harus mencari pendekatan lain kalau mau membuktikan kejadian gempa 500 
tahun lalu sebab mungkin tak akan ditemukan catatannya di babad-babad Pajajaran.
 
salam,
awang
 

--- On Tue, 12/9/08, R.P.Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: R.P.Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Gempa 6,9 Skala Richter Mengancam Bandung
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tuesday, December 9, 2008, 6:40 PM

Menurut age dating terakhir (Dam 1998?) Danau Bandung sudah menghilang sejak
16.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1500 Masehi kerajaan Pajajaran ada di daerah
Bogor, dan sekitar Lembang mungkin merupakan hutan belantara, walaupun di
timurlaut Bandung mungkin berpenghuni, karena ditemukan artefak dari zaman
neolithikum sampai abad ke 18.
Jadi adanya gempa 500 tahun yang lalu tidak ada bukti sejarah.
RPK

----- Original Message ----- From: "Rovicky Dwi Putrohari"
<[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>; "Forum Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, December 09, 2008 2:35 PM
Subject: [iagi-net-l] Gempa 6,9 Skala Richter Mengancam Bandung


> Pak Awang, juga kawan lain mungkin Pak Koesoemadinata atau rekan-rekan
> P3G Bandung.
> Kalau benar 500 tahun yang lalu terjadi gempa besar di bandung. Adalah
> peninggalan sejarah (tulisan) mengenai gempa sesar lembang ini ?
> Sangat mungkin tulisan-tulisan kerajaan Pajajaran waktu itu ada yang
> mencatatnya.
> 
> RDP
> ======
> Selasa ,   09 Desember 2008 ,
> Peneliti Informasikan Siklus 500 Tahunan
> Gempa 6,9 Skala Richter Mengancam Bandung
> Ferri Amiril Mukminin
> 
> LEMBANG, TRIBUN - Gempa berkekuatan 6,9 skala richter yang mengguncang
> sesar Lembang masih menghantui kawasan Bandung. Warga diminta untuk selalu
> waspada karena sesar lembang masih dalam status aktif hingga saat ini.
> 
> Peringatan itu disampaikan peneliti geoteknologi LIPI, Dr Ir Eko Yulianto.
> Menurut hasil penelitian yang dilakukan dengan melihat kawasan endapan
> tanah yang terbentuk setelah gempa, sesar Lembang diperkirakan bergerak
> terakhir kali sekitar 500 tahun yang lalu, sementara siklus gempanya 500
> tahunan.
> 
> "Jika kita lihat dari hasil penghitungan umur tanah yang terbentuk,
tanah
> ini terakhir bergerak sekitar tahun 1500, mungkin itu masih zaman kerajaan
> Demak dan Pajajaran," ucap Eko saat meninjau lokasi timbunan sesar
Lembang
> di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Sabtu (7/12).
> 
> Menurut Eko, dengan gempa berkekuatan 6,9 skala richter, kawasan Bandung
> bisa porak-poranda. Sebab, kata Eko, Bandung Raya dulu kala merupakan
danau
> yang sangat luas yang mengalami perubahan menjadi kawasan dataran karena
> letusan lava yang mengalir dari Gunung Sunda Purba. Karena itu, tanahnya
> mengandung banyak lempung, dan apabila terjadi gerakan patahan
guncangannya
> akan terasa.
> 
> "Jika kita ibaratkan tanah kawasan Bandung ini seperti bubur, apabila
> mangkuknya digoyang maka seluruh permukaan akan bergoyang," jelasnya.
> 
> Saat ditanya kapan persisnya gempa yang bisa memorak-porandakan Bandung
itu
> akan terjadi, hingga saat ini para peneliti selalu dihujani pertanyaan
yang
> dinilai menggoda untuk diutarakan pihak mana pun.
> 
> "Itulah pertanyaan yang selalu menggoda wartawan untuk diungkapkan.
Hingga
> saat ini kita belum bisa memastikan kapan itu terjadi. Namun satu hal yang
> pasti, sesar ini aktif dan pernah bergerak 500 tahun yang lalu,"
ungkapnya.
> 
> Menurut Eko, perlu digarisbawahi bahwa penimbunan proses tanah di bekas
> patahan Lembang sudah berlangsung setengahnya. Dengan kata lain, jika
> diasumsikan tanah tersebut bergerak sekitar 500 tahun yang lalu, berarti
> umur tanah yang mengalami proses sedimentasi sudah 250 tahun. Eko
> mengatakan, gempa bisa terjadi kapan saja karena tidak ada faktor pemicu
> dan belum ditemukan cara untuk melihat tanda-tanda akan datangnya gempa.
> 
> Saat ini tepat di sesar Lembang tersebut dibangun sebuah perumahan dan
> rumah makan.
> 
> "Kawasan ini memang sangat indah dan menggoda untuk dijadikan kawasan
> pemukiman. Namun di balik semua itu tersimpan ancaman yang kapan saja bisa
> terjadi. Saya menyebut kawasan ini sebagai mawar berduri," tutur pria
yang
> sempat tinggal lama untuk studinya di negara Jepang ini.
> 
> Eko menjelaskan, sesar Lembang adalah satu bentuk landmark geologis yang
> paling menarik di dataran tinggi Bandung dan ekspresi geomorfologi yang
> jelas dari aktivitas neotektonik di cekungan Bandung. Sesar Lembang secara
> morfologi diekspresikan berupa tebing (gawir) besar dengan dinding tebing
> menghadap ke arah utara.
> 
> Bagian sesar Lembang yang dapat dilihat baik dari peta topografi dan
> terutama dari foto udara maupun citra satelit mempunyai panjang sampai
> dengan 22 kilometer. Dari timur ke barat, tinggi tebing sesar yang
> mencerminkan besarnya pergeseran sesar (baik loncatan vertikal/throw
maupun
> dislokasi) berubah dari sekitar 450-an meter di ujung timur (Maribaya,
> Gunung Palasari) hingga 40-an meter di sebelah barat (Cisarua) dan bahkan
> menghilang di ujung barat di sekitar utara Padalarang.
> 
> Hampir seluruh dataran sisa danau Bandung Purba yang membentang dari timur
> ke barat teramati dengan jelas dengan latar belakang kompleks Gunung
> Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Malabar, Gunung Patuha, ke arah utara
> terlihat dengan jelas jajaran Gunung Burangrang, Gunung Tangkuban Perahu,
> Gunung Bukit Tunggul.
> 
> Gunung Burangrang, yang dipercayai merupakan sisa-sisa Gunung Sunda Purba,
> tampak mempunyai ekspresi topografi tersayat tajam, satu tahapan geomorfik
tua.
> 
> Pesan para peneliti LIPI kepada warga Bandung dan sekitarnya adalah
waspada
> dan perhatikan langkah jika terjadi gempa. Contoh kecil pengalamannya di
> Jepang adalah dengan bersembunyi di bawah meja yang kuat jika terjadi
gempa.
> 
> "Jangan keluar dari rumah karena bahaya yang mengancam akan lebih
besar.
> Bersembunyi di bawah meja merupakan hal yang pernah saya lakukan bersama
> istri saya ketika mengalami gempa di apartemen saya di Jepang," ujar
Eko.
> 
> Masyarakat, kata Eko, bisa menuntut pemerintah jika sosialisasi tentang
> ancaman gempa ini kurang diketahui. (fam)
> 
> http://www.tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=26322&kategori=22
> 
>
--------------------------------------------------------------------------------
> serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
> pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...
>
--------------------------------------------------------------------------------
> ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
> dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
> * mungkin di semarang
> * mungkin pula di solo
> * mungkin juga join dg HAGI dll.
>
-----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or
indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use,
data or profits, arising out of or in connection with the use of any information
posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
> 
> 
> 
> 
> __________ NOD32 3244 (20080705) Information __________
> 
> This message was checked by NOD32 antivirus system.
> http://www.eset.com
> 
> 


--------------------------------------------------------------------------------
serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...
--------------------------------------------------------------------------------
ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
* mungkin di semarang
* mungkin pula di solo
* mungkin juga join dg HAGI dll.
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------




      

Kirim email ke