Terimakasih Pak Koesoema dan Pak Awang.

Saya sangat konsen dengan gempa yang "mungkin" terjadi di Bandung
karena juga keberadaan "Danau Bandung". Belajar dari gempa Jogja dan
juga gempa Chile yang memporak-porandakan kedua kota itu memiliki
kemiripan. Kemiripannya adalah kedua kota itu berada diatas "endapan
muda". Kota diatas endapan muda ini seolah-olah berada diatas sebuah
cawan gembur berisi agar-agar. Kalau digoyang sedikit maka getarannya
akan teredam. Teredam disini berarti getarannya akan dirasakan sangat
merusak. Skala Mercali yang tercatatnya akan jauh berbeda dengan
daerah yang berada diatas endapan tua (keras). Dalam "bahasa dewa"nya
memiliki percepatan tanah (ground acceleration) cukup besar.

Untuk gempa Jogja tahun 2006 lalu, gempa dengan kekuatan 5.8 MW,
mnurut Irwan Meilano hanya dirasakan dalam beberapa detik, namun di
Jogja konon dirasakan penduduk hampir satu menit. Ini artinya ada
pantulan-pantulan gelombang gempa yang memantul pada batuan dasar
(basement) cekungan Jogja. Demikian juga kisah di gempa Chile yang
sangat merusak sepanjang sejarah.

Saya tidak tahu seberapa besar "danau bandung" ini. Tetapi kalau
benar-benar terjadi akan sangat mungkin memiliki kekuatan merusak
cukup besar.

Salah satu kemungkinan apa yang terlihat pada "endapan akibat gempa"
seringkali berasposiasi dengan longsoran. Memang gempa bisa
menyebabkan longsoran, namun tidak setiap longsoran disebabkan oleh
gempa. Di Malaysia ini banyak sekali longsoran yang seringkali berada
sepanjang sesar. Karena sesar memang daerah yang rapuh. Longsoran yang
baru saja terjadi kemarin di Bukit Antarbangsa-pun kalau dilihat pada
peta Google Earth terlihat adanya kelurusan yang mungkin berasosiasi
dengan sesar tetapi tidak berasosiasi dengan gempa.

Salam
RDP

On Wed, Dec 10, 2008 at 9:34 AM, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Pak Rovicky,
>
> Semalam saya cek sekilas beberapa naskah yang saya punyai terkait Kerajaan 
> Pajajaran pada abad ke-16 (tahun 1500-an), terutama Carita Parahyangan, Babad 
> Pajajaran, Pustaka Caruban Negri, dan Wangsakerta; spesifik terkait dengan 
> bencana awal abad ke-16 tak saya temukan.
>
> Analisis Pak Koesoema saya pikir benar walaupun tak langsung bisa 
> menyimpulkan bahwa gempa 500 tahun yang lalu akibat gerakan Sesar Lembang tak 
> terjadi. Bisa saja gempa itu terjadi hanya tak tercatat dalam naskah sejarah. 
> Ini berbeda dengan naskah Pararaton yang sekitar dua tahun lalu pernah saya 
> ulas karena memuat beberapa kejadian bencana yang berhubungan dengan dinamika 
> Delta Brantas di wilayah Majapahit (bencana "banyu pindah" dan "pagunung 
> anyar").
>
> Semua naskah kuno itu dicatat oleh pujangga istana, sehingga hanya 
> mengabadikan kejadian-kejadian sekitar istana saja (istana-sentris) dan 
> kegiatan-kegiatan kenegaraan yang dilakukan rajanya. Carita Parahyangan dan 
> Babad Pajajaran ditulis untuk Kerajaan Pajajaran yang ibu kotanya di Pakuan 
> (sekitar Bogor sekarang), sedangkan Pustaka Caruban Negri dan Wangsakerta 
> ditulis untuk mengabadikan Kerajaan/Kesultanan Cirebon. Kedua pusat kekuasaan 
> ini jauh dari Bandung, jauh dari Sesar Lembang; sehingga bencana yang terjadi 
> di luar wilayah kekuasaan ini wajar tak tercatat.
>
> Jawa Barat pada awal abad ke-16 atau awal tahun 1500-an dikuasai oleh sebuah 
> kerajaan Hindu bernama Syiwa Pajajaran beribu kota Pakuan di dekat Bogor 
> sekarang. Negeri ini mempunyai enam pelabuhan di pantai barat, utara dan 
> timur laut : Banten, Sunda-Kalapa, Pontang, Cikande, Tangerang, dan Cimanuk. 
> Saat itu semuanya pelabuhan kecil karena belum termasuk wilayah perdagangan. 
> Yang tercatat dalam babad-babad sejarah dan prasasti adalah kegiatan 
> raja-raja Pajajaran dengan kaum pedagang Portugis dan bagaimana mereka 
> bekerja sama untuk menahan serangan pedagang dan penyiar agama Islam. 
> Pedagang Portugis bersaing dengan pedagang Islam di Malaka, Pajajaran yang 
> Hindu tak mau berubah menjadi agama baru itu (Islam).
>
> Apa daya, pelabuhan-pelabuhan Pajajaran berangsur-angsur menjadi pusat Islam 
> berkat usaha Faletehan dan pasukannya. Tetapi Pajajaran di Pakuan tetap 
> Hindu. Dan, Pakuan tak pernah menyerah memeluk Islam. Tahun 1579, Pakuan 
> runtuh diserang pasukan Panembahan Yusuf dari Banten. Keruntuhan Pajajaran 
> bukan semata-mata karena serangan kerajaan-kerajaan Islam di dekatnya, tetapi 
> karena pengkhianatan beberapa pembesar Pakuan yang sudah memeluk Islam dan 
> bekerja sama dengan musuh. Riwayat runtuhnya Majapahit oleh Demak sekitar 100 
> tahun sebelumnya terulang lagi di Jawa Barat -dikeroposi dari dalam kemudian 
> diserang. Beberapa pembesar Pakuan yang masih beragama Hindu dipaksa menjadi 
> Islam dan diperkenankan terus memegang jabatannya. Sementara beberapa 
> penduduk Pajajaran melarikan diri ke selatan dan baratdaya ke arah Banten 
> Selatan. Keturunan mereka adalah orang Baduy di Gunung Kancana. mereka masih 
> menganggap dirinya orang Pajajaran. Demikian sekilas cerita
>  dalam Babad Pajajaran.
>
> Sesar Lembang sepanjang 22 km dengan thow yang makin mengecil dari 450 meter 
> di Maribaya ke 40 meter di Cisarua dan menghilang di utara Padalarang tak 
> akan punya efek apa-apa atau minimal ke ibukota Pakuan di sekitar Bogor 
> sekarang bila gempa menggerakkannya 500 tahun yang lalu. Ibu kota Pajajaran 
> ini sekitar 100 km ke arah barat baratlaut dari jalur sesar. Maka wajar bila 
> gempa 500 tahun lalu hanya menggoyang lembah sisa danau Bandung yang rentan 
> goyangan dari Majalaya sampai Padalarang, dan tak terasa atau minimal efeknya 
> di Pakuan Pajajaran, sehingga kejadian itu tak tercatat di babad2 sezaman 
> dengan Pajajaran sebab babad selalu istana-sentris.
>
> Maka, harus mencari pendekatan lain kalau mau membuktikan kejadian gempa 500 
> tahun lalu sebab mungkin tak akan ditemukan catatannya di babad-babad 
> Pajajaran.
>
> salam,
> awang
>
>
> --- On Tue, 12/9/08, R.P.Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> From: R.P.Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gempa 6,9 Skala Richter Mengancam Bandung
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Tuesday, December 9, 2008, 6:40 PM
>
> Menurut age dating terakhir (Dam 1998?) Danau Bandung sudah menghilang sejak
> 16.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1500 Masehi kerajaan Pajajaran ada di 
> daerah
> Bogor, dan sekitar Lembang mungkin merupakan hutan belantara, walaupun di
> timurlaut Bandung mungkin berpenghuni, karena ditemukan artefak dari zaman
> neolithikum sampai abad ke 18.
> Jadi adanya gempa 500 tahun yang lalu tidak ada bukti sejarah.
> RPK
>
> ----- Original Message ----- From: "Rovicky Dwi Putrohari"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <iagi-net@iagi.or.id>; "Forum Himpunan Ahli Geofisika
> Indonesia" <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Tuesday, December 09, 2008 2:35 PM
> Subject: [iagi-net-l] Gempa 6,9 Skala Richter Mengancam Bandung
>
>
>> Pak Awang, juga kawan lain mungkin Pak Koesoemadinata atau rekan-rekan
>> P3G Bandung.
>> Kalau benar 500 tahun yang lalu terjadi gempa besar di bandung. Adalah
>> peninggalan sejarah (tulisan) mengenai gempa sesar lembang ini ?
>> Sangat mungkin tulisan-tulisan kerajaan Pajajaran waktu itu ada yang
>> mencatatnya.
>>
>> RDP
>> ======
>> Selasa ,   09 Desember 2008 ,
>> Peneliti Informasikan Siklus 500 Tahunan
>> Gempa 6,9 Skala Richter Mengancam Bandung
>> Ferri Amiril Mukminin
>>
>> LEMBANG, TRIBUN - Gempa berkekuatan 6,9 skala richter yang mengguncang
>> sesar Lembang masih menghantui kawasan Bandung. Warga diminta untuk selalu
>> waspada karena sesar lembang masih dalam status aktif hingga saat ini.
>>
>> Peringatan itu disampaikan peneliti geoteknologi LIPI, Dr Ir Eko Yulianto.
>> Menurut hasil penelitian yang dilakukan dengan melihat kawasan endapan
>> tanah yang terbentuk setelah gempa, sesar Lembang diperkirakan bergerak
>> terakhir kali sekitar 500 tahun yang lalu, sementara siklus gempanya 500
>> tahunan.
>>
>> "Jika kita lihat dari hasil penghitungan umur tanah yang terbentuk,
> tanah
>> ini terakhir bergerak sekitar tahun 1500, mungkin itu masih zaman kerajaan
>> Demak dan Pajajaran," ucap Eko saat meninjau lokasi timbunan sesar
> Lembang
>> di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Sabtu (7/12).
>>
>> Menurut Eko, dengan gempa berkekuatan 6,9 skala richter, kawasan Bandung
>> bisa porak-poranda. Sebab, kata Eko, Bandung Raya dulu kala merupakan
> danau
>> yang sangat luas yang mengalami perubahan menjadi kawasan dataran karena
>> letusan lava yang mengalir dari Gunung Sunda Purba. Karena itu, tanahnya
>> mengandung banyak lempung, dan apabila terjadi gerakan patahan
> guncangannya
>> akan terasa.
>>
>> "Jika kita ibaratkan tanah kawasan Bandung ini seperti bubur, apabila
>> mangkuknya digoyang maka seluruh permukaan akan bergoyang," jelasnya.
>>
>> Saat ditanya kapan persisnya gempa yang bisa memorak-porandakan Bandung
> itu
>> akan terjadi, hingga saat ini para peneliti selalu dihujani pertanyaan
> yang
>> dinilai menggoda untuk diutarakan pihak mana pun.
>>
>> "Itulah pertanyaan yang selalu menggoda wartawan untuk diungkapkan.
> Hingga
>> saat ini kita belum bisa memastikan kapan itu terjadi. Namun satu hal yang
>> pasti, sesar ini aktif dan pernah bergerak 500 tahun yang lalu,"
> ungkapnya.
>>
>> Menurut Eko, perlu digarisbawahi bahwa penimbunan proses tanah di bekas
>> patahan Lembang sudah berlangsung setengahnya. Dengan kata lain, jika
>> diasumsikan tanah tersebut bergerak sekitar 500 tahun yang lalu, berarti
>> umur tanah yang mengalami proses sedimentasi sudah 250 tahun. Eko
>> mengatakan, gempa bisa terjadi kapan saja karena tidak ada faktor pemicu
>> dan belum ditemukan cara untuk melihat tanda-tanda akan datangnya gempa.
>>
>> Saat ini tepat di sesar Lembang tersebut dibangun sebuah perumahan dan
>> rumah makan.
>>
>> "Kawasan ini memang sangat indah dan menggoda untuk dijadikan kawasan
>> pemukiman. Namun di balik semua itu tersimpan ancaman yang kapan saja bisa
>> terjadi. Saya menyebut kawasan ini sebagai mawar berduri," tutur pria
> yang
>> sempat tinggal lama untuk studinya di negara Jepang ini.
>>
>> Eko menjelaskan, sesar Lembang adalah satu bentuk landmark geologis yang
>> paling menarik di dataran tinggi Bandung dan ekspresi geomorfologi yang
>> jelas dari aktivitas neotektonik di cekungan Bandung. Sesar Lembang secara
>> morfologi diekspresikan berupa tebing (gawir) besar dengan dinding tebing
>> menghadap ke arah utara.
>>
>> Bagian sesar Lembang yang dapat dilihat baik dari peta topografi dan
>> terutama dari foto udara maupun citra satelit mempunyai panjang sampai
>> dengan 22 kilometer. Dari timur ke barat, tinggi tebing sesar yang
>> mencerminkan besarnya pergeseran sesar (baik loncatan vertikal/throw
> maupun
>> dislokasi) berubah dari sekitar 450-an meter di ujung timur (Maribaya,
>> Gunung Palasari) hingga 40-an meter di sebelah barat (Cisarua) dan bahkan
>> menghilang di ujung barat di sekitar utara Padalarang.
>>
>> Hampir seluruh dataran sisa danau Bandung Purba yang membentang dari timur
>> ke barat teramati dengan jelas dengan latar belakang kompleks Gunung
>> Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Malabar, Gunung Patuha, ke arah utara
>> terlihat dengan jelas jajaran Gunung Burangrang, Gunung Tangkuban Perahu,
>> Gunung Bukit Tunggul.
>>
>> Gunung Burangrang, yang dipercayai merupakan sisa-sisa Gunung Sunda Purba,
>> tampak mempunyai ekspresi topografi tersayat tajam, satu tahapan geomorfik
> tua.
>>
>> Pesan para peneliti LIPI kepada warga Bandung dan sekitarnya adalah
> waspada
>> dan perhatikan langkah jika terjadi gempa. Contoh kecil pengalamannya di
>> Jepang adalah dengan bersembunyi di bawah meja yang kuat jika terjadi
> gempa.
>>
>> "Jangan keluar dari rumah karena bahaya yang mengancam akan lebih
> besar.
>> Bersembunyi di bawah meja merupakan hal yang pernah saya lakukan bersama
>> istri saya ketika mengalami gempa di apartemen saya di Jepang," ujar
> Eko.
>>
>> Masyarakat, kata Eko, bisa menuntut pemerintah jika sosialisasi tentang
>> ancaman gempa ini kurang diketahui. (fam)
>>
>> http://www.tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=26322&kategori=22
>>
>>
> --------------------------------------------------------------------------------
>> serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
>> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
>> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
>> pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...
>>
> --------------------------------------------------------------------------------
>> ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
>> dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
>> * mungkin di semarang
>> * mungkin pula di solo
>> * mungkin juga join dg HAGI dll.
>>
> -----------------------------------------------------------------------------
>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>> ---------------------------------------------------------------------
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event 
> shall
> IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of 
> use,
> data or profits, arising out of or in connection with the use of any 
> information
> posted on IAGI mailing list.
>> ---------------------------------------------------------------------
>>
>>
>>
>>
>> __________ NOD32 3244 (20080705) Information __________
>>
>> This message was checked by NOD32 antivirus system.
>> http://www.eset.com
>>
>>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
> pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...
> --------------------------------------------------------------------------------
> ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
> dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
> * mungkin di semarang
> * mungkin pula di solo
> * mungkin juga join dg HAGI dll.
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on
> its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI 
> and
> its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect
> damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data 
> or
> profits, arising out of or in connection with the use of any information 
> posted
> on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
>

--------------------------------------------------------------------------------
serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...
--------------------------------------------------------------------------------
ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
* mungkin di semarang
* mungkin pula di solo
* mungkin juga join dg HAGI dll.
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke