Dari penjelasan Pak Awang bahwa struktur antiklin Banyumas ini terlipat hingga ke lapisan paling atas. "4. Jati adalah struktur muda (Mio-Pliosen), semua lapisan terlipat sampai ke atas dari 4.5 - 1.0 sec."
Di lain pihak menurut Pak Hening tidak ada lapisan tua yang tersingkap di permukaan shg bisa saya tarik kesimpulan bahwa struktur antiklin di sana memang benar2 muda - Plio-Pleistocene kah? "...karena tidak ada indikasi shallow eocene/oligocene sedimen atau outcrop sedimen tsb di sekitarnya". Saya masih penasaran dengan sangat tebalnya interval Miocene yang ditembus di Jati-1; masih perlu dipilah lagi apakah tebal pada Middle nya? Atau pada Late Miocenenya? Adakah data biostrat yang bisa menjelaskan ini? 1. Bila yang menyebabkan tebalnya adalah hanya Late Miocene nya saja, maka: - kemungkinan pematangan serta migrasi hidrokarbon baru terjadi sekitar Late Miocene itu dan tidak terlalu lama dari terbentuknya trap pada Plio Pleistocene. - selain itu, kualitas reservoir (klastik) dari Eo-Oligo nya pun belum terlalu parah mengalami burial effect yang lama, walaupun ketebalan lapisan di atasnya ekstra tebal. - "Uncertainty" dari "lag time (waktu jeda)" antara migrasi hidrokarbon thd terbentuknya trap tetap menjadi momok bagi seberapa besar asumsi "late hydrocarbon charge" yg masih sempat terakumulasi di trap itu. 2. Tetapi jika Mid Miocene yang lebih tebal: - maka pematangan Eo-Oligocene tentunya akan terjadi jauh sebelum trap muda (Plio) terbentuk. Di sini menjadikan charge vs. trap timings ber resiko tinggi. - burial depth yang dialami primary reservoir objective Eo-Oligo menjadi sangat riskan, dimana bila klastiknya mengandung banyak silika maka akan tertutupi oleh quartz overgrowth, sedangkan bila komposisi utama reservoirnya adalah lithic/volcanic material dan / atau feldspar maka dia akan terkompaksi parah sejak lama sebelum trap terjadi. - faktor "lag time" menjadi isu yang paling berresiko. Analisa biostrat dan evolusi struktur melalui rekonstruksi menjadi satu hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut - sebagaimana usulan Mas Ferry dan Pak Mino. Salam "salut" kepada Lundin/Coparex yg telah menguak misteri Banyumas, Kuntadi -----Original Message----- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Wednesday, March 11, 2009 10:36 AM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS Subject: RE: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Jan Reerink (1871) dan Tantangan Eksplorasi Jawa Pak Uun, Tentu saja Lundin dan Coparex (operator sebelumnya) sangat tertarik dengan kemungkinan potensi migas di Blok Banyumas, ia masih ber"jibaku" mewujudkan pemboran di situ meskipun partner-nya satu per satu meninggalkannya. Kalau perkataan paranormal sih tak masuk hitungan he2..malahan menganggap itu sebuah muslihat agar tanah yang mau dibebaskan untuk lokasi dan jalan masuk ke sumur menjadi mahal. Betul Jati structure sebuah fourway-dip anticline di horizon dangkal, tetapi banyak sesar di horizon dalam, termasuk di objektifnya. Prognosis awal mencantumkan deformasi yng tak terlalu kompleks. 1. Reservoir Middle-Late Miocene tidak jadi target sebab menurut Lundin target ini telah ditembus oleh sumur-sumur sebelumnya (dibor BPM dan Pertamina) dan gagal menemukan hidrokarbon, maka Lundin mengejar target dalam Oligosen-Eosen. Di lapisan Middle Miocene Penosogan ditemukan beberapa lapisan batupasir yang menunjukkan shows yang baik. Sayang dua DST yang dilakukan damaged - tidak konklusif. Sedimen Middle-Late Miocene memang didominasi serpih dan beberapa gejala diapirik muncul (interpretatif). Sumur Jati-1 takmembuktikan bahwa tak ada reservoir di Middle-Late Miocene sebab ia justru menemukan semakin banyak lapisan pasir ke bagian bawah Penosogan. Di Formasi Halang dan bagian atas Penosogan memang hanya ada beberapa interbeds pasir. Dari segi ekivalensi umur, Middle-Late Miocene di Jati terutama ekivalen dengan Wonocolo dan Parigi (Late Miocene) dan dengan Ngrayong (Middle Miocene). Tetapi Banyumas punya sejarah sedimentasi tersendiri. Perhatikan bahwa cekungan ini tidak pernah menjadi backarc, tetapi sebagian besar selalu intra-arc, dan fore-arc saat ini. Provenance volkaniklastik Halang dan Penosogan adalah lokal di sini; ia bukan ultradeep facies dari NW Java Basin maupun NE Java Basin. Paper tentang tektonik, sedimentologi, geokimia dan petroleum geology Majalengka sampai Banyumas, termasuk analisis tektonostratigrafi seperti yang Pak Uun tanykan akan kami publikasikan di pertemuan IPA nanti (Armandita, Ma'ruf, Satyana., 2009 : Intra-Arc Trans-Tension Duplex of Majalengka to Banyumas Area : Prolific Petroleum Seeps and Opportunities in West-Central Java Border). Secara ringkas, boleh kami katakan bahwa target Mid-Miocene - Late Miocene di Banyumas masih prospektif, tetapi kita harus berhati-hati untuk mencapainya sebab banyak histori mechanical trouble sumur2 lama maupun Jati-1. 2. Tentang source, kembali Pak Eddy Subroto pernah mempublikasikan beberapa paper baik di IPA maupun AAPG tentang rembesan minyak, oil sample Jati-1, dan source geochemistry-nya. Kawan-kawan dari Pertamina pun pernah mempublikasikannya pada pertemuan PIT IAGI 2002 (Pak Nanang Muchsin dkk bekerja sama dengan Lemigas), ini papernya : Muchsin, N., Ryacudu, R., Kunto, T.W., Budiyani, S., Yulihanto, B., Wiyanto, B., Nurjayadi, A., Rahardjo, K., Riandra, F., 2002, Miocene hydrocarbon system of the southern Central Java region, Proceedings of the 31st Annual Convention Indonesian Association of Geologists, p. 58-67. Penelitian tentang geochemistry Banyumas yang terbaru adalah dari Pak Eddy Subroto dkk (AAPG Capetown 2008) yang sudah saya singgung sebelumnya. Cukup terlihat korelasi positif antara rembesan minyak dengan sources Halang dan Rambatan, dan antara kondensat/minyak Jati-1 di Penosogan dengan sources yang ekivalen Fm. Karang Sambung. Penelitian geokimia sudah menggunakan GCMS pada biomarker sterane (mz 217) dan triterpane (mz 191). Silakan Pak Eddy kalau mau menambahkan atau mengoreksi penjelasan saya. 3. Gas dan oil shows muncul di banyak tempat saat sumur menembus lapisan2 pasir Penosogan, di bagian atas, tengah, maupun bawah. Yang tengah dan bawah dites dengan 3 DST. Satu menghasilkan gas dan kondensat, dua lagi damaged sehingga inconclusive, yang mengalirkan gas-kondensat pun segera decline flow-nya karena collapsed slotted liner. Alur migrasi selalu menjadi bagian paling sulit dalam petroleum system sebab kita pun kurang memahaminya dan minimnya riset dalam hal ini. Dengan banyaknya rembesan keluar dari fracture Halang (Dardji Noeradi, AAPG Perth 2006), dan terbukanya potensi Rambatan dan Halang sebagai sources, maka lateral migration sangat mungkin, bukan vertical faults yang pasti akan lebih sulit. Sementara itu, kondensat/minyak yang menurut Pak Eddy Subroto berkorelasi dengan sources Paleogen eq Karangsambung, bisa saja masuk ke Penosogan yang mid-Miocene melalui sesar sebab penampang seismik post-drilling menunjukkan TD sumur ini duduk di atas sesar yang masuk ke wilayah Paleogen. Maka dis-associated (source tua ke reservoir muda) charging telah terbukti terjadi. 4. Jati adalah struktur muda (Mio-Pliosen), semua lapisan terlipat sampai ke atas dari 4.5 - 1.0 sec. Jelas terlihat bahwa deformasi terjadi setelah Halang selesai diendapkan. Ini sesuai dengan publikasi yang akan kami keluarkan bahwa jalur Palung Bogor-North Serayu dari Majalengka-Banyumas terinversikan post Mio-Pliosen; dan penyebabnya kami yakini progradasi sesar naik di Jawa Barat dan batas Jawa Tengah yang pernah dipublikasikan oleh Pak Soejono Martodjojo (1994). Front2 kompresi berjalan ke timur laut dari Ciletuh menuju wilayah Majalengka. Dan inversi di area Majalengka-Banyumas bersamaan dengan deformasi Cirata dan Baribis. Rekonstruksinya adalah, deformasi struktur terjadi pada post Late Miosen, structural high menjadi sumber sedimen untuk Pemali yang berumur Pliosen (perhatikan bahwa Pemali tidak lebih tua dari Halang, justru lebih muda - publikasi terbaru dari Peter Lunt et al. 2008 tentang Pemali beda. Di wilayah ini, Pemali sampai setebal 2500 meter, saya pikir itu burial sediments yang baik untuk mematangkan semua sources di Halang, Rambatan, dan eq. Karangsambung. Kemudian, pematangan juga bisa oleh heatflow yang tinggi karena wilayah ini dulunya transtension duplex dan intra-arc pula. Secara sederhana, trap terbentuk pada sekitar 5 Ma dan charging pada 3 Ma. salam, awang --- On Wed, 3/11/09, Kuntadi, Nugrahanto <kuntadi.nugraha...@se1.bp.com> wrote: From: Kuntadi, Nugrahanto <kuntadi.nugraha...@se1.bp.com> Subject: RE: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Jan Reerink (1871) dan Tantangan Eksplorasi Jawa To: iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, March 11, 2009, 7:05 AM Pak Awang, Berarti Lundin saat itu tentunya penasaran dengan Banyumas karena banyak ditemukan rembesan minyak - apalagi dikatakan oleh paranormal ada struktur besar pula. Selain itu mereka pun tertarik untuk menmebus primary objective pada lapisan - yang saya asumsikan berstruktur perangkap 4-way anticline(?mohon koreksi) - di kedalaman 1.5 - 2.0 sec (planned TD), namun karena belum ditemukannya lapisan reservoir yg diharapkan - which is Oligocene-Eocene(?) - maka diputuskan untuk melakukan pemboran lanjut hingga ke 3.0 sec. Sayangnya hingga kedalaman tersebut pun belum menjumpai lapisan reservoir yg diharapkan. Kalau begitu mohon koreksi thd beberapa ringkasan sekaligus pertanyaan terkait petroleum system di bawah ini Pak: 1. Reservoir: primary target Oligocene-Eocene --> not penetrated / not proven yet. Secondary target of Middle-Late Miocene: no potential karbonat maupun klastik reservoirs - mainly shale. Pertanyaannya: apakah Jati-1 sudah cukup utk membuktikan tidak berkembangnya reservoir Mid-Late Miocene di daerah Banyumas dsk nya Pak? Apakah asumsi bahwa lapisan ini masih merupakan ekivalen ultra deep marine dari penerusan Formasi Upper Cibulakan-Parigi di NW Java, ataupun Tawun-Wonocolo di Jateng/Jatim utara? Ataukah berasal dari local provenance/highs (volkanik) yang spt dikatakan Pak Awang pun ditembus oleh sumur Jati-1? Jika iya kedua-duanya pun, menjadikan Mid-Late Miocene reservoir risk menjadi sangat tinggi. 2. Source rock: mohon pencerahan dalam hal ini belum dibahas. Apakah ada analisa chromatography thd rembesan2 di sana yang lalu dikaitkan dengan source rock tertentu Pak? 3. Charge and migration: dalam hal ini hanya dijumpai top-down evidence berupa banyaknya rembesan minyak di permukaan serta inconclusive condensate. Tetapi apakah ada banyak hydrocarbon shows di sepanjang lapisan yang ditembus selain kondensat di atas? Mekanisme migrasi shg dijumpainya rembesan ini pun masih belum jelas dibahas dalam diskusi. Karena menurut pendapat saya, bahwa apabila rembesan diasumsikan bermigrasi via faults yang ada, sangat sulit terbayangkan dengan minimnya lapisan porous yg memungkinkan juxtaposition zig zag di sepanjang fault. Kalau hanya mengandalkan migrasi di sepanjang zona fault - saya akan challenge hal ini karena vertical migration akan jauh lebih sulit ketimbang lateral migration. Shg saya berandai-andai barangkali rembesan2 tersebut berasal dari satu lapisan tertentu yang sudah mature, namun tersingkap di permukaan melalui mekanisme lateral migration. Mohon penjelasan Pak. 4. Trap: Apakah kenampakan struktur antiklin(?) teridentifikasi dari kedalaman 3.0 sec s/d ke permukaan? Ataukah hanya dijumpai pada lapisan 1.0 -2.0 sec ke bawah? Mohon penjelasan perihal kapan trap terjadi vs. charge/migration di daerah ini. Seal tidak saya diskusikan karena dengan tidak dijumpainya lapisan porous maka seal menjadi low risk tentunya. Salam, Kuntadi -----Original Message----- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Wednesday, March 11, 2009 1:36 AM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Jan Reerink (1871) dan Tantangan Eksplorasi Jawa Pak Koesoema, Tepatnya, sumur Jati-1 dibor dengan TD 14,747 ft, atau sekitar 4,5 km; saya pikir itu sumur terdalam di daratan Jawa. Semula memang sumur tidak akan dibor sedalam itu, sekitar 9800 ft saja. Tetapi dari rencana TD sumur di dekat horizon 2 second, justru kenyataannya sampai 3 second. Dan, ternyata TD sumur masih bermain di horizon mid-Miocene Penosogan (atau Second Marlf Tuff kalau di Kebumen area). Target Oligocene/Eocene sands (Gabon dan eq. Nanggulan sands) belum tercapai. Sumur dihentikan karena pressure sudah tinggi dan di luar kapasitas rig bila diperdalam lagi serta terutama biaya telah jauh meninggalkan AFE-nya. Maka, sumur tak mencapai Paleogen, apalagi Basement. Kedalaman basement di sini paling dangkal sekitar 5 second. Tak ada gamping ditembus, baik Kalipucang, apalagi Kujung. Formasi sedimen yang ditembus seluruhnya adalah volkaniklastik Halang dan Penosogan (Middle-Late Miocene). Di dekat TD sumur selapis batupasir volkanik Formasi Penosogan dites dan mengalirkan gas dan kondensat, sayang tes tidak konklusif. Pak Eddy Subroto tahun lalu di pertemuan AAPG Capetown mempresentasikan analisis minyak-minyak terbaru di Banyumas, baik rembesan di permukaan maupun minyak/kondensat Jati-1. Dari penelitian Pak Eddy, rembesan2 minyak berkorelasi dengan sedimen Halang dan Rambatan; sedangkan minyak/kondensat Jati-1 berkorelasi dengan sedimen eq. Karang Sambung. Berita gembira - sayang reservoir Oligosen/Eosen gagal ditembus Jati-1. Meskipun Jati-1 gagal menembus reservoir objektifnya, dan meskipun sumur dibor dengan "berdarah-darah", jelas Lundin berhasil membor jauh lebih dalam daripada sumur Cipari-1 (BPM) dan Karang Nangka-1 (Pertamina) - memang itu tujuan awal mereka : mengeksplorasi target dalam - sayang target dalam di sini terlalu dalam, meskipun Jati-1 telah dibor hampir 5 x lebih dalam daripada Karang Nangka. Jati-1 dibor di lokasi yang dulunya lokasi Cipari-1 dan Karang Nangka-1. Eksplorasi di Banyumas tentu belum selesai. Jati-1 membawa hasil positif, bukan negatif. Banyumas duduk di atas wilayah petroleum system aktif - tinggal mencari ke mana wilayah yang paling mungkin memerangkap, dengan reservoir Paleogen yag jangan terlalu dalam, dan secara operasional tak kompleks. Saya jadi ingat sebuah kisah saat dulu melakukan sosialisasi sumur Jati-1 bersama kawan-kawan Lundin. Adalah seorang ibu di dekat lokasi Jati-1 yang profesinya paranormal. Ia berkata bahwa ia diberitahu oleh "sang mahakuasa" bahwa di bawah Banyumas ada lapangan minyak sebesar Arab (!). Hm...o ya...? Satu-satunya tempat di Jawa selatan yang kaya rembesan minyak adalah di Banyumas. Tidak salah para eksplorasionis memutar pikirannya di sini dari puluhan tahun lalu. Kegagalan sekarang bukan menandakan tak ada apa-apa di Banyumas, tetapi kita kurang serius dan intens saja mengerjakannya. Berbekal ketekunan, keberanian, sains yang baik, kejelian operasional, dan modal yang cukup semoga kelak kita bisa menemukan lapangan migas di Banyumas. Amin. salam, awang --- On Tue, 3/10/09, R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id> wrote: From: R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Jan Reerink (1871) dan Tantangan Eksplorasi Jawa To: iagi-net@iagi.or.id Date: Tuesday, March 10, 2009, 5:19 PM Apakah sumur Jati-1 ini menembus basement? Apakah benar TD 15,000 kaki (hampir 5 km?) Apakah equivalent Kujung atau Kalipucang Ls ada? Paleogene? RPK ----- Original Message ----- From: "Awang Satyana" <awangsaty...@yahoo.com> To: <geo_un...@yahoogroups.com> Cc: "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>; "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>; "Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> Sent: Monday, March 09, 2009 10:59 AM Subject: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Jan Reerink (1871) dan Tantangan Eksplorasi Jawa Fajri, Tolong diperhatikan di peta yang Fajri lampirkan bahwa rembesan minyak dan gas di wilayah Banyumas membentuk jalur BL-Tenggara. Jalur ini tak hanya terjadi di Banyumas, tetapi juga jauh ke sebelah baratlautnya, melintasi batas provinsi Jawa Tengah-Jawa Barat sampai ke Majalengka di mana Jan Reerink selama lima tahun dari 1871-1876 menyerbunya dengan 19 sumur eksplorasi dangkal. Banyumas tetap misteri bagi banyak orang. Ada minyak dan gas di bawah wilayah ini. Mengapa sampai sekarang kita tak berhasil menemukannya setelah sekian lama dikerjakan oleh Belanda, Pertamina, Coparex, Lundin dan para partnernya ? Apakah sedemikian sulit ? Bukan, kita hanya kurang mengeksplorasinya saja. Memang lama dikerjakan, tetapi sedikit diusahakan... Sumur terdalam di wilayah ini dibor Lundin pada tahun 2006 diberi nama Jati-1. Sumur ini sebenarnya meneruskan pekerjaan dua sumur sebelumnya yang pernah dibor Belanda dan Pertamina yaitu Cipari-1 dan Karang Nangka-1. Lundin tak serta merta mengebor sumur dalam ini. Mereka bertahun-tahun mempelajarinya, termasuk melakukan analog lapangan ke beberapa wilayah di Jawa Barat. Peter Lunt, kawan saya di Lundin saat itu, yang sangat mengerti geologi Jawa dan banyak memimpin fieldtrip di Jawa, pernah beberapa kali mengajak saya masuk ke wilayah2 di Bayah, Ciletuh, dan selatan Citarum demi mempelajari analog silisiklastik Paleogen. Peter Lunt beranggapan bahwa batupasir Eosen yang tersingkap baik di Jawa Barat dapat menjadi analog untuk target Paleogen di Banyumas. Sebelum pemboran sumur Jati-1 disetujui, kami sempat berdiskusi panjang soal overpressure dan diapirisme di wilayah ini. Itulah kedua problem yang membuat sumur-sumur sebelumnya gagal menembus lebih dalam. Target Jati-1 adalah batupasir Paleogen baik punya Gabon (Old Andesite) maupun punya ekivalen Nanggulan. Semua sumur lama tak ada yang menembus Paleogen. Mereka semua berhenti di Late Miocene Halang. "Dengan berdarah-darah" (penuh problem mekanik) Lundin mengebor Jati-1 sampai hampir 15.000 ft, sebuah rekor sumur terdalam di Jawa Selatan. Sungguhpun demikian, target yang ingin dicapainya tak kunjung ditemukan. Ternyata, Halang dan mid-Miocene Penosogan di sini tebal sekali, jauh lebih tebal daripada yang bisa ditafsirkan di penampang seismik. Apakah Jati-1 menemukan minyak dan gas ? Ya, sebuah lapisan batupasir di bagian bawah Penosogan mengalirkan gas dan kondensat.Sayang tes tidak konklusif karena sumur sebelumnya penuh dengan problem mekanik. Tetapi sampel kondensat telah berhasil diambil dan inilah salah satu kunci yang akan membuka misteri Banyumas ke depan. Karena mengebor Jati-1 "penuh darah" beberapa company memilih meninggalkan Banyumas, Tak gampang memang mengerjakan Banyumas, ia tak sesederhana Cekungan Jawa Barat atau Jawa Timur yang produktif; tetapi sebenarnya kunci-kunci sudah mulai ditemukan, mereka berserakan di wilayah antara Majalengka dan Banyumas. Sebenarnya, inilah saatnya kita menjawab tantangan2 eksplorasi sebab penemuan-penemuan mudah telah berlalu. Secara singkat boleh dikatakan bahwa Jati-1 memang tak berhasil mencapai targetnya, tetapi jelas ia telah menjadi salah satu kunci yang membuka misteri Banyumas ke depan. salam, awang --- On Mon, 3/9/09, Muhammad Walfajri <walfa...@gmail.com> wrote: From: Muhammad Walfajri <walfa...@gmail.com> Subject: Re: [Geo_unpad] Jan Reerink (1871) dan Tantangan Eksplorasi Jawa To: geo_un...@yahoogroups.com Date: Monday, March 9, 2009, 9:29 AM Pak Awang, Dari Banyumas PSC map (attached file) terlihat cukup banyak oil & gas seep disitu, yang merupakan titik ikat selatan(Banyumas) . Kalimat terakhir Pak Awang, "Jawa masih menyimpan banyak misteri. Minyak tak hanya ada di cekungan-cekungan produktif saat ini", mungkin bisa menjadi penuntun bagi para eksplorasionis utk menemukan cadangan yg komersial. Ini sangat menarik bagi saya pak. Boleh tahu Pak Awang, bagaimana dgn eksplorasi yg dillakukan Lundin Bayumas B.V (1 atau 2 well?) di daerah ini 2/3 thn yg lalu ? Apakah pengeboran mereka - yg dengar2 cukup kompleks permasalahannya - memberikan harapan utk menguak misteri keberadaan hidrokarbon disana? Salam, Fajri '95 2009/3/9 Awang Satyana <awangsatyana@ yahoo.com> Jan Reerink adalah seorang anak laki-laki saudagar penggilingan beras pada zaman Belanda di Indonesia pada paruh kedua abad ke-19. Reerink ditugaskan ayahnya menjaga sebuah toko kelontong di Cirebon. Tetapi, Reerink selalu melamunkan penemuan minyak seperti yang dilakukan Kolonel Drake di Pennsylvania pada tahun 1857. Akhirnya, sebuah berita ia terima bahwa ada rembesan minyak keluar dari lereng barat Gunung Ciremai di kawasan Desa Cibodas, Majalengka. Reerink berketetapan hati akan membor rembesan minyak itu. Sebagai seorang dari keluarga pedagang, Jan Reerink tak menemui kesulitan dalam melobi Nederlandsche Handel Maatschappij (perusahaan dagang Belanda) untuk menyokong usahanya mencari minyak. Setelah sokongan diperoleh, Reerink pergi ke Amerika Serikat dan Kanada mengumpulkan peralatan bor dan tenaga kerjanya. Reerink kemudian kembali ke Cirebon dan segera pergi ke lereng barat Ciremai di mana rembesan minyak dilaporkan. Di sana, menggunakan menara bor bergaya Pennsylvania, seperti yang digunakan Kolonel Drake mengebor sumur minyak pertamanya di dunia di Titusville, Reerink mengebor sebuah sumur mencari minyak. Saat itu bulan Desember 1871 dan tercatat dalam sejarah perminyakan Indonesia sebagai tahun sumur eksplorasi minyak pertama dibor di Indonesia. Sumur pertama itu dinamai Madja-1 atau Tjibodas Tangat-1. Tali, bukan pipa, digunakan untuk menggerakkan mata bor. Tidak ada pipa selubung atau casing. Kedalaman sumur pertama itu hanya 125 kaki. Tenaga penggerak berasal dari generator yang dihela beberapa ekor kerbau. Sumur pertama ini menemukan minyak walaupun sedikit. Reerink kemudian membor tiga sumur lagi di Cibodas dan dua di antaranya menemukan sedikit minyak. Merasa penasaran belum menemukan minyak dalam jumlah besar, Reerink berpikir bahwa peralatan bornya kurang tenaga, sumur-sumur harus dibor lebih dalam. Maka Reerink pun kembali ke Amerika. Di sana ia membeli peralatan bertenaga uap, sebagai pengganti tenaga kerbau. Tahun 1874, Reerink memulai periode kedua kegiatan pemborannya. Dengan dua mesin bertenaga uap, Reerink mengebor beberapa sumur di Panais, Madja, dan Tjipinang. Semuanya berlokasi di lereng barat Gunung Ciremai, sayang semuanya gagal. Sampai tahun 1876, Reerink terus berusaha mengebor di wilayah ini. Nederlandsche Handel Maatschappij (terakhir kemudian menjadi Royal Dutch Shell) telah mengeluarkan 225.000 gulden dan Reerink sendiri mempertaruhkan uang pribadinya sebanyak 100.000 gulden. Sebenarnya Reerink masih ingin berusaha setelah sebanyak 19 sumur eksplorasi dibornya di lereng Ciremai, tetapi perusahaan dagang Belanda itu tak mau lagi menyokong dananya. Pada akhir Juli 1876, Reerink kembali ke tokonya dan mengubur mimpinya menemukan dan menjadi saudagar minyak. Meskipun demikian, Jan Reerink patut dikenang sebagai eksplorasionis pertama di Indonesia yang serius mencari minyak. Reerink hidup sampai tahun 1923. Tahun 1939, penemuan komersial pertama ditemukan di wilayah ini, lebih ke utara dari wilayah di mana Reerink mengebor sumur-sumur eksplorasinya. BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) menemukan minyak komersial pertama di Jawa Barat di Lapangan Randegan. Berturut-turut, kemudian penemuan lapangan-lapangan penting terjadi di wilayah ke utara dan barat dari Randegan, bukan ke selatan menuju Ciremai. Meskipun demikian, minyak-minyak dari sumur-sumur Reerink masih mengalir dan sampai sekarang dimanfaatkan penduduk setempat. Apakah Ciremai, Kuningan, Majenang, dan Banyumas tak perlu dilihat lagi kemungkinannya sebagai wilayah minyak ? Salah. Justru wilayah tinggian struktur dari Majalengka-Banyumas ini merupakan salah satu wilayah terkaya akan rembesan minyak di Pulau Jawa. Dan rembesan minyak selalu lebih positif daripada negatif dalam membimbing eksplorasi. Sebuah keunikan geologi, tektonik,volkanisme , dan petroleum system terjadi di wilayah dari Majalengka-Banyumas . Jan Reerink tidak salah mempertaruhkan uang pribadinya di lereng Ciremai. Ia belum beruntung saja. Keuntungan barangkali akan berpihak kepada para eksplorasionis masa mendatang yang berani keluar dari wilayah-wilayah klasik perminyakan. Sains dan keberanian diperlukan dalam hal ini. Perburuan telah dimulai dengan meneliti kembali minyak sumur-sumur Jan Reerink, diteliti karakteristik geokimianya. Ini titik ikat sebelah baratlaut (Majalengka) . Hal yang sama dilakukan atas rembesan-rembesan minyak di Banyumas, ini adalah titik ikat selatan (Banyumas). Setelah kedua titik ikat ditentukan, mulailah para eksplorasionis berkutat dengan data dan sains, dst., dst. Jawa masih menyimpan banyak misteri. Minyak tak hanya ada di cekungan-cekungan produktif saat ini. Salam, awang __._,_.___ Messages in this topic (2) Reply (via web post) | Start a new topic Messages | Files | Photos | Links | Database | Polls | Members | Calendar Please Visit Our Website @ http://geounpad.ac.id/ and Our Forum @ http://forum.geounpad.ac.id/ Moderators: Budhi Setiawan '91 <bu...@wgtt.org> Edi Suwandi Utoro '92 <edsu...@chevron.com> Sandiaji '94 <sandi...@elnusa.co.id> Wanasherpa '97 <wana.she...@total.com> Satya '2000 <tri.nugr...@medcoenergi.com> Andri'2004 <andri_ma...@yahoo.com> MARKETPLACE >From kitchen basics to easy recipes - join the Group from Kraft Foods Change settings via the Web (Yahoo! ID required) Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity 2 New Members 5 New PhotosVisit Your Group Y! Groups blog the best source for the latest scoop on Groups. All-Bran 10 Day Challenge Join the club and feel the benefits. Yahoo! Groups Auto Enthusiast Zone Auto Enthusiast Zone Car groups and more! . __,_._,___ __________ NOD32 3917 (20090307) Information __________ This message was checked by NOD32 antivirus system. http://www.eset.com -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!! akan dilaksanakan di Semarang 13-14 Oktober 2009 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. --------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!! akan dilaksanakan di Semarang 13-14 Oktober 2009 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------------------------