Terima kasih  Pak Awang.

Si Abah
>  

Wah, Abah masih ingat dengan boulder
pemetaan/tesis S1 itu...
>  
> Dalam pengetahuan
sekarang, berdasarkan kandungan fosilnya ditentukan
> bahwa
Formasi Tondo berumur Miosen. Formasi Tondo dibagi tiga : facies
>
limestone (Miosen Bawah-Miosen Tengah), facies coarse clastic (Miosen
> Bawah-Miosen Atas bagian bawah), dan facies fine clastic (Miosen
Atas).
>  
> Pertanyaan Abah tentang boulder
peridotit itu adalah bagian facies coarse
> clastic Formasi Tondo.
Sebenarnya itu bukan boulder, tetapi batuan keras
> yang tersisa
sebab matriksnya telah hilang tererosi. Facies coarse clastic
>
Tondo ini di bagian tengah dan atasnya memang didominasi oleh bahan
> rombakan dari ofiolit.
>  
> Melihat sejarah
Tersier Buton, tak mungkin Tondo berumur Eosen sebab Tondo
>
mengandung bahan rombakan ofiolit hasil collision antara Buton dan Muna
> pada Early - Middle Miocene. Karena collision, banyak formasi
batuan
> pre-Miocene termasuk slab (oceanic crust) yang semula
terletak di antara
> mikrokontinen Muna dan mikrokontinen Buton
menjadi terjepit lalu
> terdeformasi (upthrusted). Biasanya,
upthrusted ini membentuk
> tinggian-tinggian lokal yang kemudian
jadi provenance sedimen. Melihat
> umurnya yang hampir bersamaan
atau bersamaan dengan collision, maka Tondo
> coarse clastic
adalah sedimentasi syn-orogenic atau post-orogenic. Dan
>
berdasarkan matriksnya, coarse clastic Tondo ini merupakan endapan
kipas
> turbidit di intra-thrust, syn-tectonic deep marine
basins.
>  
> Sebenarnya syarat2 untuk gliding
tectonics telah dipenuhi pada
> pra-sedimentasi Tondo. Sebelum
coarse clastic diendapkan,ada tinggian
> ofiolit (Kapantoreh) yang
menghadap ke dalaman di sebelah timurnya.
> Apakah gliding
tectonics  terjadi atau tidak, harus kita lihat dulu
>
depresi area yang tersedia untuk Tondo coarse clastic diendapkan. Ini
bisa
> kita lihat kalau kita punya seismic section yang memotong
dari tinggian
> ofiolit itu (Kapantoreh Mountains) di sebelah
timur Selat Buton ke timur
> menuju East Buton Basin.
>
 
> Tetapi kalau pun deformasi gliding tectonics ada, yaitu
dalam bentuk
> toe-thrusts yang  miring ke barat dan mengarah
ke timur (eastward
> vergency), akan sulit dilihat pada saat ini
sebab sudah 'overprinted'
> -dideformasi lagi oleh collision
yang menerus dan dibentur lagi oleh
> Tukang Besi pada
Plio-Pleistosen. Akibatnya, deformasi akan penuh dengan
>
deformasi imbrikasi dan duplex karena collision, bukan toe-thrusting
ala
> gliding tectonics; sisa toe-thrusting Tondo dengan
decollement di level
> facies limestone Tondo tak akan terlihat
lagi, saya pikir.
>  
> salam,
> Awang
> 
> --- Pada Sel, 12/1/10, yanto R.Sumantri
<yrs...@rad.net.id> menulis:
> 
> 
> Dari:
yanto R.Sumantri <yrs...@rad.net.id>
> Judul: Re:
[iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : "Geologic
> Transect ...)
> Kepada: "iagi-net"
<iagi-net@iagi.or.id>
> Tanggal: Selasa, 12 Januari, 2010,
11:39 AM
> 
> 
> 
> 
> 
>> Awang
> 
> Agak menyimang , tapi mungkin bisa
jadi
> bahandiskusi mengenai gliding tectonics.
> Saya
teringat sewaktu
> pemetaan thesis thn 1972 /71 , di Pulau Buton ,
saya menemukan suatu
> daerah yang dipetakan oleh Hetzel sebagai
Formasi Tondo yang berumur
> Eocene kalau tidak salah) . Biasanya
terdiri dari batupasir dengan tekstur
> agak kasar.
>
Disalah satu lokasi saya menemukan fragmen fragmen
> peridotite
dalam skala boulder.
> Kalau Formasi Tondo sebagian adalah
> hasil glidibg tectonics , bagaimana menerangkan sejarah 
Tersier dari
> Pulau Buton ,?
> 
> Si Abah
> 
>    Pak Noor,
>>  
>> Terjadinya kanibalisasi antiklin-antiklin di inner
>
belt Samarinda
>> Anticlinorium terjadi melalui inversi yang
> menyebabkan uplift. Kalau pada
>> saat itu topografi
antara uplift
> dan depresinya berkembang slope yang
>>
cukup panjang, maka suatu
> gliding tectonics bisa bekerja
bersamaan dengan
>> progradasi
> sedimen yang
dikanibalisasi dari tinggian antiklin. Jadi lokasi
>>
>
center of upliftnya merupakan batas operasi gliding tectonics yang
> paling
>> dangkal. Gliding tectonics bergeser semakin
muda ke
> timur, kalau mau
>> didetailkan di mana,
harus dilakukan
> restoration of geologic sections,
>>
dari situ kita mendelineasi
> gliding tectonics.
>>
 
>> Gliding tectonics adalah
> syndepositional
deformation, maka tak akan
>> memberikan rumpang
> yang
berarti. Progradasi delta di Kutei pun
>> terus-menerus,
tanpa
> rumpang berarti, akibatnya karena gliding tectonics
>> sering
> terjadi dalam progradasi sedimen, maka di
dalam gliding
>>
> tectonics pun tak akan ada pula
rumpang.
>>  
>>
> salam,
>>
Awang
>>  
>> --- Pada Jum, 8/1/10,
>
noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
>>
menulis:
>>
>>
>> Dari: noor
syarifuddin
> <noorsyarifud...@yahoo.com>
>>
Judul: Re: [iagi-net-l]
> Gliding Tectonics dan Prospek HC (was :
"Geologic
>> Transect
> ...)
>> Kepada:
iagi-net@iagi.or.id
>> Tanggal: Jumat, 8
> Januari,
2010, 1:50 PM
>>
>>
>> Pak Awang,
>> Terima kasih penjelasannya.
>>
>>
Kalau
> paleo-gliding mungkin kita bisa melihat jejak hulu
dari potongan
>> yang menggelincir dengan adanya area
di barat Kutei yang
> hampir tidak ada
>> sediment sama
sekali (kelihatan sangat jelas di
> peta SLAR). Namun kalau
>> gliding yang lebih muda, itu kira-kira
> di mana ya...?
Rasanya hampir semua
>> section dari sumur-sumur
> yang
ada sedimentasinya selalu menerus dan tidak
>> ada
> rumpang. 
>>
>> Dalam skala kecil kita
memang
> mengamati di satu lapangan adanya gelinciran
>> blok (shale
> scouring) yang dalam log section
akan terlihat sebagai rumpang
>> sedimentasi. Tapi untuk
skala satu cekungan rasanya belum pernah
>> mendengar.
>>
>>
>> salam, 
>>
> 
>>
>> ________________________________
>>
>
From: Awang Satyana
<awangsaty...@yahoo.com>
>> To:
>
iagi-net@iagi.or.id
>> Cc: Geo Unpad
>
<geo_un...@yahoogroups.com>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>;
>> Eksplorasi BPMIGAS
<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
>> Sent: Fri,
January 8, 2010 12:19:16 PM
>> Subject: Re:
>
[iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was :
>>
> "Geologic Transect ...)
>>
>> Pak
Noor,
>>
>  
>> Terima kasih atas
informasinya. Bulan Maret 2009 saya
> bersama teman-teman
>> dari SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk
> meninjau
sumur ex VICO
>> Pelarang-1 yang dibor di puncak bukit
> yang sebenarnya puncak antiklin. Di
>> lereng antiklin
ditemukan
> banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di
>> puncak antiklin,
> hampir seluruhnya napal yang pasti
lebih tua. Pelarang-1
>> pun
> mengalami masalah
overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih
>> Pamaluan.
Batupasir Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya
> sudah
>> dikanibalisasi dan diendapkan di lereng-lerengnya, atau
> sinklinnya. Maka
>> di wilayah ini tak bisa lagi play
antiklin jadi
> target, harus semacam
>> updip pinchout
di lereng antiklin atau
> bahkan sinklin. Bukan hanya sumur
>> Pelarang saja yang mengalami
> begitu, tetapi beberapa
sumur lain yang dibor
>> di puncak antiklin
> sebelah
barat Cekungan Kutei mengalami problem yang
>> sama.
>>  
>> Gliding tectonics di Kutei sebenarnya
dipicu saat
> Kuching High naik
>> setelah selesainya
spreading South China Sea,
> itu sekitar late-Oligocene
>> sampai earliest Miocene, sehingga
> delta pertama di
Kutei umurnya early
>> Miocene, sebab Kuching High
>
jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah
>> itu, center
of
> gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke
>> Upper
> Kutei Basin, lalu makin muda masuk ke bagian
barat Lower Kutei Basin
>> saat inversi intra-Miosen terjadi.
Pada periode tektonik
> berikutnya
>> (Mio-Plio dan
Plio-Plistosen, center pengangkatan
> makin bergerak ke timur
>> bersamaan dengan jalannya progradasi
> sedimen yang
semakin muda juga
>> bergerak semakin ke timur. Maka
>
dapat dilihat bahwa gliding tectonics
>> sebenarnya menerus,
hanya
> center of upliftnya bermigrasi makin muda makin
>> ke timur. Pada
> Plio-Pleistosen ia sudah masuk ke
offshore, yang
>> menyebabkan
> extensional faults di
wilayah outer shelf, tetapi kemudian
>>
> toe-thrusting
di slope-nya.
>>  
>> Migrasi center of
> uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah
>>
embayment-nya
> atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat
yang
>> menghadapi
> Palung Bogor (ingat migrasi thrust
Pak Suyono Martodjojo, 1984
>>
> sejak dari Walat
thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara
>>
Serayu Selatan dan Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus
> ke utara
>> semakin muda (lihat penampang evolusi
geologi Jawa
> Tengah dari van
>> Bemmelen, di
lembar peta -plate, no.
> 35).
>>  
>> salam,
>> Awang 
>>
>>
--- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin
>
<noorsyarifud...@yahoo.com>
>> menulis:
>>
>>
> 
>> Dari: noor syarifuddin
<noorsyarifud...@yahoo.com>
>> Judul: Re: [iagi-net-l]
Gliding Tectonics dan Prospek HC (was :
> "Geologic
>> Transect ...)
>> Kepada:
>
iagi-net@iagi.or.id
>> Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35
AM
>>
>>
>> Pak Awang,
>>
Cekungan Kutei memang
> masih menyimpan banyak misteri. Beberapa
indikasi
>> tectonic
> gliding memang pernah
dikemukakan beberapa peneliti. Data-data
>>
>
pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1
> itu
>> adalah salah satu contoh pengeboran di puncak
antiklin yang
> isinya shale
>> semua....
>>
>> Tapi ada satu yang
> masih mengganjal:
data bore-hole ovalization
>> (break-out)
> menunjukkan
ada kemenerusan trend yang relatif sama baik
>> secara
> lateral maupun vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting
stress
>> tektonik yang relatif sama dari waktu-ke-waktu.
Sementara itu kalau
> kita
>> memakai hipotesis
tectonic gliding, maka tentu itu sifatnya
> "sesaat' dan
>> tidak menerus seperti ini.
>>
>>
>> salam,
>>
>>
>>
>
________________________________
>>
>
From: Awang
Satyana
> <awangsaty...@yahoo.com>
>> To:
iagi-net@iagi.or.id; Forum
> Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
>> <fo...@hagi.or.id>
>> Cc: Eksplorasi BPMIGAS
<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>;
> Geo Unpad
>> <geo_un...@yahoogroups.com>
>> Sent: Thu,
> January 7, 2010 5:23:18 PM
>> Subject: Re: [iagi-net-l]
Gliding
> Tectonics dan Prospek HC (was :
>>
"Geologic Transect ...)
>>
>> Pak Frank,
>>  
>> Iya, gliding
> tectonics perlu
lapisan plastis sebagai floor of deformation,
>>
>
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita
>>
> menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan
tertentu akan berpengaruh
>> kepada massa yang dilengserkan,
semakin tebal tentu semakin
> mungkin
>>
tergelincir.
>>  
>> Gliding
>
tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift
>>
> atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada
daerah yang
>> terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada
saat postrift dan
> sagging
>> hanya ada daerah
tenggelam. Kasus di Sumatra basins,
> pada saat postrift
>> dan sagging, structural grain masih
> didominasi
extensional faults, bukan
>> toe -thrusting ala gliding
> tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya
>> sebab
periode
> kejadiannya pun berlainan. Dalam mata eksplorasi
migas,
>>
> decollement sering menjadi sealing/cap yang
resilient. Jadi bila ada
>> deformasi post-rift yang ditutupi
decollement, itu bisa jadi
> trap
>> sub-decollement
structure yang baik. Kadang2 deformasi
> postrift tak
>> tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D),
>
nah dalam kasus ini
>> generated hydrocarbon dari synrift
sequence
> bisa masuk ke trap
>> toe-thrusting di atas
decollement.
>>
>  
>> Sands yang
re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik
> sebab semakin
>> banyak fraksi mineral stabilnya yang tertinggal
> yaitu
kuarsa, dan semakin
>> banyak clay-winnowing-nya sehingga
> membersihkan pasir dari pengotor
>> lempung. Reservoir2
di laut
> dalam Makassar Strait membuktikan ini. Agar
>> sands di toe-thrust
> block memberikan aliran
turbiditnya sendiri, maka
>> toe-thrust
> block itu
harus pernah tersingkap dan di-kanibal pasirnya lalu
>>
> diendapkan ulang sebagai turbidit sands di downdipnya. Tetapi saya
tak
>> yakin ini terjadi untuk toe-thrust block di sistem
deep-water sebab
> itu
>> akan membutuhkan forced
regression yang sangat besar untuk
> batupasir di
>>
toe-thrust block tersingkap. Tetapi bila batupasir
> di toe-thrust
block
>> tergerus oleh submarine gravity flow, bisa
>
saja itu mengendapkan ulang
>> pasirnya. Di Kutei Basin,
yang
> namanya sands di puncak antiklin terangkat
>>
dan di-kanibal lalu
> diendapkan ulang di hilirnya adalah sudah
biasa. Maka
>> banyak
> antiklin di bagian onshore
>> Kutei sebelah barat tak punya lagi
> pasir sebab
pasirnya sudah
>> dikanibalisasi. Maka mengebor sumur
>
di puncak-puncak antiklin yang
>> terkanibal adalah
kesalahan
> besar, yang ditemukan hanyalah shales dengan
>> interbeds tipis
> sands dan overpressured.
>>  
>> Dan dalam sistem
> to-thrusting
yang sejalan dengan progradasi, mengebor
>> sumur di
>
puncak antiklinnya pun kesalahan sebab di situ pasir akan tipis
>> sebab pasir akan mengumpul di ponded basin di belakang
thrust
> block. Bila
> 
> 
>      
___________________________________________________________________________
> Dapatkan alamat Email baru Anda!
> Dapatkan nama yang
selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
>
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/


-- 
_______________________________________________
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.

Kirim email ke