> Awang 

Agak menyimang , tapi mungkin bisa jadi
bahandiskusi mengenai gliding tectonics.
Saya teringat sewaktu
pemetaan thesis thn 1972 /71 , di Pulau Buton , saya menemukan suatu
daerah yang dipetakan oleh Hetzel sebagai Formasi Tondo yang berumur
Eocene kalau tidak salah) . Biasanya terdiri dari batupasir dengan tekstur
agak kasar.
Disalah satu lokasi saya menemukan fragmen fragmen
peridotite dalam skala boulder.
Kalau Formasi Tondo sebagian adalah
hasil glidibg tectonics , bagaimana menerangkan sejarah  Tersier dari
Pulau Buton ,?

Si Abah

   Pak Noor,
>  
> Terjadinya kanibalisasi antiklin-antiklin di inner
belt Samarinda
> Anticlinorium terjadi melalui inversi yang
menyebabkan uplift. Kalau pada
> saat itu topografi antara uplift
dan depresinya berkembang slope yang
> cukup panjang, maka suatu
gliding tectonics bisa bekerja bersamaan dengan
> progradasi
sedimen yang dikanibalisasi dari tinggian antiklin. Jadi lokasi
>
center of upliftnya merupakan batas operasi gliding tectonics yang
paling
> dangkal. Gliding tectonics bergeser semakin muda ke
timur, kalau mau
> didetailkan di mana, harus dilakukan
restoration of geologic sections,
> dari situ kita mendelineasi
gliding tectonics.
>  
> Gliding tectonics adalah
syndepositional deformation, maka tak akan
> memberikan rumpang
yang berarti. Progradasi delta di Kutei pun
> terus-menerus, tanpa
rumpang berarti, akibatnya karena gliding tectonics
> sering
terjadi dalam progradasi sedimen, maka di dalam gliding
>
tectonics pun tak akan ada pula rumpang.
>  
>
salam,
> Awang
>  
> --- Pada Jum, 8/1/10,
noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
> menulis:
> 
> 
> Dari: noor syarifuddin
<noorsyarifud...@yahoo.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l]
Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : "Geologic
> Transect
...)
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Jumat, 8
Januari, 2010, 1:50 PM
> 
> 
> Pak Awang,
> Terima kasih penjelasannya.
> 
> Kalau
paleo-gliding mungkin kita bisa melihat jejak hulu dari potongan
> yang menggelincir dengan adanya area di barat Kutei yang
hampir tidak ada
> sediment sama sekali (kelihatan sangat jelas di
peta SLAR). Namun kalau
> gliding yang lebih muda, itu kira-kira
di mana ya...? Rasanya hampir semua
> section dari sumur-sumur
yang ada sedimentasinya selalu menerus dan tidak
> ada
rumpang. 
> 
> Dalam skala kecil kita memang
mengamati di satu lapangan adanya gelinciran
> blok (shale
scouring) yang dalam log section akan terlihat sebagai rumpang
> sedimentasi. Tapi untuk skala satu cekungan rasanya belum pernah
> mendengar.
> 
> 
> salam, 
>

> 
> ________________________________
>
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
> To:
iagi-net@iagi.or.id
> Cc: Geo Unpad
<geo_un...@yahoogroups.com>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>;
> Eksplorasi BPMIGAS <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
> Sent: Fri, January 8, 2010 12:19:16 PM
> Subject: Re:
[iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was :
>
"Geologic Transect ...)
> 
> Pak Noor,
>
 
> Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya
bersama teman-teman
> dari SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk
meninjau sumur ex VICO
> Pelarang-1 yang dibor di puncak bukit
yang sebenarnya puncak antiklin. Di
> lereng antiklin ditemukan
banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di
> puncak antiklin,
hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1
> pun
mengalami masalah overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih
> Pamaluan. Batupasir Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya
sudah
> dikanibalisasi dan diendapkan di lereng-lerengnya, atau
sinklinnya. Maka
> di wilayah ini tak bisa lagi play antiklin jadi
target, harus semacam
> updip pinchout di lereng antiklin atau
bahkan sinklin. Bukan hanya sumur
> Pelarang saja yang mengalami
begitu, tetapi beberapa sumur lain yang dibor
> di puncak antiklin
sebelah barat Cekungan Kutei mengalami problem yang
> sama.
>  
> Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat
Kuching High naik
> setelah selesainya spreading South China Sea,
itu sekitar late-Oligocene
> sampai earliest Miocene, sehingga
delta pertama di Kutei umurnya early
> Miocene, sebab Kuching High
jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah
> itu, center of
gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke
> Upper
Kutei Basin, lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin
> saat inversi intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik
berikutnya
> (Mio-Plio dan Plio-Plistosen, center pengangkatan
makin bergerak ke timur
> bersamaan dengan jalannya progradasi
sedimen yang semakin muda juga
> bergerak semakin ke timur. Maka
dapat dilihat bahwa gliding tectonics
> sebenarnya menerus, hanya
center of upliftnya bermigrasi makin muda makin
> ke timur. Pada
Plio-Pleistosen ia sudah masuk ke offshore, yang
> menyebabkan
extensional faults di wilayah outer shelf, tetapi kemudian
>
toe-thrusting di slope-nya.
>  
> Migrasi center of
uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah
> embayment-nya
atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang
> menghadapi
Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984
>
sejak dari Walat thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara
> Serayu Selatan dan Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus
ke utara
> semakin muda (lihat penampang evolusi geologi Jawa
Tengah dari van
> Bemmelen, di lembar peta -plate, no.
35).
>  
> salam,
> Awang 
> 
> --- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin
<noorsyarifud...@yahoo.com>
> menulis:
> 
>

> Dari: noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was :
"Geologic
> Transect ...)
> Kepada:
iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM
> 
> 
> Pak Awang,
> Cekungan Kutei memang
masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi
> tectonic
gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data
>
pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1
itu
> adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang
isinya shale
> semua....
> 
> Tapi ada satu yang
masih mengganjal: data bore-hole ovalization
> (break-out)
menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik
> secara
lateral maupun vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress
> tektonik yang relatif sama dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau
kita
> memakai hipotesis tectonic gliding, maka tentu itu sifatnya
"sesaat' dan
> tidak menerus seperti ini.
> 
> 
> salam,
> 
> 
>
________________________________
>
From: Awang Satyana
<awangsaty...@yahoo.com>
> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
> <fo...@hagi.or.id>
> Cc: Eksplorasi BPMIGAS <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>;
Geo Unpad
> <geo_un...@yahoogroups.com>
> Sent: Thu,
January 7, 2010 5:23:18 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding
Tectonics dan Prospek HC (was :
> "Geologic Transect ...)
> 
> Pak Frank,
>  
> Iya, gliding
tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation,
>
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita
>
menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh
> kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin
mungkin
> tergelincir.
>  
> Gliding
tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift
>
atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang
> terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan
sagging
> hanya ada daerah tenggelam. Kasus di Sumatra basins,
pada saat postrift
> dan sagging, structural grain masih
didominasi extensional faults, bukan
> toe -thrusting ala gliding
tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya
> sebab periode
kejadiannya pun berlainan. Dalam mata eksplorasi migas,
>
decollement sering menjadi sealing/cap yang resilient. Jadi bila ada
> deformasi post-rift yang ditutupi decollement, itu bisa jadi
trap
> sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi
postrift tak
> tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D),
nah dalam kasus ini
> generated hydrocarbon dari synrift sequence
bisa masuk ke trap
> toe-thrusting di atas decollement.
>
 
> Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik
sebab semakin
> banyak fraksi mineral stabilnya yang tertinggal
yaitu kuarsa, dan semakin
> banyak clay-winnowing-nya sehingga
membersihkan pasir dari pengotor
> lempung. Reservoir2 di laut
dalam Makassar Strait membuktikan ini. Agar
> sands di toe-thrust
block memberikan aliran turbiditnya sendiri, maka
> toe-thrust
block itu harus pernah tersingkap dan di-kanibal pasirnya lalu
>
diendapkan ulang sebagai turbidit sands di downdipnya. Tetapi saya tak
> yakin ini terjadi untuk toe-thrust block di sistem deep-water sebab
itu
> akan membutuhkan forced regression yang sangat besar untuk
batupasir di
> toe-thrust block tersingkap. Tetapi bila batupasir
di toe-thrust block
> tergerus oleh submarine gravity flow, bisa
saja itu mengendapkan ulang
> pasirnya. Di Kutei Basin, yang
namanya sands di puncak antiklin terangkat
> dan di-kanibal lalu
diendapkan ulang di hilirnya adalah sudah biasa. Maka
> banyak
antiklin di bagian onshore
> Kutei sebelah barat tak punya lagi
pasir sebab pasirnya sudah
> dikanibalisasi. Maka mengebor sumur
di puncak-puncak antiklin yang
> terkanibal adalah kesalahan
besar, yang ditemukan hanyalah shales dengan
> interbeds tipis
sands dan overpressured.
>  
> Dan dalam sistem
to-thrusting yang sejalan dengan progradasi, mengebor
> sumur di
puncak antiklinnya pun kesalahan sebab di situ pasir akan tipis
> sebab pasir akan mengumpul di ponded basin di belakang thrust
block. Bila
> di puncak antiklin, akan ada diapir dan sands yang
tipis. Flank antiklin
> harus menjadi targetnya.
>
 
> salam,
> Awang
>  
>
salam,
> Awang
> 
> --- Pada Kam, 7/1/10,
Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com>
> menulis:
> 
> 
> Dari: Franciscus B Sinartio
<fbsinar...@yahoo.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding
Tectonics dan Prospek HC (was : "Geologic
> Transect ...)
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id, "Forum Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia"
> <fo...@hagi.or.id>
> Tanggal:
Kamis, 7 Januari, 2010, 9:24 AM
> 
> 
> Pak
Awang,
> Ulasan yang menarik sekali.
> saya mau tanya
mengenai lengseran nya ...
> pertama,  apakah mekanisme
gliding tektonik(lengseran) ini selalu
> memerlukan plastic zone
dimana sediment-blocknya akan bergeser? jadi perlu
> shale/salt
yang plastics dan mungkin juga perlu ketebalan tertentu?
> 
> pertanyaan kedua,
> di daerah extension, sering sekali
terjadi rifting, lalu terendapkan
> synrift sediment, lalu post
rift.   seandainya post-rift sedimentnya ada
>
plastics sediment misalnya shale atau salt,  dan extension force
terus
> berjalan, tersedia accomodation space yang bukan diisi
dengan longsoran
> tetapi dengan lengseran (yang bisa besar sekali
dimensinya). kemudian bisa
> saja terjadi toe-trust structure pada
sediment diatas shale atau saltnya. 
> nah pertanyaan saya
adalah bagaimana membedakan fenomena ini dengan
> gliding tectonic
yang hanya disebabkan oleh gravity seperti yang Pak Awang
>
deskripsikan.  yang paling penting adalah apakah perlu
membedakannya
> dilihat dari mata eksplorasi migas?
> 
> Pertanyaan ketiga mengenai longsoran setelah toe-thrust
terjadi.  apakah
> mungkin kualitas reservoir dari sand lebih
baik setelah sand itu tersebut
> di rework  dan menjadi
endapan turbidit?  dan apakah mungkin ada beberapa
> aliran
turbidite di satu toe-thrust block?  jadi tidak tergantung dengan
> sungai yang ada di onshorenya.
> 
> 
>
terima kasih sebelumnya atas penjelasannya.
> 
> salam,
> frank
> 
> 
> 
>
________________________________
>
From:
"unt...@dgtl.esdm.go.id" <unt...@dgtl.esdm.go.id>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Wed, January 6, 2010
5:28:40 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan
Prospek HC (was :
> "Geologic      Transect
...)
> 
> Penjelasan pak Awang menarik sekali karena saya
sedang mempelajari apa iya
> bahwa endapan Tersier di Jawa bukan
merupakan suatu akuifer. Jadi bedanya
> Pak Awang cari minyak saya
coba untuk cari air di pegunungan Tersier untuk
> mendukung
pengembangan air tanah di desa tertinggal. (salam Untung)
>>
Pak Budi,
>> 
>> Setelah banyak mempelajari
struktur dan tektonik di berbagai wilayah di
>> Indonesia, saya
melihat bahwa kompresi lateral dengan penggerak utama
>>
tektonik lempeng tidak selalu menjadi satu-satunya penyebab kinematika
>> elemen struktur dan tektonik. Banyak hal yang menuntut
penjelasan lebih
>> dari sekadar kompresi.
>> 
>> Bahkan dengan konsep exhumation, yaitu
terangkatnya kembali kerak benua
>> yang pernah tenggelam di
bawah kerak berasosiasi oseanik, saya tak akan
>> melihat lagi
bahwa seluruh pengangkatan yang terkenal itu (Himalaya,
>>
Kuching High, Meratus, Central Ranges of Papua, dsb.) semuanya karena
>> tektonik lempeng semata. Memang, tektonik lempeng penggerak
utamanya
>> sehingga banyak mikro-kontinen bertubrukan, tetapi
exhumation tak
>> memerlukan tektonik lempeng yang lateral, ia
hanya memerlukan kompensasi
>> gravity, sebab naiknya kembali
kerak kontinen yang pernah tenggelam itu
>> terjadi karena
perbedaan density kerak dan gravity. Saat ini exhumation
>>
sedang terjadi di banyak tempat ex collision di Indonesia (Timor,
>> Banggai,
>> Meratus, dsb.).
>> 
>> Kemudian, apa yang sudah naik pun, wajar dan sering sekali
diikuti oleh
>> gerak runtuhan (collapse) di sebelahnya - ini
hanya penyeimbangan
>> isostasi, dan yang namanya isostasi
selalu gravity-movement. Maka semua
>> foredeep yang terbentuk
di sebelah suatu zone collision harus dicurigai
>> sebagai
collapse gravity. Weber Deep, depresi laut paling dalam di
>>
Indonesia (7000 m) -lebih dari palung Sumatra dan Jawa, terjadi karena
>> collapse gravity di depan jalur collision
Tanimbar-Kei-Seram.
>> 
>> Gliding tectonics
semula dipicu oleh differential gravity movement.
>> Definisi
yang Pak Budi kutipkan dari American Journal of Science (1954)
>> itu memuaskan. Begitulah gliding tectonics atau tektonik
>> longsoran/lengseran itu, ia membutuhkan topografi yang tinggi
(uplifted)
>> dan topografi yang rendah (subsided). Di kedua
topografi yang beda
>> tinggi
>> ini akan bermain
gravity movement dan kalau di antara keduanya
>> dihubungkan
>> oleh suatu lereng, maka berjalanlah gravity movement melalui
gliding
>> tectonics. Gliding tectonics pun fenomena tektonik
juga, hanya penyebab
>> lipatan dan sesar di sini bukan gaya
kompresi, melainkan gaya berat
>> (gravity) ditambah progradasi
sedimen.
>> 
>> Gliding tectonics bisa bekerja
dalam skala lokal maupun regional. Memang
>> lebih banyak yang
bekerja dalam skala regional sebab dalam skala
>> regional
>> perbedaan topografi tinggi rendah dan differential gravity
movement-nya
>> lebih nyata. Di wilayah alluvial fan, lebih
banyak bekerja sistem
>> runtuhan
>> dalam bentuk
molassic deposits yang disuplai dari tinggian sekitarnya ke
>>
rendahan yang ditempati kipas aluvial. Saya tak yakin gliding tectonics
>> bekerja dengan baik di sini. Di wilayah delta mungkin saja,
tetapi itu
>> pun
>> harus delta yang berprogradasi
dalam jarak jauh dan ada tinggian
>> regional
>> di
wilayah hinterland-nya. Syarat ini dipenuhi secara ideal oleh wilayah
>> progradasi delta di Cekungan Kutei dengan tinggian
hinterland-nya berupa
>> Kuching High di sebelah utara
Kalimantan Tengah. Bahwa gliding tectonics
>> membentuk
Samarinda Anticlinorium yang terkenal itu di wilayah ini
>>
pernah
>> dibahas oleh van Bemmelen (1949), Rose dan Hartono
(1976 -IPA), dan Ott
>> (1987 -IPA).
>>  Dalam
pandangan saya, itu penjelasan yang lebih memuaskan bagi asal
>> Samarinda Anticlinorium dibandingkan penjelasan2 sesudahnya
(oleh John
>> Chambers & Tim Daley, Ken McClay, dll.).
>> 
>> Di wilayah slope-lah (lebih dalam dari
prodelta terutama di wilayah
>> slope), gliding tectonics
terutama bermain. Semua toe-thrusting di sini
>> yang dipicu
oleh decollement dalam kinematika thin-skinned tectonics
>>
berasamaan dengan progradasi sedimen, pada dasarnya adalah manifestasi
>> gliding tectonics, yang tak memerlukan kompresi.
>> 
>> Reservoir dan source dalam gliding
tectonics akan berasal dari reworked,
>> transported, dan
re-deposited sediments turbidit yang berasal dari
>> provenance
di uplifted area di dekatnya yang tersingkap pada saat
>>
lowstand
>> sea level. Contoh idealnya adalah di Makassar
Strait dan Tarakan deep
>> water. Semua lapangan produktif di
laut dalam Makassar (West Seno
>> misalnya) atau Aster di
Tarakan deepwater adalah sedimen turbidit (baik
>> reservoir
maupun source-nya) yang berasal dari exposed seri delta-delta
>> ancient Mahakam. Kemudian reservoir dan source ini terlibat
dalam
>> gliding
>> tectonics yang membentuk
toe-trusting.
>> 
>> Di Jawa Tengah Utara
(Serayu Utara), konsepnya akan sama, kita harus
>> mencari
reworked, transported dan redeposited sediments yang berasal
>>
dari
>> uplifted Serayu Selatan atau northern platform Jawa
Tengah, yang saat
>> itu
>> menjadi sumber sedimen
untuk depresi Serayu Utara. Apakah ada batupasir
>> turbidit
saat itu, di mana diendapkan ? Inilah kesulitan utama di Jawa
>> Tengah yang tak ditemukan di Makassar Strait. Semua
redeposited
>> sediments
>> itu, yang punya kualitas
sebagai reservoir dan sources sekarang
>> terpendam
>> dalam di bawah endapan volkaniklastik sejak Miosen - Kuarter.
Padahal,
>> Merawu bagian bawah (early Miocene) dan Lutut sands
(early Miocene) di
>> lokasi tipenya (hulu Sungai Merawu dan
Kali Lutut) sangat kuarsaan,
>> bagus
>> sekali
sebagai reservoir sebab Merawu Bawah disuplai dari porphyritic
>> quartz Eocene di Serayu selatan.
>> 
>> Maka apabila ada teknologi akuisisi seismik yang mampu membuka
ribuan
>> meter volkanik-klastik Miosen-Kuarter di Jawa Tengah
Utara dan
>> menyingkapkan endapan batupasir Paleogen di
bawahnya, hm...suatu hal
>> yang
>> menarik
tentunya. Meskipun demikian, tutupan volkaniklastik pun dapat
>> berperan sebagai reservoir seperti telah terbukti di
lapangan-lapangan
>> Jatibarang, Cipluk, Wunut, Carat,
Tanggulangin dll. Maka tak ada rotan,
>> akar pun berguna. Bila
susah membuka batupasir Paleogen di Serayu Utara,
>> endapan
volkaniklastiknya pun dapat berperan sebagai reservoir.
>> 
>> salam,
>> Awang
>> 
>> 
>> 
>> ---
Pada Rab, 6/1/10, Budi Santoso <b_santos...@yahoo.co.id> menulis:
>>
>>
>> Dari: Budi Santoso
<b_santos...@yahoo.co.id>
>> Judul: Fw: Re: [iagi-net-l]
"Geologic Transect of Central Java"
>> (Fieldtrip
>> BPMIGAS , 27-30 Desember 2009)
>> Kepada:
iagi-net@iagi.or.id
>> Tanggal: Rabu, 6 Januari, 2010, 9:03
AM
>>
>>
>>
>> Pak Awang,
>>
>> Saya tertarik mebaca tulisan bapak, walaupun saya
bisa dibilang masih
>> awam
>> tentang teori gliding
tectonics ini. Dari salah satu sumber saya baca di
>> American
Journal of Science, Vol. 252, June 1954, P.321-344
>>
(http://www.ajsonline.org/cgi/content/abstract/252/6/321).  Disitu
>> disebutkan definisi dari gliding tectonics :
>>
>> "Gravitational gliding tectonics explains certain folded
and
>> faulted structures by superfical gliding of relatively
large and
>> coherent masses down slopes under the influence of
gravity rather than
>> directly by lateral compression, though
lateral compression is a
>> possible cause of the
slope."
>>
>> Yang saya tangkap berarti gliding
tectonics itu lebih disebabkan oleh
>> gravity mass
dibandingkan aspek tektonik itu sendiri. Apa benar begitu
>>
Pak
>> ? Dari definisi di atas juga yang saya tangkap skala
untuk gliding
>> tectonics itu sendiri bersifat regional.
Seperti kita tahu mekanisme
>> sedimentasi karena gravity
movement juga bisa terjadi di lingkungan
>> Alluvial Fan,
Delta, dan Continental Slope hingga Basin Floor. Untuk
>>
kasus
>> Central Java ini dari penjelasan field trip yang Bapak
tulis banyak
>> singkapan yang mencirikan endapan turbidit laut
dalam. Pertanyaan saya,
>> kalo untuk daerah Alluvial  Fan
dan Delta apakah bisa juga terjadi
>> mekanisme gliding
tectonics Pak ? Trus, kalo cerita tektoniknya gimana
>> Pak,
apakah harus ada faktor lateral compression juga ?
>>
>> Kalo lari ke prospek hidrokarbon, Bapak banyak menyinggung
aspek
>> analisis
>> geokimia untuk penentuan jenis
hidrokarbon dan sejarah migrasinya.
>> Mungkin
>>
bisa sharing Pak untuk prospek reservoir nya Pak, terutama penyebaran
>> sandstone hasil gravity movement nya, apakah ada yang potensial
Pak?
>> Sejauh ini sumur-sumur yang telah di bor di sana
bermain di vulkanik
>> pada
>> level dangkal.
>>
>> Sebelumnya, terima kasih atas penjelasan nya.
>>
>> Salam,
>>
>>
>>
Budi Santoso
>> Engineering Support PEP Region Jawa
>>
>> --- On Tue, 1/5/10, unt...@dgtl.esdm.go.id
<unt...@dgtl.esdm.go.id>
>> wrote:
>>
>>
From: unt...@dgtl.esdm.go.id
<unt...@dgtl.esdm.go.id>
>> Subject: Re: [iagi-net-l]
"Geologic Transect of Central Java" (Fieldtrip
>>      BPMIGAS , 27-30 Desember 2009)
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Date: Tuesday, January 5,
2010, 4:44 PM
>>
>> Pak Awang di Banjarnegara
seingat saya ada 2 tempat yang suka
>> jalan-jalan
>> yaitu G. Pawinihan dan Daerah Kaliurang apa itu yang merupakan
gliding
>> tectonic atau gravity fault saya kurang paham (Salam
Untung).
>>
>>> Abah,
>>> 
>>> Tahun 1976 sampai 2009 berselang 33 tahun, waktu yang cukup
lama untuk
>>> sebuah bongkah lenyap karena dimanfaatkan
orang atau ditelan pelapukan
>>> dan
>>>
erosi. Saya tak tahu pasti apakah bongkah di Karangkobar itu masih ada
>>> atau tidak, tetapi kami tak mengunjunginya pada kegiatan
ekskursi
>>> kemarin.
>>> 
>>> Namun, keterangan Abah menguatkan pendapat van Bemmelen
(1949) yang
>>> saya
>>> yakini benar bahwa di
Serayu Utara, termasuk Karangkobar, bermain yang
>>> namanya
gliding tectonics karena differential gravity movement
>>>
("geantiklin Serayu Selatan terangkat, membentuk
"geosinklin" Serayu
>>> Utara). Di Serayu Utara
juga sebuah contoh ideal bagaimana pola pikir
>>> van
>>> Bemmelen (1949) tentang geosinklin yang menjadi
antiklinorium terwujud.
>>> Saya baru bisa memahaminya
setelah dalam lima tahun ini merenungi
>>> hubungan
>>> antara Serayu Utara (Karangkobar) dan Serayu Selatan
(Karangsambung).
>>> 
>>> Akan halnya
bongkah Nummulites (Eosen, kemungkinan milik Karangsambung)
>>> dapat masuk ke Karangsambung itu adalah permainan gliding
tectonics
>>> semata. Serayu Selatan terangkat pada saat
Oligo-Miosen dan sepanjang
>>> Miosen mengikuti old-andesite
volcanism dan beberapa periode tektonik
>>> berikutnya.
Banyak formasi batuan tua terangkat dan menjadi provenance
>>> buat sedimen yang diendapkan di depresi Serayu Utara yang
terbentuk
>>> akibat
>>> kompensasi isosatik
pengangkatan Serayu Selatan. Sebagian batusedimen
>>> itu
>>> adalah batugamping Nummulites yang diendapkan sebagai
bongkah di Serayu
>>> Utara. Saya yakin dulu di sekitar
bongkah itu ada sedimen2 lain yang
>>> lebih
>>> halus sebagai sedimen pengisi Serayu Utara, hanya tererosi
dan kemudian
>>> meninggalkan bongkah Nummulites.
>>> 
>>> Peter Lunt, mantan ahli geologi
Lundin, saat masih aktif di Lundin
>>> Banyumas dan Lundin
Blora, mau tak mau banyak meneliti wilayah Serayu
>>>
Selatan dan Serayu Utara. Beberapa sedimen di Serayu Utara dikatakannya
>>> sebagai olistostrom dari provenace Serayu Selatan, misalnya
Worawari di
>>> wilayah Bagelen. Saya meyakininya, begitu
pula yang ditunjukkan van
>>> Bemmelen (1949). Apa yang
bukan volkaniklastik di Serayu Utara,
>>> sebagian
>>> besar harus dicurigai sebagai sedimen eksternal yang
dipasok dari
>>> Serayu
>>> Selatan dengan
mekanisme pengendapan sebagian sebagai olistostrom. Maka
>>>
bongkah Nummulites di Karangkobar itu bisa saja dulunya sebuah
>>> olistolith.
>>> 
>>> Di
Serayu Selatan pun ada dua jenis Nummulites, Nummulites klasik yang
>>> seperti duit logam ketip atau koin, khas Eosen (Tengah)
Bayat,
>>> kepunyaan
>>> Formasi Karang
Sambung; dan ada Nummulites lain yang lebih primitif
>>>
yang
>>> tak gampang dilihat kalau tak jeli, yang belum lama
ditemukan oleh
>>> penelitian S3 Pak Prasetyadi (UPN) di
Blok Luk Ulo yaitu Formasi
>>> Bulukuning, yang berumur
sedikit lebih tua : Eosen Awal. Yang di
>>> Karangkobar saya
yakin Nummulites Eosen Tengah Karangsambung.
>>> 
>>> Sumur2 Belanda di wilayah Karangkobar memang ada, tetapi
dangkal saja
>>> dan
>>> merupakan sumur
stratigrafi, lokasinya bisa dilihat di buku jilid II
>>>
van
>>> Bemmelen (1949). Beberapa menemukan indikasi
minyak/gas. Bila serius,
>>> maka
>>> semua
rembesan minyak dan sumur minyak di Serayu Utara harus dianalisis
>>> asal minyaknya -ini penting untuk membangun analisis dan
sintesis
>>> petroleum system wilayah ini.
>>> 
>>> Lapangan Cipluk di-KSO-kan (kerja
sama operasi) Pertamina kepada pihak
>>> ketiga. Siapa
operatornya, kawan2 dari Pertamina Jawa barangkali bisa
>>>
menambahkan.
>>> 
>>> Serayu Utara dekat
saja dari sini, tetapi dalam petroleum geology harus
>>>
diakui bahwa ia merupakan "terra incognita" sebab kita telah
>>> mengabaikannya. Untuk meneliti Serayu Utara, saya membuka
kembali
>>> publikasi2 lama tentang Jawa Tengah, misal dari
Harloff (1935), dari
>>> ter
>>> Haar (1935),
dari Hetzel (1936), van Bemmelen (1949), dan paper klasik
>>> tentang sedimentasi regional Jawa yang saya sukai tulisan
FX Sujanto
>>> dan
>>> Abah sendiri (Sujanto
dan Sumantri, 1977) : Preliminary study on the
>>> Tertiary
depositional
>>> patterns of Java, Proceedings Indonesian
Petroleum Assoc., 6th Annu.
>>> Conv., p. 183-
>>> 213.
>>> 
>>> salam,
>>> Awang
>>>
>>> --- Pada Sen,
4/1/10, yanto R.Sumantri <yrs...@rad.net.id> menulis:
>>>
>>>
>>> Dari: yanto R.Sumantri
<yrs...@rad.net.id>
>>> Judul: Re: [iagi-net-l]
"Geologic Transect of Central Java" (Fieldtrip
>>>
BPMIGAS , 27-30 Desember 2009)
>>> Kepada:
"iagi-net" <iagi-net@iagi.or.id>
>>>
Tanggal: Senin, 4 Januari, 2010, 2:35 PM
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>> Awang
>>>
>>> Perjalanan
Anda mengingatkan saya ke tahun
>>> 1976 , waktu saya
menjadi filed geologist, sangat indah memang hidup
>>>
sebagai fiield geologist itu. Sayang saat itu saya masih
>>>
"culun"  heheheh
>>> Seingat saya waktu itu
didaerah
>>> Karang Kobar ( waktu itu kami menginap/base
camp di kampungnya Ebiet G
>>> Ade) , kami menemukan
bongkahan besar batu gammping ditengah sawah
>>> dengan
fosil nummulites didalamnya .Apakah Anda sempat kesana .
>>>
>>> Kalau tidak salah  ada pemboran yang
dilakukan pada zaman Belanda ,
>>> yang juga mengeluarkan
gas.
>>>
>>> Seperti Anda katakan memang
Serayu
>>> ini merupakan misteri bagi pemburu migas.
>>> Katanya ada rencaa
>>> mengembangkan lapangan
Cipluk , siapa operatornya ? Apakah Pertamina.
>>>
>>> Si Abah.
>>>
>>>
>>>    Di dalam waktu dua hari
>>>
perjalanan lapangan di Jawa Tengah (28-29 Desember
>>>>
2009),
>>> sembilan geologist dan geophysicist BPMIGAS
(Awang, Cepi Irawan,
>>>>
>>> Cipi
Armandita, Agung Gunawan, Arii Arjuna, Sumaryana, Andre, Irfan
>>> Taufik
>>>> , Abdurrohim); tiga geologist
UPN Veteran Yogyakarta (C.
>>> Prasetyadi, Vian
>>>> Bonny, Adi Gunawan) dan seorang petroleum
>>> engineer (Jalu-BPMIGAS)
>>>> melakukan
perjalanan selama 75 juta
>>> tahun dalam skala waktu
geologi.
>>>> Kelancaran selama di lapangan
>>> dibantu oleh tiga staf dari Paramitha Tour
>>>> Yogyakarta atas kerja
>>> sama dengan
UPN.
>>>>
>>>> Hal ini dimungkinkan
dengan cara
>>> melakukan transect (lintasan memotong)
>>>> dari selatan ke utara,
>>> dari wilayah
Luk Ulo ke Kendal, dari batuan tertua
>>>> ke batuan
>>> termuda, dari singkapan batuan berumur sekitar 80 juta
tahun ke
>>>>
>>> singkapan berumur sekitar
5 juta tahun, dari melange Luk Ulo ke
>>>>
>>> batugamping Kapung di Lapangan Cipluk.
>>>>
>>>> Divisi
>>>
Eksplorasi BPMIGAS bersama beberapa divisi lainnya setiap tahun
>>>>
>>> melakukan dua kali fieldtrip atau
ekskursi geologi dengan berbagai
>>> tujuan.
>>>> Setelah tujuh tahun dilakukan, atau sejak 2002,
tinggal
>>> wilayah Maluku dan
>>>> Papua
yang belum dikunjungi. Maksud melakukan
>>> fieldtrip ini
tentu banyak,
>>>> misalnya : memberikan penyegaran
>>> geologi lapangan kepada para pekerja
>>>>
BPMIGAS, melakukan
>>> diskusi-diskusi dengan
perguruan-perguruan tinggi atau
>>>>
>>>
lembaga-lembaga penelitian yang dilibatkan, melakukan kajian-kajian
>>>> tertentu di wilayah-wilayah yang dinilai menarik secara
geologi
>>> maupun
>>>> geologi migas, dan
memberikan pengenalan geologi lapangan
>>> kepada
>>>> pekerja-pekerja BPMIGAS non-geologist yang
>>> diikutsertakan.
>>>>
>>>>
Menutup tahun 2009 ini, Eksplorasi
>>> BPMIGAS melakukan
fieldtrip mengusung
>>>> tema "geologic
>>> transect of Central Java" dengan fokus mempelajari
>>>>
>>> aspek-aspek geologi migas Cekungan
Serayu Utara. Fieldtrip dilakukan
>>> empat
>>>> hari termasuk perjalanan dari dan kembali ke
Jakarta.
>>> Dalam pelaksanaan
>>>>
fieldtrip ini, BPMIGAS bekerja sama dengan
>>> Jurusan
Geologi UPN Veteran
>>>> Yogyakarta (Pak Prasetyadi
dan
>>> Tim).
>>>>
>>>>
Fokus fieldtrip dipilih Cekungan Serayu Utara
>>> karena
inilah salah satu
>>>> wilayah di Jawa yang tertinggal
tidak
>>> dieksplorasi secara serius oleh
>>>> perusahaan-perusahaan minyak. Di
>>> sisi
lain, wilayah ini kaya akan rembesan
>>>> hidrokarbon
dan
>>> mestinya memiliki semua elemen dan proses
petroleum
>>>> system.
>>>>
>>>> Kami berangkat dari kantor BPMIGAS di Patra Office
Tower
>>> , Jakarta pada
>>>> hari Minggu
27 Desember 2009 pukul 08.40
>>> menggunakan bus carter
"Big Bird"
>>>> ukuran sedang.
>>> Tujuan kami adalah Purwokerto sebab perjalanan lapangan
>>>> akan
>>> dimulai dari selatan, dari
batuan tertua di Jawa Tengah (dan Jawa).
>>>> Menuju
Purwokerto, perjalanan diputuskan mengambil jalur selatan
>>> (via
>>>> Tasikmalaya dan Majenang) agar
mendapatkan panorama
>>> fisiografi yang lebih
>>>> menarik. Mulai tengah hari, hujan
>>>
gerimis-lebat mengguyur bus sepanjang
>>>> perjalanan.
Kami istirahat
>>> dua kali untuk makan siang di Limbangan,
Garut
>>>> dan minum kopi di
>>> sebuah
warung kopi menjelang kota Majenang untuk
>>>> mengurangi
rasa
>>> penat, dingin dan kantuk. Sesuai yang diperkirakan,
pukul
>>>> 19.00
>>> kami tiba di
Purwokerto, bertemu dengan Tim UPN dan menginap di
>>>>
>>> Hotel Dynasty. Setelah makan malam di
Restoran "Asiatic", kami
>>> melakukan
>>>> diskusi tentang geologi regional Jawa dan detail
rute
>>> fieldtrip yang akan
>>>> dilalui.
Pukul 22.00 diskusi
>>>>
>>> usai.
>>>>
>>>> Senin 28 Desember 2009 setelah
sarapan, kami
>>> memulai perjalanan lapangan
>>>> menggunakan bus carter
>>>
"Pegasus" ukuran menengah yang dibawa teman-teman
>>>> UPN
>>> dari Yogyakarta. Bus ini sudah
biasa digunakan teman-teman UPN dalam
>>>> melakukan
fieldtrip, sehingga Pak Sopirnya sudah biasa melakukan
>>>> manuver-manuver di jalan-jalan sempit dan curam
dekat
>>> lokasi-lokasi
>>>> singkapan.
Meskipun demikian, karena keamanan
>>> harus diutamakan, di
jalanan
>>>> yang terlalu berbahaya untuk bus,
>>> teman-teman UPN telah siap dengan
>>>>
pasukan motor ojeg dan L-300.
>>> Hari pertama di lapangan
akan menempuh
>>>> perjalanan yang cukup
>>> berat dan panjang. Tujuan pengamatan adalah melange
>>>> Luk Ulo dan
>>> kompleks batuan
pra-Karang Sambung di Serayu Selatan berumur
>>>>
>>> pra-Tersier sampai Eosen Awal, dan kompleks batuan
volkanoklastik
>>> Merawu,
>>>> Penyatan,
Halang di Serayu Utara berumur Miosen
>>> Awal-Miosen
Atas.
>>>>
>>>> Dari Purwokerto, kami
melalui
>>> Sokaraja kemudian berbelok ke selatan menuju
>>>> Banyumas. Dari
>>> Banyumas, kami
berbelok ke timurlaut menuju Banjarnegara.
>>>> Jalan
>>> ini sejajar dengan Pegunungan Serayu yang sesungguhnya
merupakan
>>>>
>>> tiga jalur antiklin
besar yang sambung-menyambung berarah BBD-TTL :
>>>>
Antiklin Banyumas, Antiklin Gombong, Antiklin Karangsambung.
>>> Sebelum
>>>> Banjarnegara, di sekitar
Purwareja bus berbelok ke
>>> selatan masuk ke jalan
>>>> sempit , inilah jalan menuju kompleks
>>>
batuan dasar Luk Ulo. Akses ke Luk
>>>> Ulo dari arah
utara ini
>>> jarang dilakukan para geologist, kebanyakan
>>>> geologist mencapai
>>> Luk Ulo dari arah
selatan, dari Kebumen. Akhirnya,
>>>> jalan terlalu
>>> sempit dan terjal untuk bus masuk terus. Maka, dengan
lima
>>>> motor
>>> ojeg kami bergantian
diantar ke lokasi mendekati singkapan. Untuk
>>>>
mencapai singkapan melange Luk Ulo di dasar Sungai Sapi (anak
>>> Sungai
>>>> Serayu), kami meneruskan
berjalan kaki sekitar 400 meter
>>> termasuk melalui
>>>> jembatan gantung tua di atas Sungai
>>>>
>>> Sapi dengan beberapa papan hilang
atau lapuk di beberapa tempat.
>>> Jembatan
>>>> terlalu berbahaya untuk diseberangi beramai-ramai,
maka
>>> kami berdua-dua
>>>> bergantian
menyeberang. Tinggi jembatan dari
>>> muka sungai sekitar
30
>>>> meter. Motor penduduk beberapa kali lewat
>>> jembatan dan selalu ngebut,
>>>> rupanya
memang harus ngebut agar
>>> goyangannya berkurang.
>>>>
>>>> Di dasar Sungai Sapi di
>>> sekitar bawah jembatan tersingkap melange Luk Ulo
>>>> : peridotit
>>> yang umumnya
terserpentinisasi yang khas warnanya (hijau tua
>>>>
>>> seperti ular, sesuai namanya 'serpent' -ular), rijang
radiolaria yang
>>> juga
>>>> khas warnanya
: merah hati, marmer yang sangat keras
>>> berwarna coklat
tua
>>>> dan berdenting nyaring (tanda keras) ketika
>>> dihantam palu batuan beku
>>>> dalam usaha
mengambil sampel, basal
>>> yang bersatu dengan rijang
ciri
>>>> kompleks MOR (mid-oceanic ridge)
>>> dan endapan pelagos, dan kuarsa di antara
>>>> serpih bersisik
>>> (scally clay) hasil
dewatering saat deformasi melangisasi
>>>>
>>> terjadi (quartz sweating). Sementara itu, tebing Sungai
Sapi tersusun
>>> oleh
>>>> fragmen-bongkah
melange yang tertanam dalam massa dasar
>>>
volkaniklastik.
>>>> Kemungkinan besar ini adalah tebing
dengan
>>> endapan molas pasca
>>>>
pengangkatan Luk Ulo sehabis Miosen Atas.
>>>>
>>>> Dari Sungai Sapi, kami kemudian masuk lebih dalam
lagi
>>> ke arah selatan ke
>>>> Kali Poh
yang merupakan anak Sungai Sapi.
>>> Kami menyusuri Kali Poh
sekitar
>>>> 3 km dan menemukan dua kelompok
>>> batuan : melange Luk Ulo lanjutan dari
>>>> Sungai Sapi, kemudian
>>> makin ke hulu
adalah formasi batuan yang diusulkan
>>>> oleh Pak
>>> Prasetyadi sebagai Formasi Bulukuning (Prasetyadi, 2007
>>>>
>>> -disertasi doktor; Prasetyadi, 2008
-PIT IAGI Bandung). Berjalan hampir
>>> 3
>>>> km di Sungai Poh, kami menemukan variasi satuan-satuan
batuan
>>> penyusun
>>>> Formasi Bulukuning
: batupasir yang sebagian
>>> termalihkan (metamorfisme),
>>>> serpih yang sebagian termalihkan,
>>>
konglomerat, dan batugamping yang
>>>> mengandung fosil
Nummulites
>>> berumur Eosen Awal (bukan spesies
Nummulites
>>>> yang sama seperti
>>> yang
ditemukan di Bayat dan Formasi Karangsambung).
>>>>
Prasetyadi
>>> (2007, 2008) menafsirkan bahwa kompleks
batuan Bulukuning
>>>>
>>> merupakan hasil
endapan laut dangkal di cekungan-cekungan kecil di atas
>>>> prisma akresi melange Luk Ulo bagian
>>>>  utara, sementara di
>>> sebelah
selatannya di lereng palung diendapkan
>>>>
sedimen-sedimen
>>> yang kemudian terkenal sebagai Formasi
Karangsambung yang
>>>>
>>> umurnya relatif
lebih muda daripada Bulukuning.
>>>>
>>>>
>>> Menjelang tengah hari karena
perjalanan hari itu masih jauh dari akhir,
>>>> kami
kembali menghilir, naik jembatan gantung lagi, naik ojeg lagi
>>> dan
>>>> kembali ke bus. Cukup melelahkan,
tetapi menyenangkan. Bus
>>> lalu
>>>>
melanjutkan perjalanan menuju Banjarnegara. Di tepi kota
>>>
Banjarnegara, bus
>>>> berhenti di RM "Sari
Rahayu". Berkat
>>> koordinasi yang baik dari Tim
UPN,
>>>> hidangan yang sangat nikmat
>>>
telah menanti -makin terasa nikmat setelah
>>>> menyusuri
sungai.
>>> Hidangan khas berupa urap daun pepaya muda dan
wader
>>>> (ikan
>>> kecil), tetapi saya
masih terkesan dengan nasi panasnya yang masih
>>>>
berasap, ayam goreng, dan tentu saja sambal.
>>>>
>>>>
>>> Karena perjalanan masih harus
dilanjutkan ke Karangkobar, Plato Dieng
>>> dan
>>>> berakhir di Wonosobo, kami tak bisa terlalu lama di
>>> Banjarnegara. Bus
>>>> segera memacu lagi,
menyeberangi jembatan
>>> Sungai Serayu bagian hulu,
>>>> jembatan ini sekaligus menandai masuk
>>>
ke wilayah geologi lain : Serayu
>>>> Utara. Sebenarnya,
dari
>>> Banjarnegara tinggal meneruskan jalan provinsi
ke
>>>> arah
>>> timur-timurlaut menuju
Wonosobo tempat menginap malam kedua, tetapi
>>>> kami
mesti melambung dulu ke utara sampai Karangkobar dan Plato
>>> Dieng
>>>> untuk mengamati beberapa
singkapan volkanoklastik Cekungan
>>> Serayu Utara :
>>>> Merawu, Penyatan dan Halang.
>>>>
>>>>
>>> Kalau di Serayu Selatan sebelumnya
kami bermain-main di skala waktu
>>>> pra-Tersier sampai
Eosen, di Serayu Utara berada di wilayah
>>> Miosen.
>>>> Endapan Oligosen-Miosen Awal yang bersamaan dengan
OAF
>>> (Old Andesite
>>>> Formation) di
Serayu Selatan berupa
>>> endapan-endapan volkanoklastik
>>>> Totogan-Waturanda-Penosogan atau
>>>
terkenal dengan seri tuff dan breccia
>>>> horison 1-3
dari Harloff
>>> (1935) dan ekivalennya di Serayu Utara
kami
>>>> pelajari dalam
>>>
diskusi-diskusi malam.
>>>>
>>>> Stop
pertama di Serayu Utara
>>> adalah pemandangan intrusi
diorit Halang di
>>>> Banjarmangu (5 km
>>>
utara Banjarnegara) yang menyisakan fisiografi seperti
>>>> volcanic
>>> neck. Tidak jauh darinya,
kami berhenti lagi di dekat sebuah
>>>>
>>>
jembatan yang terkenal bernama Jembatan Komrat di dekat bagian hilir
>>>> Sungai Merawu (Sungai Merawu adalah anak Sungai
Serayu). Di sini
>>> ditemukan
>>>>
beberapa singkapan breksi dan lava Halang. Mengaitkan
>>>
volcanic neck
>>>> intrusi diorit, lava dan breksi
volkanik yang
>>> merupakan fasies-fasies
>>>> volkanik berbeda-beda, maka kita bisa
>>>
merekonstruksi mana pusat erupsi,
>>>> mana endapan
volkanik
>>> proksimal dan mana endapan volkanik yang
jauh
>>>> (distal).
>>>>
>>>> Sebelum Karangkobar, kami berhenti di sebuah
singkapan
>>> tebing yang cukup
>>>>
spektakular; lapisan-lapisan sedimen
>>> batulempung
volkanik Merawu yang
>>>> berumur Miosen Awal bagian
atas
>>> dideformasi oleh intrusi tiang (dike)
>>>> Halang yang berumur Miosen
>>> Atas. Efek
pemanggangan (baking effect) masih
>>>> jelas
terlihat.
>>> Sehabis Karangkobar menjelang Pejawaran di
sebelah selatan
>>>> Plato
>>> Dieng, kami
berhenti di sebuah singkapan kecil tepi jalan yang
>>>>
>>> menyingkapkan batupasir tufan dan
sedikit karbonatan -napal yang
>>>>
>>>
menunjukkan selang-seling seperti sekuen turbidit, itu diperkirakan
>>> bagian
>>>> Formasi Penyatan yang secara
regional bisa dikorelasikan
>>> dengan Third Marl
>>>> Tuff (Harloff, 1935) di Serayu Selatan.
>>>>
>>>> Tak banyak singkapan Merawu,
Penyatan dan Halang yang
>>> bisa kami pelajari
>>>> di rute Banjarnegara sampai Plato Dieng
>>> karena batuan volkaniklastik ini
>>>> kini
hampir seluruhnya telah
>>> tertutup oleh volkaniklastik
terbaru
>>>> (Kuarter) kompleks
>>>
Pegunungan Serayu Utara atau Kompleks Rogojembangan di
>>>> wilayah
>>> Dieng. Bila ada
singkapan-singkapan Merawu-Penyatan-Halang di
>>>>
>>> wilayah ini, itu berarti semacam inlier atau jendela
singkapan tua yang
>>>> dikelilingi singkapan muda di
atasnya.
>>>>
>>>> Stop
>>> terakhir hari Senin 28 Desember 2009 itu adalah melihat
rembesan gas
>>>> yang muncul di tengah ladang sayuran
penduduk Dieng di Dusun
>>> Pancasan
>>>>
antara Pejawaran dan Batur. Saat itu hari sudah pukul
>>>
17.00 dan tentu saja
>>>> berkabut tebal sebab kami sudah
di wilayah
>>> Plato Dieng. Bus diparkir di
>>>> tepi sebuah kampung, lalu kami
>>>
berjalan sekitar 500 meter menuju ladang
>>>> sayuran.
Tim UPN yang
>>> sebelumnya sudah melakukan survei
pendahuluan ke
>>>> tempat ini
>>>
memanggil seorang penduduk bernama Pak Setu (mungkin hari
>>>>
>>> kelahirannya Sabtu) yang dengan
bahasa isyaratnya (karena Pak Setu bisu
>>>> dan mungkin
tuli juga) dengan gembira menunjukkan bagaimana gas
>>>
itu
>>>> keluar. Ia membuka pipa paralon kecil penyalur
gas dari
>>> tanah ladang dan
>>>>
menyalakan geretan, secara serta merta api pun
>>> yang
berwarna kuning jingga
>>>> dengan kelebatan warna biru
menyala
>>> dengan ketinggian sekitar setengah
>>>> meter. Gas ini ditampung pipa
>>> paralon
dan dialirkan ke rumah-rumah
>>>> penduduk sekitarnya
>>> dialirkan ke kompor
>>>>  -kompor
yang telah dimodifikasi.
>>>>
>>>
>>>> Kami mendatangi dua rumah penduduk untuk melihat
bagaimana
>>> gas
>>>> dimanfaatkan.
Wawancara tentang asal muasal gas dan
>>> pemanfaatannya
>>>> dilakukan dalam bahasa Jawa di tengah suasana bau
>>> kemenyan yang berasal
>>>> dari
rokok-rokok khas yang diisap penduduk
>>> Dieng yang terbuat
dari daun
>>>> jagung dan tembakau. Asal gas ini
>>> diketahui ketika rumput-rumput dan
>>>>
sayuran di ladang tiba-tiba
>>> mati. Saat tanah digali
karena ingin mencari
>>>> penyebabnya,
>>>
tiba-tiba gas mengalir dan bisa dibakar. Sejak itulah gas
>>>>
>>> dimanfaatkan penduduk dengan
ditampung. Itu terjadi tujuh tahun yang
>>> lalu.
>>>> Apakah ini gas biogenik atau termogenik, belum
diketahui,
>>> walaupun katanya
>>>>
pemerintah daerah setempat pernah menelitinya.
>>> Gas
biogenik atau
>>>> termogenik, hanya akan diketahui bila
kita
>>> melakukan analisis isotop
>>>>
karbon-13, lebih bagus lagi bila
>>> sekaligus melakukan
analisis isotop
>>>> deuterium, dan akan makin
>>> bagus lagi bila melakukan analisis isotop
>>>> karbon-13 untuk fraksi
>>> metana, etana,
propana, dan butana.
>>>>  Dari angka-angka rasio
>>> isotop ini, cerita yang dibangun bisa panjang
>>>> sampai ke
>>> petroleum system.
>>>>
>>>> Kembali ke bus di tepi
kampung,
>>> hujan mengguyur di tengah kabut Plato
>>>> Dieng yang semakin
>>> menebal. Pak Setu
dengan sigap menyiapkan beberapa
>>>> helai daun
>>> pisang pengganti payung. Hm, kapan lagi berpayung dengan
daun
>>>>
>>> pisang ? Rasanya sudah lama
sekali saya tak berpayung dengan daun
>>> pisang.
>>>> Jalan ke bus yang menanjak, di tengah guyuran hujan
dan
>>> kabut tebal cukup
>>>> membuat dada
yang lama tak dilatih menjadi
>>> sesak...
>>>>
>>>> Sisa perjalanan hari itu adalah
kembali ke
>>> selatan menuju Wonosobo tempat
>>>> menginap malam kedua. Gelap mulai
>>>
menyelimuti Plato Dieng. Karena jalanan
>>>> gelap,
sempit dan terjal
>>> lagipula licin, diputuskan menggunakan
sebuah
>>>> mobil pick up
>>> mungkin punya
pengusaha setempat untuk membimbing bus
>>>> (seperti
>>> escort atau voor rijder) melalui punggung Plato Dieng.
Kalau saja
>>>> siang hari, tentu pemandangan sangat
indah di sini. Malam hari
>>> tak
>>>>
terlihat apa-apa, selain hanya merasakan jalan menanjak,
>>>
menurun, dan
>>>> berputar. Sebagian dari kami lelap
kecapaian.
>>> Akhirnya kami selamat sampai
>>>> jalan besar menuju Wonosobo, pick
>>> up
sang escort menyelesaikan tugasnya,
>>>> bus meluncur
lancar
>>> sampai Wonosobo. Kami sampai di Hotel Kresna,
Wonosobo
>>>> pukul
>>> 20.30 setelah
sebelumnya mampir di rumah makan "Asia" dan
>>>
menyantap
>>>> habis semua hidangan karena perut
kelaparan dan badan
>>> kedinginan.
>>>>
>>>> Meskipun lelah, komitmen harus tetap
>>>
berjalan. Kami berkumpul di sebuah
>>>> ruang rapat Hotel
Kresna
>>> sampai pukul 23.15 mendiskusikan apa yang kami
>>>> lihat hari ini,
>>> mendikusikan geologi
depresi Bogor-Serayu Utara-Kendeng
>>>> dan
>>> kemungkinan hidrokarbonnya, mendiskusikan tektonik Jawa
Tengah,
>>>>
>>> mendiskusikan segmen kaya
rembasan di wilayah antara Majalengka dan
>>>> Banyumas,
dan Halang yang terangkat di wilayah itu serta
>>>
depresi-depresi
>>>> yang mengapit di sebelah-sebelahnya
(Citanduy di
>>> selatan dan
>>>>
Bobotsari-Purbalingga di utara) dan semua kesulitan
>>>
operasi seismik dan
>>>> bor di wilayah volkanik Jawa.
Dalam geologi,
>>> kegiatan lapangan harus
>>>> selalu berjalan bersama kegiatan
>>>
analisis dan interpretasi serta
>>>> diskusi-diskusi.
>>>>
>>>> Hotel Kresna mungkin hotel
terbesar di Wonosobo, sebuah hotel yang
>>> megah
>>>> dengan arsitektur gaya gothic yang masih kental,
>>> peninggalan zaman
>>>> Belanda, dengan
patung-patung logam berwarna
>>> gelap tentara VOC
Kompeni
>>>> (Vereenigde Oost-Indische Compagnie)
>>> menghias di beberapa sudut hotel.
>>>>
Bagus meskipun tak bisa
>>> dipungkiri kesan seram masih
ada... Sampai tengah
>>>> malam,
>>>
beberapa dari kami (Pak Prasetyadi, Cepi Irawan, Cipi Armandita,
>>>>
>>> Arii Arjuna dan saya) masih ngobrol
sambil menyeruput coklat hangat dan
>>>> menyantap pisang
keju di tengah hawa dingin Wonosobo.
>>>>
>>>> Selasa 29 Desember 2009, pagi hari dari hotel masih
terlihat dua
>>> saudara
>>>> Gunung
Sundoro dan Gunung Sumbing membentengi kota
>>> Wonosobo. Ke
sebelah
>>>> baratlaut, masih terlihat igir
(punggungan)
>>> Plato Jampang dengan Gunung
>>>> Prau (Perahu) sebagai puncak plato
>>>
(2565 m). Namun tak sampai sejam
>>>> kemudian, mereka
lenyap ditutup
>>> awan mendung.
>>>>
>>>> Perjalanan hari ketiga akan menempuh
>>>
rute Wonosobo-Parakan-Patean (Kab.
>>>> Kendal)-Semarang.
Target
>>> utama adalah mengunjungi singkapan Formasi
>>>> Banyak, Formasi
>>> Kapung, dan lapangan
minyak tua Cipluk. Kami berangkat
>>>> setelah
>>> sarapan, sekitar pukul 08.30. Perjalanan ke stop pertama
cukup
>>>>
>>> jauh (sekitar 2,5 jam),
semuanya melalui fisiografi volkanik Kuarter
>>>>
Sundoro-Sumbing dan kaki Dieng.
>>>>
>>>> Di suatu
>>> tempat bernama Patean, jalan
kecil belok ke timur dari jalan raya
>>>> yang
menghubungkan Parakan-Weleri, bus diparkir. Kami berganti
>>> kendaraan
>>>> dengan dua mobil L-300
kepunyaan penduduk Patean untuk
>>> menuju Desa Kalices
>>>> lalu Dusun Cipluk. Jalan sangat sempit,
>>> sebagian diaspal, sebagian beton,
>>>>
sebagian berbatu.
>>>>
>>>
>>>> Stop pertama adalah di dekat balai desa Kalices. Di
sebuah
>>> tebing di
>>>> dekatnya
tersingkap batuan batupasir tufan yang
>>> berselingan
dengan
>>>> batulempung menunjukkan sekuen turbidit.
Ini
>>> adalah bagian Formasi Banyak
>>>>
(Miosen Atas) yang merupakan salah
>>> satu reservoir di
lapangan Cipluk.
>>>>
>>>> Lalu mobil
L-300
>>> melanjutkan perjalanannya ke Dusun Cipluk yang
terletak
>>>> di
>>> lembah. Mobil berhenti
di ujung jalan batu. Selanjutnya, kami
>>>>
>>> meneruskan dengan jalan kaki. Di dekat ujung jalan, kami
menemukan
>>>> singkapan batugamping koral Formasi Kapung
(Pliosen) yang seumur
>>> dengan
>>>>
Formasi Karren di Jawa Timur. Sampel yang saya peroleh
>>>
masih menunjukkan
>>>> bentuk brain coral seperti bentuk
umur
>>> moderennya.
>>>>
>>>> Dari sopir L-300 kami mendapatkan
>>>
informasi bahwa ada sumur di ladang
>>>> jagung yang
minyaknya suka
>>> ditimba penduduk Cipluk. Kami menuju ke
sana,
>>>> dan setelah
>>> berjalan
menuruni lembah sejauh sekitar 500 meter dengan
>>>>
bantuan
>>> penduduk setempat maka ditemukanlah sebuah
kepala sumur di antara
>>>> ladang tanaman jagung. Kepala
sumur berupa casing ukuran 7"
>>> yang ditutupi
>>>> kayu bulat jati dan sebuah gembok. Menurut
>>> keterangan penduduk, setiap
>>>> pagi
sumur ditimba menggunakan busa
>>> atau spons, lalu spons
diperas
>>>> menghasilkan minyak sekitar 20
>>> liter. Katanya, ada lima sumur tua Cipluk
>>>> ditimba dengan cara
>>> demikian. Kami
sebenarnya ingin melihat bagaimana
>>>> penduduk
>>> menimba salah satu sumur tua Cipluk ini. Lalu atas
keramahan
>>>>
>>> penduduk, mereka
mengusahakan memanggil si penimba. Setelah menunggu,
>>>
si
>>>> penimba ternyata sedang tidak di rumahnya, tetapi
kami
>>> diberikan sebotol
>>>> besar
minyak Cipluk yang secara fisik terlihat
>>> seperti minyak
ringan
>>>> (derajat API tinggi), kandungan sulfur
>>>>  rendah. Sangat penting mengetahui asal minyak ini
dan semua
>>> sejarah yang
>>>> telah
dilaluinya, bila kita ingin serius
>>> mengevaluasi Serayu
Utara.
>>>> Analisis geokimia bulk properties,
>>> isotop karbon-13 dan biomarker akan
>>>>
memberitahukan semua riwayat
>>> yang telah dilalui minyak
ini.
>>>>
>>>> Stop terakhir
>>> fieldtrip kami adalah di tengah guyuran hujan di
pelataran
>>>> sumur
>>> Cipluk yang lain
yang telah dimodernisasi oleh sebuah perusahaan
>>>>
>>> dengan memasang kepala sumur produksi era modern bertekanan
5000 psi.
>>>> Posisi sumur ini diperkirakan di puncak
antiklin Cipluk, yang kini
>>> telah
>>>>
tererosi paling dalam sehingga menjadi dataran lembah
>>>
Cipluk.
>>>>
>>>> Dari keterangan van
Bemmelen (1949) di buku
>>> jilid keduanya dan beberapa
>>>> informasi lain yang berhasil
>>>
dikumpulkan, Lapangan Cipluk ditemukan tahun
>>>> 1889,
atau lapangan
>>> kedua yang ditemukan di Jawa setelah Kuti
di dekat
>>>> Surabaya
>>> (1888).
Produksinya dimulai tahun 1903 sampai 1912, ditinggalkan
>>>>
>>> tahun 1933. Ada 12 sumur dibor dengan
kedalaman maksimum 537 meter.
>>>> Reservoir utamanya
batupasir tufan dan breksi volkanik Formasi
>>> Banyak
dan
>>>> Formasi Cipluk (Miosen Atas-Pliosen), tipe
perangkap
>>> antiklin dan
>>>> upthrust,
penyekat batulempung intraformasi. Batuan
>>> induknya masih
tanda
>>>> tanya, hanya akan diketahui setelah
>>> melakukan analisis geokimia minyak
>>>>
Cipluk, termasuk pada
>>> kematangan berapa digenerasikan,
jarak migrasi, dsb.
>>>>
>>>>
>>> Meninggalkan Lapangan Cipluk, selesailah juga fieldtrip
kami yang
>>> berawal
>>>> di melange
pra-Tersier Luk Ulo dan berakhir di Lapangan
>>> Cipluk
berumur
>>>> Mio-Pliosen. Perjalanan dua hari ini
melintasi
>>> periode waktu selama 75
>>>>
juta tahun dalam skala waktu geologi,
>>> mengamati berbagai
batuan, melintasi
>>>> wilayah-wilayah tektonik
>>> yang berlainan, mengkaji geologi dan aspek
>>>> hidrokarbon Jawa
>>> Tengah yang langka
dievaluasi industri perminyakan.
>>>> Semoga
>>> pengalaman di lapangan dan diskusi-diskusi malam cukup
memberikan
>>>> penyegaran dan inspirasi bagi semua
peserta fieldtrip, baik peserta
>>> dari
>>>> BPMIGAS maupun dari Geologi UPN Yogyakarta.
>>>>
>>>> Dari Lapangan Cipluk, kami menuju
Semarang , mampir di RM ayam
>>> goreng
>>>> "Suharti", lalu menuju Hotel Santika
tempat
>>> kami menginap di malam ketiga.
>>>> Tim Geologi UPN kemudian kembali
>>> ke
Yogyakarta.
>>>>
>>>> Rabu 30 Desember
2009 kami dari
>>> BPMIGAS kembali ke Jakarta. Dari balik
>>>> jendela
>>> "Garuda", saya
mengamati delta-delta Kuarter di pantai utara
>>> Jawa
>>>> Tengah yang terindentasi itu : (1) Delta Tanjung
Korowelang
>>> di utara
>>>> Kendal tempat
Sungai Bodri bermuara dan (2) Delta Ujung
>>> Pemalang di
>>>> sebelah timurlaut Pemalang tempat Sungai Comal
>>> bermuara, melengkapi
>>>> transect geologi
Jawa Tengah dari
>>> pra-Tersier-Tersier-Kuarter yang
telah
>>>> kami lakukan.
>>>>
>>>
>>>> Demikian, sekadar berbagi cerita dan
semoga bermanfaat
>>> menghidupkan
>>>>
eksplorasi migas Serayu Utara.
>>>>
>>>>
>>> salam,
>>>> Awang
(koordinator fieldtrip geologi BPMIGAS)
>>>>
>>>
>>>> NB : -penyebutan nama armada bus,
jasa tour, hotel dan restoran
>>> bukan
>>>> bertujuan iklan atau rekomendasi, tetapi itu
diperlukan
>>> untuk catatan
>>>>
perjalanan secara rinci.
>>>>
>>>>
>>>>
>>>>   
   Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua
>>> teman. Tambahkan
>>>> mereka dari email
atau jaringan sosial Anda
>>> sekarang!
>>>> http://id.messenger.yahoo.com/invite/
>>>
>>>
>>> --
>>>
_______________________________________________
>>>
Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate
>>> jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah
kudu
>>> lakonan.
>>>
>>>
>>>
>>>       Akses
email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade
>>>
browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo!
>>> Dapatkan di sini!
>>>
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
>>
>>
>>
>>
--------------------------------------------------------------------------------
>> PP-IAGI 2008-2011:
>> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT,
lam...@gc.itb.ac.id
>> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL,
mohammadsyai...@gmail.com
>> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5
departemen, banyak biro...
>>
--------------------------------------------------------------------------------
>> Ayo siapkan makalah....!!!!!
>> Untuk
dipresentasikan di PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 4-6
>>
Oktober
>> 2010
>> Deadline penyerahan makalah - 15
Februari 2010
>>
-----------------------------------------------------------------------------
>> To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>> To subscribe, send email
to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>> Visit IAGI Website:
http://iagi.or.id
>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123
0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia
(IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No.
Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>>
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>>
---------------------------------------------------------------------
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
information
>> posted on its mailing lists, whether posted by
IAGI or others. In no
>> event
>> shall IAGI or its
members be liable for any, including but not limited
>> to
>> direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
resulting
>> from loss of use, data or profits, arising out of
or in connection with
>> the use of any information posted on
IAGI mailing list.
>>
---------------------------------------------------------------------
>>
>>
>>
>>
>> 
   
>>
>>
>>   
   __________________________________________________________
>> Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update
real-time,
>> panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi
>> http://id.messenger.yahoo.com/
> 
> 
>

>
--------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT,
lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL,
mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5
departemen, banyak biro...
>
--------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan makalah....!!!!!
> Untuk dipresentasikan di PIT
ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 4-6 Oktober
> 2010
>
Deadline penyerahan makalah - 15 Februari 2010
>
-----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website:
http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123
0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net
Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI
or others. In no event
> shall IAGI or its members be liable for
any, including but not limited to
> direct or indirect damages, or
damages of any kind whatsoever, resulting
> from loss of use, data
or profits, arising out of or in connection with
> the use of any
information posted on IAGI mailing list.
>
---------------------------------------------------------------------
> 
> 
>       Yahoo! Mail Kini Lebih
Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya
> sekarang!
http://id.mail.yahoo.com
> 
> 
>    
 
> 
> 
>       Yahoo! Mail
Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya
> sekarang!
http://id.mail.yahoo.com
> 
> 
>    
 
> 
> 
>       &quot;Coba Yahoo! Mail
baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya
> sekarang!
>
http://id.mail.yahoo.com&quot;


-- 
_______________________________________________
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.

Kirim email ke